Wisnu memegang kata-katanya, menghormati Audrey dengan memberikan ruang ketika dirinya sedang mandi atau menyiapkan diri. Wisnu akan keluar dari kamar, ranjang mereka juga tidak jadi satu, pakaian yang Wisnu pakai saat didalam kamar juga masih sangat sopan. Tidak hanya itu Wisnu juga melakukan pekerjaannya sampai malam yang membuat Audrey tidak enak sendiri, mereka bekerja dalam diam saat berada didalam kamar.
“Mas, ini hasil pertemuannya.” Audrey mengirim email pada Wisnu.
“Ok,” jawab Wisnu singkat tanpa menatap Audrey.
Tidak memiliki pekerjaan lain, menatap layar laptopnya dengan bingung harus melakukan apa. Mengalihkan pandangan kearah Wisnu dimana masih fokus dengan pekerjaannya, hembusan nafas pelan dikeluarkannya dengan menatap kembali pada layar.
“Drey, aku bisa minta tolong?”
Audrey mengalihkan pandangan kearah Wisnu “Tolong apa, mas?”
“Beli camilan sama kopi di tempat kemarin, kopi kamu tahu kan kesukaanku? Camilan terserah kamu apa, kalau mau beli makanan juga boleh.” Wisnu mengeluarkan kartu yang diberikan ke Audrey tanpa menatap kearahnya “Pinnya sudah aku kirim di chat.”
“Mas kasih aku ATM?” tanya Audrey menatap kartu yang ada di tangan, kartu dengan nama Wisnu.
“Ada masalah?” tanya Wisnu menatap Audrey seketika.
“Bukankah ini pribadi? Mas nggak takut kalau aku...”
“Aku percaya kamu nggak akan melakukan sesuatu, jadi keluarlah belikan aku sesuatu dan kamu mencari udara segar.” Wisnu memotong kata-kata Audrey dengan menatap kembali ke layar.
Audrey menatap kartu dengan ragu, menatap Wisnu lagi yang konsentrasi dengan pekerjaannya. Hembusan nafas panjang dikeluarkannya, berdiri dan mengambil tasnya untuk keluar dari kamar, menghentikan langkahnya dengan menatap Wisnu lagi.
“Mas benaran aku bawa kartunya?” tanya Audrey lagi.
“Drey, kalau aku sudah kasih itu artinya...”
“Ok, kalau gitu aku pergi. Mas kalau mau sesuatu hubungi aku langsung.” Audrey memilih menghentikan kata-kata Wisnu dengan melangkah keluar.
Beberapa hari disini yang diisi dengan bertemu orang, mendatangi kantor orang lain, melakukan audit di tempat lain sampai harus memberikan laporannya sekarang juga. Audrey baru tahu alasan mereka menginap dalam waktu lama, pantas juga Wisnu mengambil satu kamar karena mereka lama disini dan akan bekerja sampai malam.
Wisnu juga tidak membahas tentang perkataannya saat berada di rumahnya, mereka benar-benar bekerja di tempat ini. Audrey baru kali ini keluar sendirian, kemarin sebelum masuk hotel mereka akan mampir membeli sesuatu atau akan melakukan order online, tidak mungkin Wisnu melihat dirinya yang merasa bosan.
Membeli beberapa camilan untuk mereka berdua, tidak lupa minuman yang biasa Wisnu pesan. Audrey menghentikan langkahnya saat melihat makanan, mereka belum makan sejak tadi akhirnya memilih membeli makanan juga. Berada diluar cukup lama, Audrey tidak hanya membeli untuk mereka, tapi menghirup udara segar dan membalas chat dari rekan sekerja dan sahabat-sahabatnya.
Masuk kedalam dan mendapati Wisnu masih sibuk dengan pekerjaannya, Audrey menutup pintu dengan meletakkan minuman Wisnu di tempatnya yang langsung diminum. Meletakkan barang belanjaannya dan menata makanan yang tadi dibelinya, Audrey masih menatap Wisnu yang sibuk dengan layar.
“Mas, makan dulu.”
“Kamu duluan juga nggak papa,” ucap Wisnu tanpa menatap Audrey.
Audrey menghembuskan nafas panjang “Mas mending makan dulu, setelah itu lanjut kerja.”
“Drey, ini harus diselesaikan sekarang jadi...”
“Kesehatanmu lebih penting dibandingkan pekerjaan, mas.” Audrey memotong dengan sedikit teriak.
Wisnu menghentikan gerakan tangannya dengan menatap Audrey yang memberikan tatapan tajam, menatap kembali pada layar dengan menyimpan hasil pekerjaannya. Melangkah kearah Audrey yang langsung tersenyum kecil melihat Wisnu yang mengikuti kata-katanya dengan duduk di tempat mereka biasa makan.
Makan dalam diam, Wisnu makan dengan sangat cepat membuat Audrey hanya menggelengkan kepalanya. Audrey sendiri mencoba menikmati makanan yang dimakannya, tanpa peduli dengan Wisnu sama sekali.
“Kamu bisa ya tenang begini?” tanya Wisnu membuka suara.
Audrey mengangkat alisnya tanda bingung “Tenang bagaimana? Makan bukannya harus dinikmati? Lagian makan cepat juga tidak baik buat semuanya, kasihan lambungnya juga.”
Wisnu tersenyum menatap Audrey yang kembali menikmati makanannya, menatap dalam diam membuat Wisnu mencoba melakukan hal yang sama meskipun makanannya tinggal sedikit.
“Aku lupa kartu mas, nanti setelah makan aku kasih.” Audrey mengatakan sambil makan.
“Bawa saja.”
“Maksudnya? Mas nggak aneh-aneh, kan?”
“Aneh bagaimana? Kamu saja sudah menolak aku gimana mau aneh-aneh.”
“Bukan menolak, tapi semua terlalu cepat buatku.”
“Kita baru dekat atau ada pria lain yang masih mengisi hatimu?” tembak Wisnu.
“Kita baru dekat,” jawab Audrey langsung.
Wisnu menganggukkan kepalanya “Aku paham tapi bukan berarti aku harus berhenti dengan niat serius ini.”
“Jujur deh, mas. Kenapa tiba-tiba bilang begitu? Mas nggak lagi taruhan, kan? Aneh aja pria tiba-tiba bicara serius setelah dekat dalam hitungan hari.” Audrey mengungkapkan pendapatnya.
“Aku pernah bilang alasannya, Drey. Kalau kamu takut aku hanya main-main, tenang saja aku nggak main-main.” Wisnu memberikan keyakinan pada Audrey.
Audrey mencibir kata-kata yang keluar dari bibir Wisnu, kata-kata yang sama untuk meyakinkan dirinya. Sejauh ini Audrey berusaha bertahan untuk tidak percaya dengan semua yang Wisnu katakan, permasalahannya dengan Eza sendiri belum selesai benar. Mereka memang sudah memutuskan hubungan ini, tapi tetap saja perasaan takut masih ada terutama jika nanti harus dikenalkan pada orang tua.
Audrey menggelengkan kepalanya “Aku belum bisa, mas. Apa kita sekarang sudah bisa kerja kembali?”
Wisnu menatap jam yang ada di ponsel “Kita harus siap-siap ke kantor itu, kita janjian diatas jam tiga.”
“Masih ada waktu, mas.” Audrey menenangkan Wisnu.
Membereskan sampah makanan mereka, memasuki kamar mandi untuk berganti pakaian dan mempersiapkan diri. Wisnu mulai membereskan laptop yang tadi dipakainya dan Audrey, melihat itu membuat Audrey tidak enak sendiri. Mendekat kearah Wisnu yang langsung dihentikan, membuat Audrey mengerutkan keningnya.
“Kamu siap-siap aja, biasanya cewek kalau siap-siap lama.” Wisnu mengatakan dengan menatap Audrey sekilas.
“Aku siapin baju kamu aja ya, mas.” Audrey menawarkan diri yang diangguki Wisnu.
Satu yang berubah saat mereka berada didalam satu kamar bersama, Wisnu yang suka mendadak membuat Audrey harus menyiapkan pakaiannya tapi tidak dengan dalaman. Wisnu yang mendapatkan perlakuan Audrey seperti ini membuatnya senang, seakan dirinya memiliki istri baru yang membuat jantungnya berdetak kencang.
“Mas, siap-siap sana biar aku yang lanjutin.” Audrey menghentikan gerakan Wisnu yang mau membersihkan meja.
“Ok, kalau begitu.” Wisnu beranjak ke kamar mandi membawa pakaian yang telah Audrey siapkan “Drey, kalau kamu begini buat aku semakin yakin untuk menikah sama kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love
RomanceSakit jantung, nama penyakit yang bisa membuat banyak orang berpikir mengerikan. Audrey, di diagnosa jantung bocor. Penyakit yang dialaminya sejak bayi, orang tua Audrey tidak mau menjalani operasi dengan alasan trauma, trauma kakak Audrey meninggal...