Mungkin menurutmu aku ini acuh tak acuh, bahkan tak ada rasa peduli kepadamu. Namun, sebenarnya aku tidaklah begitu. Justru aku selalu memperhatikanmu walaupun itu harus aku lakukan dari jarak yang begitu jauh. Aku tak memaksamu untuk selalu percaya kepadaku. Aku hanya mengungkapan yang sebenarnya sesuai dengan apa yang ada di dalam hatiku. Asal kamu tahu, walaupun keadaan kita terhalang oleh ruang dan waktu, rasa yang dulu ketika jarak belum memisahkan kita masih terjaga dengan sempurna, tak berkurang tetapi terus membara. Aku tahu, kamu selalu sabar akan segala sikap dan sifatku. Aku dengan segala keegoanku, dan kamu dengan segala kesabaranmu. Sulit rasanya untuk mengukur seberapa besar kesabaran yang telah kamu tumpah ruahkan kepadaku. Tetesan sabar yang kamu berikan itu bukanlah seperti embun yang jatuh secara perlahan, mengendap di dedaunan, lalu menguap kembali. Melainkan sudah seperti hujan yang turun, menghujam deras, menderu kencang, mengalir dan menggenang. Bukan tentang tetesan hujan yang menyapa lautan. Tetapi, tentang tetesan hujan yang menyapa sahara. Hadirmu selalu ditunggu, wujudmu selalu dirindu. Sabar yang telah kamu turunkan, telah berani mengganti hawa panas menjadi kesejukan. Aku tahu, manusia itu tempatnya salah dan khilaf, termasuk juga aku. Maka dari itu, maafkanlah segala kesalahanku. Baik itu yang disadari maupun yang luput dari kesadaranku. Aku tak bisa memberikan apa-apa untuk membalas segala sabar yang telah kamu berikan kepadaku. Hanya doa dan kesetiaan yang senantiasa aku lakukan untukmu. Doa yang selalu aku munajatkan kepada Sang Pemilik Hati. Mendoakan supaya kesabaranmu tak tertelan oleh bumi lalu hilang begitu saja. Semoga kesabaranmu terus terjaga, tumbuh subur dalam hati, dan tak termakan habis oleh waktu yang terus berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hening Malam
عاطفيةKata Mengejar Makna, dan Aku Menuliskannya Mengumpulkan kata yang tercecer diantara kisah. Semoga menginspirasi, walau hanya sekelebat saja. Selamat membaca :