Audrey tidak tahu apa yang dibicarakan Wisnu pada mamanya, mendapatkan ijin dengan mudah padahal selama ini harus melalui beberapa tahap dan sulit. Mamanya tampak lupa jika Audrey memiliki sakit, tapi seakan tidak peduli dengan keadaan Audrey yang suka merasa lelah.
“Kamu itu sudah di operasi jadi pastinya baik-baik saja,” ucap mama Audrey dengan santai, Indah.
“Biasanya mama sama papa sulit kasih ijin, kenapa sekarang langsung kasih ijin?” Audrey memberikan nada protes dengan tatapan tidak percaya.
Mereka berdua sekarang berada didalam kamar Audrey yang sedang memasukkan pakaian kedalam tas, tidak menyiapkan semuanya dari sebelumnya membuat Audrey harus memikirkan apa saja yang dibawa. Wisnu sendiri memutuskan pulang setelah meminta ijin, mereka akan bertemu nanti di bandara.
“Beda, kalau biasanya kamu main-main sedangkan ini kamu mencari uang alias kerja. Lagian yang minta ijin langsung bos kamu masa mama melarang, memang kamu mau dilarang? Bisa-bisa dipecat yang ada sama bosmu itu.” Indah memberikan alasan yang masuk akal.
Mendengar jawaban mamanya membuat Audrey hanya menganggukkan kepalanya, tidak membawa pakaian terlalu banyak karena memang Audrey hanya bekerja disana. Indah memberikan uang jaga-jaga untuk Audrey pakai selama disana, tidak mau menolak rezeki karena memang Audrey belum mendapatkan gaji di tempatnya kerja ini.
“Sudah siap semua?” tanya Indah kesekian kalinya.
“Sudah, ma. Moga nggak ada yang ketinggalan.”
Audrey mencoba mengingat apa saja yang harus dibawa, membuka kembali tas kerjanya dan membacanya kembali. Memastikan tugasnya tidak ada yang terlewatkan Audrey langsung memesan kendaraan online, pamitan langsung pada mamanya dan langsung menghubungi Wisnu akan segera berangkat.
Pamitan pada mamanya, tidak lupa mencium punggung tangannya sebelum melangkah keluar. Memasukkan barangnya di bagasi, Audrey langsung menghembuskan nafas lega setidaknya berangkat lebih awal dan langsung menghubungi Wisnu. Perjalanan rumah Audrey dengan bandara lumayan jauh, sedikit beruntung tidak macet atau mungkin supirnya tahu mana jalan yang cepat.
Menunggu kedatangan Wisnu yang belum datang sampai sekarang, berdasarkan pesan yang dikirimnya akan sampai beberapa menit lagi. Audrey memutuskan mendatangi coffee shop untuk membeli kopi buat mereka berdua, pernah melihat pesanan Wisnu membuat Audrey langsung pesan yang sama seperti apa yang dipesannya dulu.
“Maaf sedikit terlambat,” ucap Wisnu tidak enak.
“Ini buat mas.” Audrey memberikan minuman yang dibelinya pada Wisnu.
“Makasih, kita masuk sekarang saja.”
Mengikuti langkah Wisnu masuk kedalam, melakukan proses check in pada umumnya. Berjalan ke ruang tunggu dengan tas Audrey dibawa Wisnu, sedangkan Audrey membawakan minuman yang tadi dibelinya untuk Wisnu. Menunggu dalam keadaan diam, Audrey memilih memainkan ponselnya dengan membuka media sosial karena tidak ada yang bisa dihubungi di jam seperti ini, teman-temannya pasti pada sibuk kerja. Audrey sendiri tidak tahu harus memulai pembicaraan seperti apa dengan Wisnu, seharusnya bisa bertanya tentang tugasnya nanti disana tapi lidahnya tidak bisa bergerak untuk bertanya lebih.
“Aku sebenarnya serius dengan pembicaraan kemarin, tapi kamu sangat terkejut membuatku berpikir apa kita memulainya dengan perlahan? Aku sendiri tidak yakin dengan kata perlahan di usia seperti ini karena jujur aku lupa dengan hal-hal remeh yang biasa dilakukan anak muda.” Wisnu membuka pembicaraan.
“Mas Wisnu masih muda jangan berkata tua mulu,” ucap Audrey dengan sedikit menegur Wisnu.
Hening kembali tidak ada yang membuka pembicaraan, Audrey sendiri tidak tahu harus menanggapi apa dengan kata-kata Wisnu tadi. Pembicaraan di rumahnya sudah membuat Audrey bingung dan tidak tahu harus menanggapi bagaimana, pernikahan belum ada dalam bayangan Audrey sama sekali.
Suara pemberitahuan jika pesawat mereka sudah siap dan harus masuk kedalam membuat mereka berdua berdiri, lagi-lagi barang Audrey dibawa Wisnu sedangkan Audrey hanya membawa minumannya. Audrey melangkah mengikuti Wisnu dari samping, tanpa membantu sama sekali karena Wisnu sudah melarangnya.
“Kita disana sampai istirahat terlebih dahulu,” ucap Wisnu ketika mereka sudah duduk di tempatnya.
“Ya, mas.”
“Drey, sebelumnya aku minta maaf.”
“Memang apaan, mas?” tanya Audrey penasaran.
“Kamarnya hanya satu, kendala budget karena kita lama disana.”
Audrey membelalakkan matanya mendengar informasi yang diberikan Wisnu, berada dalam satu kamar akan membuatnya tidak nyaman sekali. Audrey yakin Wisnu tidak akan melakukan hal gila, tapi mereka dua orang dewasa dengan berbeda jenis pastinya setan akan ada dimana-mana.
“Anak kantor tahu berarti, mas?” tanya Audrey penasaran.
“Nggak ada yang tahu karena aku yang pesan sendiri,” jawab Wisnu.
“Ini bukan akal-akalannya mas sendiri biar kita satu kamar, kan?” tembak Audrey dengan nada curiga.
Wisnu langsung menggelengkan kepalanya “Aku hitung budget jadi langsung ambil keputusan itu, ranjangnya dua tenang saja.”
Audrey memilih diam, berpikir apa dirinya memesan kamar sendiri atau tidak. Membayangkan berada didalam satu kamar sudah membuat perutnya sakit, hembusan nafas panjang dikeluarkannya kasar membuat Wisnu menatap khawatir pada dirinya.
“Aku baik-baik saja, mas nggak perlu khawatir.” Audrey mengatakan dengan memberikan senyuman kecil.
Keheningan menyapa mereka setelah pembicaraan masalah kamar, Audrey benar-benar tidak bisa menanggapi apapun. Alasan yang diberikan Wisnu masuk akal, mereka berada disana hampir seminggu, tapi bukannya harusnya Wisnu mengajak pria bukan wanita, bagaimana jika yang ikut bukan Audrey tapi Fifi tidak mungkin Wisnu akan membuat satu kamar bersama. Menatap lurus ke depan tanpa melihat apa yang dilakukan Wisnu saat ini, Audrey tidak tahu jika Wisnu menatap dirinya dalam.
“Kita naik taksi menuju hotel,” ucap Wisnu yang hanya diangguki Audrey.
Mereka berjalan keluar, tas Audrey masih dibawa Wisnu yang tidak bisa membuat dirinya melakukan apapun. Memasuki taksi yang sudah dibayar Wisnu sebelumnya, perjalanan dari bandara ke hotel membutuhkan waktu yang lumayan lama. Wisnu duduk disamping Audrey yang masih diam atau lebih tepatnya berbicara seperlunya saja dengan Wisnu, taksi yang mereka naiki berhenti di hotel dan mereka keluar memasuki hotel.
“Kita ke kamar sekarang,” ucap Wisnu yang hanya dijawab dengan anggukan Audrey.
Hotel yang mereka tempati tidak bisa dikatakan jelek, Wisnu memilih hotel dekat dengan tempat wisata dan harganya pasti sedikit mahal. Audrey hanya mengikuti Wisnu, membuka pintu dan mereka masuk kedalam bersama. Audrey bisa melihat dua ranjang, artinya memang mereka akan berada didalam satu kamar.
“Alasan lain kenapa kita satu kamar supaya jika nanti ada pekerjaan akan lebih mudah.” Wisnu membuka suaranya “Aku tahu kamu memikirkan banyak hal daritadi, kita memang dua orang dewasa dengan jenis kelamin berbeda tapi jangan takut aku tidak akan melakukan hal gila sebelum ada ikatan resmi diantara kita.”
“Maksudnya?” tanya Audrey bingung “Mas masih dengan kata-kata yang waktu di rumah?”
“Apa kamu masih meragukannya? Kamu takut aku main-main? Aku sudah tua dan bukan waktunya main-main, semua yang aku katakan serius yaitu dekat sama kamu lebih jauh.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love
RomansaSakit jantung, nama penyakit yang bisa membuat banyak orang berpikir mengerikan. Audrey, di diagnosa jantung bocor. Penyakit yang dialaminya sejak bayi, orang tua Audrey tidak mau menjalani operasi dengan alasan trauma, trauma kakak Audrey meninggal...