Tiger Lorenzo

25 4 0
                                        

Dari sejak istirahat tadi, Tami masih melamunkan perkataan Pria yang baru saja ia temui dan ia tidak mengenalnya sama sekali. Kata-katanya selalu memutar di otaknya bagai sebuah kaset rusak.

Tami masih bertanya-tanya apa yang akan diulangi pria itu. Sampai bel pulang sekolah tedengar, semua murid berhamburan keluar dari kelas, mereka seperti kambing yang lepas dari sang pengembala. Sedangkan Tami hanya menatap kosong ke depan seakan tidak peduli dengan suara bel yang telah di bunyikan.

"Woy! Kenapa ngelamun aja?" Tanya Danu. Tami hanya memijit pelipisnya lelah tanpa ingin menjawab pertanyaan dari teman barunya itu.

"Lo kenapa sih? Aneh banget." Tanya Danu lagi.

Tami melirik pria itu sekilas kemudian menarik lengan Danu agar duduk di sampingnya.

"Ada yang pengen aku tanyain sama kamu. Kamu tau gak cowok yang tadi duduk di kantin bareng sama aku pas kamu lagi pesen bakso?" Tanya Tami.

"Cowok? Bukannya yang duduk dikantin bareng lo itu gue?" Tanya Danu yang masih bingung dengan siapa orang yang Tami maksud itu.

"Itu loh, Abangku bilang namanya itu Tiger yah kalau gak salah?" Tanya Tami mencoba memastikan. Danu memundurkan wajahnya.

"Tiger Lorenzo?"

"Kurang tau pokoknya itu kayaknya." Balas Tami.

"Lo gak salah kan? Emang iyah tadi Tiger duduk bareng sama lo di Kantin? gue gak liat soalnya kalau ada cowok yang duduk bareng lo di Kantin selain gue." Jelas Danu. Tami hanya menghela nafas berat.

"Enggak, dia emang duduk disana cuma sebentar habis itu pergi lagi."

"Wah gila sih kalau iyah. Tiger itu orangnya jarang banget bersosialisasi apalagi mau duduk bareng sama kita-kita yang cuma rakyat jelata. Btw apa dia ngomong sesuatu sama lo?" Tanya Danu.

"Ada. Tapi bukan sesuatu yang penting. Cuma kayak basa-basi aja abis itu pergi lagi."

"Idih aneh banget! Gue sih cuma bisa ngasih saran buat lo, lo jangan sampe lah deket-deket sama dia. Orangnya itu gimana yah, dia itu kasar Mi. Gak pantes lah kalau di deketin apalagi dijadiin temen." Ujar Danu.

"Kasar gimana?" Tanya Tami yang masih tidak mengerti dengan ucapan Danu.

"Kalau lo udah lama sekolah disini, nanti juga lo tau. Soalnya emang susah buat dijelasin." Ucap Danu.

"Yaudah, kalau gitu ayo kita pulang!" Ajak Tami sedikit lemas. Baru satu hari sekolah ia sudah di buat pusing oleh satu orang.

Ucapan Abangnya dan Danu terdengar tidak jauh berbeda, mereka memerintahkan Tami agar tidak dekat atau berurusan dengan Tiger. Rasanya Tami salah menerima tawaran Tiger untuk pulang bersama. Seharusnya dia jalan kaki saja untuk mencari kendaraan lain tidak peduli dengan sepinya jalanan. Daripada harus menerima boncengan Tiger, kemudian pria itu selalu datang padanya dan secara tidak langsung Tiger tau tentang dirinya.

Tami dan Danu sudah berada parkiran sekolah, Tami sedang menunggu Rey yang belum juga keluar dari kelasnya.

"Lo beneran gak mau balik bareng gue?" Tanya Danu yang sudah berada diatas motornya.

"Enggak, kamu duluan aja. Aku lagi nunggu Abang Rey soalnya." Danu hanya mengangguk

"Oke gue duluan yah, bye!" Ucap Danu sembari mengedipkan mata kanannya. Tami hanya tersenyum tipis.

*****

Adzan Maghrib sudah selesai berkumandang. Namun, Rey belum juga ada. Tami berjalan ke pos satpam yang berada didekat gerbang. Semilir angin menerpa kulitnya, membuat tubuh Tami merasa sedikit kedinginan. Gelapnya malam mulai menyapa. Tami sudah mencoba menelpon Rey, namun panggilannya selalu dialihkan. Menunggu angkutan umum, taksi atau ojek rasanya mustahil di jam malam.

Eight StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang