3

130K 1.9K 2
                                    

“Sudah siap semua? Nggak ada yang ketinggalan?” tanya Wisnu menatap Audrey yang meletakkan barang-barang.

“Mudah-mudahan nggak ada, mas. Mas Derry sama Mbak Fifi kemarin bantu ngecekin.” Audrey menjawab dengan menatap Wisnu yang hanya menganggukkan kepala.

Wisnu masuk kedalam mobil di balik setir, Audrey bingung harus duduk dimana. Gerakan tangan Wisnu membuat Audrey masuk kedalam dengan duduk disamping Wisnu, memastikan sabuk pengaman terpasang mereka berangkat meninggalkan kantor.

Perjalanan yang cukup panjang, tampaknya Audrey harus mengucapkan terima kasih pada pemerintah yang membangun jalan tol, setidaknya tidak perlu terlalu lama berada didalam tempat bersama Wisnu yang tidak tahu harus berbicara apa, kepribadiannya yang tertutup membuat Audrey tidak tahu memulai pembicaraan.

“Kamu angkatan berapa?” tanya Wisnu membuka suaranya setelah beberapa menit jalan dan sedikit jauh dari kantor.

“Empat tahun dibawah Mas Wisnu,” jawab Audrey yang hanya diangguki Wisnu “Kita pernah ketemu, mas dulu kan masih aktif di kampus.”

“Mungkin, tapi mahasiswa banyak jadi aku nggak terlalu perhatian. Kita beli makan dulu, kamu mau apa?”

Mereka berhenti di restoran cepat saji, membeli dengan menggunakan layanan drive thru. Audrey memesan yang tidak terlalu rumit roti, kentang dan minuman. Wisnu sendiri memesan yang tidak jauh berbeda dengan Audrey, perjalanan selanjutnya diisi mereka yang memakan makanan yang baru dibeli, beberapa kali Audrey membantu Wisnu membuka bungkus makanan atau memegang kentangnya.

“Perjalanannya lumayan jauh, tapi kita berangkat pagi bisa sampai dengan cepat.” Wisnu membuka suaranya.

“Terima kasih buat pemerintah yang membuat jalan tol.” Audrey berkata dengan senyum kecilnya yang hanya diangguki Wisnu. “Apa kita nggak terlalu pagi?”

“Bukan masalah besar, kita bisa pelajari beberapa. Kamu membawa berkas mereka bulan lalu, kan?”

Audrey menganggukkan kepalanya “Mbak Fifi bilangnya begitu.”

Mereka selanjutnya tidak ada yang membuka suara, pembicaraan mereka tadi hanya pembicaraan normal. Wisnu sendiri fokus dengan keadaan jalan, tidak terlalu tahu tempat perusahaan karena memang Audrey tidak pernah keluar jauh, inipun keluar karena masalah pekerjaan. Keluarganya sangat protektif pada dirinya yang memiliki sakit ini, walaupun Audrey sudah menekankan berkali-kali jika dirinya baik-baik saja.

“Kita sampai.”

Suara Wisnu mengagetkan Audrey yang membuatnya menatap sekitar, mereka sudah memasuki perusahaan yang masih sepi. Wisnu merapikan penampilannya dan langsung diikuti Audrey, tidak lama mereka keluar dari mobil menuju pos satpam untuk melaporkan kedatangan dan maksud kedatangannya.

“Memang terlalu pagi.” Wisnu membuka suara setelah mereka duduk di ruang tamu.

Audrey tidak menghiraukan Wisnu, tatapannya mengarah sekitar. Menatap ruang tamu perusahaan, satu per satu dilihat dan tidak tahu apa yang dilihatnya tapi terpenting adalah tidak langsung berinteraksi dengan Wisnu. Perasaan tidak tenang dan tidak nyaman bersama dengan orang yang tidak dikenal atau belum pernah interaksi.

“Kamu introvert?” tanya Wisnu langsung.

“Hah...apa mas? Introvert? Aku?” Wisnu menganggukkan kepalanya “Nggak tahu, mas.”

“Anggap aku sebagai kakak bukan atasan, kita disana sudah kekeluargaan tapi tetap tahu tempatnya.” Wisnu memberikan nasehat yang diangguki Audrey.

Tidak tahu harus memberikan respon atau tanggapan apa atas apa yang dikatakan Wisnu. Karyawan perusahaan datang tidak lama kemudian, Wisnu memperkenalkan diri dan mereka mulai bekerja audit perusahaan sampai hal yang paling kecil. Wisnu membandingkan hasil yang mereka kerjakan dulu dengan sekarang, beberapa kali ada kesalahan yang membuat Audrey harus memulainya dari awal.

Badan Audrey sudah memberikan signal lelah, tapi tetap bertahan dengan beberapa kali minum air yang sudah disediakan. Tetap fokus pada apa yang harus dilakukan, bekerja sendiri sedangkan Wisnu berada di ruangan berbeda.

“Mbak, mau minuman dingin?” tanya salah satu karyawan pada Audrey.

“Boleh kalau tidak merepotkan, terima kasih.” Audrey menjawab dengan menatap sekilas.

Bekerja kembali tanpa peduli dengan keadaan sekitar, minuman yang datang tidak lama kemudian sudah habis dalam beberapa kali minum. Tidak melihat tanda-tanda Wisnu mendatanginya membuat Audrey bisa fokus dengan pekerjaannya, waktu istirahat hanya Audrey pakai untuk ibadah dan makan.

“Bagaimana?” tanya Wisnu yang sudah ada disamping Audrey.

“Sudah hampir selesai, mas.” Audrey menjawab menatap Wisnu sekilas.

“Ada yang beda dengan bulan lalu?” tanya Wisnu sambil menarik kursi untuk duduk disamping Audrey.

“Kalau aku lihat sejauh ini belum ada, mas.” Audrey menjawab tanpa menatap Wisnu sama sekali.

“Kamu minum banyak banget, nggak pipis terus itu?”

“Haus, pastinya pipis tapi kerjaan belum selesai.”

“Kamu tahan pipis?” Audrey mengangguk pelan dengan sedikit takut. “Kamar mandi sana, aku nggak mau kamu nanti sakit.”

“Tapi ini udah mau selesai, nanggung dikit lagi selesai.” Audrey mengalihkan pandangan kearah Wisnu dengan tatapan memohon.

“Aku yang selesaikan, kamu istirahat sebentar buat ibadah juga.”

Tidak bisa membantah lagi, Audrey memilih mengikuti kata-kata Wisnu. Beranjak dari tempatnya yang langsung diganti Wisnu, melihat itu artinya sudah tidak ada kesempatan lagi untuk membantah. Mengalah dengan melakukan apa yang dikatakan Wisnu, hembusan nafas lega dikeluarkannya saat sedikit tenang dari pekerjaan.

Ibadah dan kamar mandi, waktu yang diberikan  Wisnu dimanfaatkan dengan baik oleh Audrey, setelah memastikan dirinya sudah sedikit lebih baik memilih kembali ke ruangan dimana Wisnu berada. Langkahnya terhenti saat melihat Wisnu akan menutup laptop, mendekati dengan tatapan bingung atas apa yang Wisnu lakukan.

“Sudah selesai, kamu melakukan dengan baik. Kita pulang dan bahas ini besok di kantor,” ucap Wisnu menjelaskan pada Audrey yang belum membuka suaranya.

Mencerna perkataan Wisnu dengan pelan, seketika membelalakkan matanya setelah memahami maksud dari perkataannya. Membantu Wisnu yang membereskan barang-barangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal baru membawanya kedalam mobil, mereka berpamitan pada pimpinan perusahaan dan karyawan yang menemani mereka selama sehari.

Masuk kedalam mobil tidak ada yang membuka suaranya, Audrey memilih menatap jalanan dengan Wisnu yang fokus mengemudikan mobil. Suasana hening didalam mobil, hanya suara kendaraan dari luar yang mengisi keheningan mereka.

“Alamat rumahmu.” Wisnu membuka suaranya terlebih dahulu.

“Jangan, mas. Aku minta supir buat jemput.” Audrey langsung menolak.

“Aku antar sudah malam, aku nggak papa.” Wisnu tetap dengan pendiriannya “Supir kamu bisa istirahat, sekali-sekali istirahat nggak antar jemput kamu.”

“Beneran biar dijemput jadi mas nggak perlu repot antar aku.” Audrey meyakinkan Wisnu.

“Alamat rumahmu.” Wisnu memberikan nada suara tegas yang membuat Audrey terdiam.

Menyebutkan alamat rumahnya, mendengar Audrey menyebutkan alamat rumahnya membuat sudut bibir Wisnu terangkat keatas. Mobil berjalan dengan sedikit cepat agar bisa sampai rumah Audrey tidak terlalu malam.

“Terima kasih, mas.” Audrey menundukkan kepalanya.

“Istirahat, jangan main ponsel saja. Kesehatanmu harus dijaga, jangan sampai kamu pingsan dan hilang kesadaran. Selamat malam sampaikan salam buat keluargamu, besok jangan lupa kita membahas tentang perusahaan tadi.”

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang