Sakit

114 13 0
                                    

" Vell.. Vella " panggil abangnya dari depan pintu.

Merasa Vella tidak meresponnya Arka segera masuk ke dalam.
Arka melihat Vella yang masih tidur di kasurnya dengan di baluti selimut.

" Dek.. bangun" ucap Arka menggoyang-goyangkan tubuh Vella pelan.

Vella membuka matanya, ia melihat Abangnya yang duduk di sampingnya.

" Bang.. Vella hari ini gak masuk sekolah ya."

" Kenapa? Kamu sakit Vell.." tanya Arka sambil memegang dahi Vella.

Arka merasakan dahi Vella sangat panas.

" Yaudah.. Abang panggil bunda dulu ya." Mengusap rambut Vella dan pergi memanggil bundanya.

Tapi sebelum pergi Arka dipanggil Vella.

" Bang.. kalau temen-temen nanyain aku, jangan bilang kalau aku sakit ya."

Arka hanya mengangguk dan pergi memanggil bundanya.

Imel datang dengan menenteng baskom dan kain ditangannya.

" Kamu kenapa bisa sakil Vell?" Tanya Imel sambil menempelkan kain basah di dahi Vella.

" Gapapa kok Bun, mungkin Vella cuma kecapean."

*****

Dikelas, Fano terlihat berbeda dari biasanya, ia terlihat kacau hari ini. Ia juga terlihat lebih pendiam dari biasanya.

" Ver.. Vella kemana? Kok hari ini gak masuk" tanya Alyssa.

" Vella lagi sa-" ucapannya terpotong ketika ia ingat kalau abangnya bilang

" Ver kalo temen-temen Lo nanyain Vella bilang aja lagi ke rumah neneknya untuk beberapa hari."

" Ehh.. enggak. Vella lagi kerumah nenek untuk beberapa hari ini." Alysa langsung mengangguk dan kembali berbincang-bincang dengan teman-temannya.
Segitu marahnya Lo sama gue sampai-sampai Lo ngejauhin gue. Batin Fano.
Fano berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan teman-temannya.
" Ehh Lo kemana Fan?"
" WOII FANN.." Teriak Vero.
Gue tau kenapa Lo jadi seperti ini. Batin seseorang

*****

" Bun, Vell.. Abang pulang " ucap Arka.
Imel yang mendengar Arka pulang segera menuruni tangga.

" Bang. Ayo ke rumah sakit. Vella badannya makin panas." Ucap bundanya panik.

" Iya Bun. Arka siapin mobil dulu. "
Vero menggendong Vella ke mobil.

Didalam mobil Vella tak henti-hentinya memanggil nama Elvan. Arka dan Vero mengernyit kenapa Vella memanggil nama Elvan.

Apakah mereka ada hubungan? Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di pikiran Arka dan Vero.

Vella tebaring lemah di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat dan terlihat lemah. 

Arka memandang adeknya dengan pandangan kosong. Ia tidak pernah melihat Vella yang selemah ini.

Ia tidak pernah melihat Vella terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus di tangannya.

" Arka" seseorang menyadarkan dirinya.

" Ehh.. iya Bun "

" Besok kamu jemput ayah di bandara ya. Jadi kamu nggak usah sekolah." Ujar bundanya.

" Iya Bun."

" Ver.. Vella kapan baliknya?" Tanya Hanna.

" Nggak tau. Mungkin dia betah disana." Jawab Vero.

" Tapi kita udah kangen sama Vella. Nggak ada Vella itu nggak seru." Ucap Melly.

Tiba-tiba hp Vero berbunyi, dan ternyata telpon dari abangnya.

" Hallo.. kenapa bang?"

Cepet ke RS dan ajak Elvan juga

" Kenapa? Katanya gak boleh ada yang tau."

IVella terus nyariin Elvan. Cepet kesini!

" Iya bang bentar."

Vero menutup telponnya dan membereskan barang-barangnya. Tapi..

" Kenapa Ver?" Tanya Alysa.

" Vella."

" Vella kenapa?" Tanya Fano.

" Nanti gue kasih tau." Mereka mengangguk.

" Elvan. Ayo ikut gue."

" Kemana?" Tanya Elvan.

" Udah ayo ikut." Elvan mengangguk dan pergi meninggalkan kelasnya.

*****

" Bang, Elvan mana?" Tanya Vella di pelukan Arka.

" Bang.. Vella takut. Vella mau sama Elvan." Ucapnya terisak.

" Kan ada Abang disini. Kenapa Vella masih takut." Tanya Sanjaya ( ayah Vella.)

" Vella pengen sama Elvan."

" Iya Vell.. abang ngerti kamu mau sama Elvan. Tapi kamu jangan nangis terus. Kamu cerita sama Abang. Kamu takut apa?"

" .... "

Bukannya menjawab Vella semakin terisak. Ia mengingat saat Fano mencengkeram tangannya. Ia takut Fano yang marah.

" Hustttt... Udahh, jangan nangis tenangin diri kamu dulu."

Vella akhirnya sedikit demi sedikit mulai tenang.

" Bang gimana?" Tanya Vero yang baru membuka pintu dengan di ikuti Elvan di belakangnya.

" Ve-Vella.." panggil Elvan dan langsung memeluk Vella.

Ia tidak kuat melihat Vella dengan keadaan seperti itu. Ia takut Vella begini gara-gara dia.

" Van.. jangan tinggalin gue. Gue sayang lo Van."

" Hustt.. udah. Gue juga sayang lo dan gue gak akan ninggalin lo." Ucap Elvan sambil megusap rambut Vella.

" Kenapa nggak ngomong kalo Lo sakit." Tanya Elvan.

" Gu-gue takut Van. Gue takut dengan kejadian itu. Gue takut dia Van." Jelas Vella terisak.

" Husttt udah.. jangan nangis. Sekarang Vella istirahat ya. Jangan sampe sakit lagi." Ucap Elvan sambil mengecup dahi Vella.

Elvan menunggu didamping ranjang Vella sampai Vella tertidur.

Karena Vella sudah tertidur Arka yang mulai penasaran tentang apa yang terjadi langsung memanggil Elvan agar duduk di sampingnya.

" Apa Lo tau semua tentang Vella yang jadi seperti ini?" Tanya Arka.

Elvan mengangguk sebagai jawabannya.

" Apa bisa Lo cerita ke gue sama Vero."

" Sebenarnya.." Elvan menceritakan mulai dari awal.

Arka yang mendengar cerita Elvan bahwa yang membuat Vella seperti ini adalah temannya sendiri, tak lain adalah Fano langsung mengepalkan tangan.

Sedangkan Vero langsung menggebrak meja di depannya. Ia mengacak rambutnya kasar. Ia merasa tidak becus dalam menjaga Vella. Ia takut jika Vella akan disakiti seperti masa lalunya.

" Tapi Fano punya alasan untuk itu semua." Sambung Elvan.

Arka dan Vero langsung menatap Elvan dengan tatapan bertanya-tanya.

" Fano suka sama Vella. Ia cemburu jika Vella Deket sama gue. Sedangkan gue sendiri juga suka Vella. Gue berusaha ngehilangin perasaan gue saat gue tau jika Fano juga suka Vella , tapi gue gagal bang."

" Kalo masalah ini gue sama Abang gak bisa membantu, karena semua itu pilihan Vella." Ucap Vero sambil memegang bahu Elvan.

" Jadi sekarang gue harus gimana?" Tanya Elvan.

*****

#mohon maaf kalo gak nyambung
#author belum punya pengalaman nulis.
#kali pertama author nulis cerita
*
*
*
*
*
# harap tinggalkan jejak okeee...

My Brother's FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang