Tidak Boleh Pergi

25 4 0
                                        

Tami tengah berada dikamarnya. Ia mencari gaun yang akan dikenakannya malam ini untuk menghadiri pesta ulang tahun Tiger. Tami sangat bersemangat karena Danu yang akan menjemputnya.

"Ish gak ada gaun yang bagus lagi!" gumam Tami melempar baju-bajunya ke sembarang arah. Tami menatap langit-langit kamarnya, ia tengah memikirkan siapa tau ada gaun yang setidaknya bisa ia pakai.

"Sial! Gak ada gaun yang cocok sama sekali!" Lanjut Tami saat pikirannya tak juga mendapat titik terang.

Rey yang tengah tertidur pulas di kamarnya, ia terusik ketika adiknya sedari tadi terus mengumpat tidak jelas. Kamar Rey dan Tami memang bersebelahan jadi wajar saja jika Rey mendengar umpatan dari bibir adiknya. Rey mengucek matanya pelan kemudian beranjak dari tempat tidur, selanjutnya ia bergegas pergi ke kamar Tami untuk mengecek keadaan adiknya itu.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Rey memilih langsung masuk karena pintu kamar Tami tidak di kunci. Saat pintu terbuka, Rey dikejutkan dengan bentuk kamar yang berubah seperti kapal pecah. Baju yang berserakan di atas lantai membuat Rey sedikit kesulitan untuk berjalan.

"Dek, kenapa berantakan gini? Lo itu anak perawan jangan jorok dong." Ucap Rey sembari berjinjit untuk mendekati Tami. Tami menoleh dan memutar bola matanya malas.

"emang aku anak perawan belum nikah juga! Emangnya Abang bujang rasa duda!" Ketus Tami.

"Enak aja, biasa aja kali." balas Rey.

Rey duduk di atas kasur dan memilih untuk memperhatikan apa yang dilakukan oleh adiknya.

"Sebenernya lo lagi nyari apa sih? Nyari baju atau nyari cowok? Kalau nyari cowok, tempatnya bukan disini tapi di luar!" Ucap Rey lagi.

"Jangan ngoceh mulu ah, bukannya bantuin!" Ucap tami yang terus saja mengorek-ngorek isi lemarinya.

"Bantuin apa?"

"Bantuin cari gaun yang cantik, elegan dan menawan bang!"

"Gaun? Buat apa?" Tanya Rey mengangkat alis kanannya bingung. Tami hanya berdecak pelan.

"Buat dipake lah buat apa lagi?!" Tami kesal dengan kakaknya yang terlalu banyak bertanya.
"Gue mau hadirin pesta ultahnya temen lo, si Tiger." Lanjut Tami. Seketika Rey membulatkan matanya, tanpa ia undang, ada amarah yang bergemuruh dalam jiwanya.

"Lo gak boleh pergi!" Tegas Rey. Tami yang mendengar ucapan Rey langsung menatap abangnya dengan tatapan tajam.

"Kenapa? Kenapa aku gak boleh pergi? Abang jangan egois deh. Apa salahnya aku dateng ke pestanya Tiger? Aku diundang juga buat dateng ke sana!" Tami memangku tangannya didepan dada.

"Kalau gue bilang gak boleh pergi ya gak boleh!" Rey membalas menatap Tami tak kalah tajam.

"Sebenarnya kamu ada masalah apa sih sama Tiger bang?! Sampe Abang kayaknya benci banget sama dia! Kasih alasan yang jelas! Kalau emang Tiger itu orang jahat ya jelasin ke Tami jahatnya dia itu kayak apa! Jangan cuma bisanya ngelarang tapi gak ngejelasin apa-apa, jangan bikin Tami jadi orang bodoh, Bang!" Tegas Tami.

Rey hanya diam seakan bisu. Tami menunggu ucapan Rey, namun Rey tidak juga mengatakan apa-apa.

"oke kalau Abang gak mau jawab, Fine! Aku tetep bakalan pergi!" Ucap Tami kembali mencari baju untuknya.

Rey menarik tubuh Tami hingga menghadapnya. Ia memegang bahu Tami lembut. Ia menatap adiknya dengan tatapan penuh kecemasan.

"Abang ngelarang lo karena abang sayang sama lo dek. Masalah Abang sama Tiger itu gak perlu Abang jelasin benang merahnya. Abang juga bingung harus jelasin dari mana, Karena masalah ini masalah yang sangat rumit. Abang gak mau adek terlibat dalam masalah ini, meskipun ya, adek pasti akan dilibatkan oleh si bangs*t Tiger itu!" Rey menghela nafasnya lelah.

Eight StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang