Tiger Lagi

27 4 0
                                        

Pagi telah datang, mentari kembali bersinar. Tami masih bergelung dalam selimutnya. Matanya terasa berat untuk ia buka. Bagaimana tidak, Semalaman Tami hanya bisa menangis, menangisi perilaku Abangnya yang kasar secara tiba-tiba.

Tami sangat merutuki kebodohan Rey semalam. Jika memang Rey tidak ingin Tami bersama Tiger. Mengapa Rey meninggalkannya seorang diri di sekolah? Tami juga tidak tau mengapa Rey begitu benci dengan Tiger. Jika Tiger itu bukan orang baik, seharusnya Rey menjelaskannya kepada Tami. Tapi Rey memilih bungkam dan menyuruh Tami menjauhi Tiger tanpa ada alasan yang jelas.

Dengan sedikit paksaan Tami bangun meskipun ia merasa enggan. Semoga Rey pergi lebih dulu ke sekolah dan Tami tidak bertemu dengan Abangnya itu. Tami berjalan gontai ke arah kamar mandi. Jika itu sekolahnya mungkin Tami sekarang tidak akan masuk ke sekolah tanpa dimarahi oleh siapapun. Namun ia harus melihat realita kalau dia hanyalah seorang murid baru.

Tak butuh waktu lama untuknya bersiap-siap. Hari ini Tami memilih mengurai rambutnya yang panjang.

"Jangan cengeng Tami. Kamu itu cewek strong, gak pantes buat nangisin hal yang gak penting!" gumam Tami menyemangati dirinya sendiri. Ia menatap dirinya dari pantulan cermin lalu berusaha memaksakan senyumnya. Setelah itu Tami mengambil tasnya dan pergi ke meja makan.

Sesampainya di meja makan, Tami mendapati Rey yang terus saja menatapnya dengan tatapan merasa bersalah. Ternyata Abangnya itu masih berada di rumah dan belum berangkat ke sekolah. Saat Rey tersenyum kearahnya, Tami hanya diam tanpa mau membalas senyuman itu.

"Dek sini makan deket abang!" Ucap Rey sembari menepuk-nepuk tempat duduk disampingnya. Tami menggeleng dan memilih untuk duduk di samping bundanya.

"Maafin Abang dek, Abang tau Abang salah." Ucap Rey.

"Udahlah bang gak usah di bahas lagi. Pagi ini waktunya sarapan bukan waktunya bahas masalah." Ujar Tami kesal.

Rey terdiam.

Dinda dan Haris hanya saling melemparkan tatapan bingung. Ia tidak tau apa yang terjadi kepada kedua anaknya.

"Kalau kalian berantem terus gimana bunda bisa tenang ninggalin kalian?" Ujar Dinda.

Rey dan Tami langsung menoleh pada Dinda.

"Bunda mau kemana?." Tanya Tami.

Matanya terlihat menelusuri penampilan Dinda yang sudah rapi, tidak seperti biasanya.

"Bunda mau ikut ayah ke Jepang." Jawab Nicko. Tami membelalakkan matanya.

"Jepang? Kenapa gak bilang dulu sama Tami? Biasanya kalau Bunda mau pergi kita selalu berunding dulu." Gerutu Tami.

"Kita ke Jepang bukan untuk liburan Tami, ayah kamu ada pekerjaan disana dan bunda akan ikut kesana untuk mengurusi keperluan ayah kamu." Balas Dinda.

"ah bodo ah! Pokoknya Tami pengen ikut titik, titik, titik." Kesal Tami.

"Gak bisa sayang, kamu sama abang kamu aja. Ayah janji nanti kalau kamu ada libur sekolah, kita pergi liburan ke Jepang. Tapi, kalau untuk sekarang gak bisa. Masalahnya ini urusan pekerjaan bukan untuk bersenang-senang." Jelas Nicko. Mau tidak mau Tami harus menuruti ayahnya.

Tami tidak ingin berada di rumah bersama Rey. Rey selalu membuatnya kesal. Jika orang tuanya tidak ada disana, terus siapa yang akan membelanya nanti? Rey hanya menyandarkan punggungnya tanpa berkomentar apa-apa.

"Yaudah, tapi ayah janji yah?" Ucap Tami diangguki oleh Nicko.

"Udah cepet habisin sarapannya! kita harus cepat-cepat buat pergi ke sekolah. Hari ini Tami berangkat bareng sama Abang." Ucap Rey.

Eight StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang