Audrey ingin mengirim Wisnu ke planet mars, kedua kalinya datang ke rumah hanya untuk berbicara dengan kedua orang tuanya. Audrey tidak masalah datang kesini, tapi datangnya pagi seakan tidak ada pekerjaan sama sekali, tidak hanya itu setelah dari rumah langsung mengajaknya ke rumah minta di masakan.
“Mas, aku punya kehidupan pribadi loh. Kemarin kita sudah diluar kota bersama sekarang aku disuruh ke rumah lagi? Mas nggak salah?” Audrey menatap malas dengan nada kesalnya.
“Aku lagi kangen sama masakanmu, kemarin yang kamu buatin udah habis.” Wisnu menjawab tanpa beban.
“Mas kan bisa minta sama mamanya atau pembantu yang biasa ke rumah atau pesan online.”
“Kartu aku di kamu jadi nggak bisa ambil uang cash.” Wisnu menjawab lagi yang membuat Audrey menatap tidak percaya “Memang kamu mau kemana? Aku antar.”
Audrey tidak menjawab pertanyaan Wisnu, mengeluarkan kartu yang Wisnu berikan dan diletakkan di pahanya membuat Wisnu terkejut.
“Aku balikkin kartunya.”
“Kok gitu? Kamu bisa bawa kartu itu, kita belanja dulu di supermarket aja ya. Kamu udah cantik masa aku bawa ke pasar.”
“Kayaknya aku mau gaji deh sekarang kalau masakin mas.”
“Kita keluar udah sampai supermarket, kamu bawa kartunya.”
Wisnu keluar dari mobil setelah memberikan kembali kartunya pada Audrey di tangan, menatap kesal pada Wisnu yang berbuat seenaknya. Menarik dan menghembuskan nafas panjang sebelum keluar dari mobil pria itu, berjalan di belakangnya agar tidak terlihat berjalan bersamanya, setidaknya Audrey tidak mau orang menilai negatif pada dirinya.
“Drey, kalau kamu lamban mending kita gandengan aja.”
Audrey membelalakkan matanya mendengar kalimat Wisnu, mempercepat langkahnya masuk kedalam supermarket dan mengambil trolly, tidak menunggu Wisnu yang berada di belakangnya sedang tersenyum.
“Kamu tahu kalau kamu itu lucu,” bisik Wisnu ketika sudah berada dekat Audrey yang membuatnya mundur “Nggak usah terkejut gitu kenapa, Drey? Aku sudah bilang niat aku sebenarnya sama kamu tapi kamunya...”
“Aku nggak siap, mas.” Audrey menjawab langsung.
“Kita bahas nanti, sekarang belanja.”
Wisnu menggenggam tangan Audrey dengan tangannya yang lain mendorong trolly, mereka mulai belanja dengan Audrey memilih beberapa bahan untuk di masak. Bahan mulai sayur, ikan, ayam, daging bahkan sampai camilan untuk Wisnu.
“Makan kamu banyak ya, mas?” Audrey menatap trolly mereka.
“Itu ada punya kamu juga, Drey.” Wisnu mengingatkan membuat Audrey tersenyum tidak enak “Kamu yang bayar.”
“Audrey.”
“Eza.” Audrey melihat Eza bersama dengan wanita disampingnya, seketika membuatnya tersenyum kecil.
Audrey melihat Eza sudah melupakan dirinya, hal yang bagus sebenarnya tapi entah hatinya langsung sakit. Beberapa minggu lalu Eza mendatanginya dan meminta untuk berpikir ulang, tapi sekarang yang terjadi malah sebaliknya.
“Sama siapa?” tanya Eza menatap Wisnu.
“Wisnu, calon suami Audrey.” Wisnu mengulurkan tangannya yang disambut langsung Eza.
“Eza,” ucap Eza sopan “Kamu sudah mau nikah, Drey?”
“Ehhh...” Audrey menatap Wisnu yang ada disampingnya “Doakan aja lancar, Za.”
Wisnu menggenggam tangan Audrey yang membuatnya terkejut, berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terlihat gugup didepan Eza, mantan kekasihnya.
“Kamu sama siapa?” tanya Audrey hati-hati.
“Dea, pilihan mbak sama mama.”
Menatap Dea yang tersenyum tipis pada Audrey membuatnya membalas senyuman wanita yang berada disamping Eza, melihat Dea sudah membuat Audrey bernafas lega setidaknya Eza bisa melupakan dirinya atau berdamai dengan keluarganya.
“Kalau gitu kita duluan,” ucap Wisnu dengan memeluk pinggang Audrey yang membuatnya terkejut.
“Aku duluan,” ucap Audrey dengan menganggukkan kepala pada mereka berdua.
Audrey tidak ingin membantah dengan mengikuti Wisnu menuju kasir membayar barang-barang yang ada di trolly, tidak nyaman dengan tangan Wisnu yang berada di pinggangnya dengan beberapa kali memukul punggung tangannya agar dilepaskan.
“Mantan kamu masih lihat kesini, sabar sebentar kenapa?” bisik Wisnu.
Audrey akhirnya membiarkan apa yang Wisnu lakukan, tapi semua tidak berlangsung lama karena Wisnu harus memindahkan barang-barang belanjaan pada kardus dan Audrey membayar dengan kartu milik Wisnu. Kelegaan Audrey tidak berlangsung lama, secara tiba-tiba Wisnu menggenggam tangannya dengan tangan yang lain berada di trolly menuju tempat parkir.
“Eza udah nggak lihat kali, mas. Bisa dilepas deh ini genggaman tangannya.” Audrey mengatakan dengan nada sinis.
“Terlalu nyaman jadi sulit dilepas.” Wisnu memberikan alasan yang membuat Audrey memutar bola matanya malas.
Memasukkan barang-barang ke bagasi mobil, Audrey sendiri disuruh Wisnu masuk kedalam dan membiarkan dia yang menata barang. Audrey menyalakan ponselnya memberikan kabar pada teman-temannya apa yang baru saja dilihat, dirinya benar-benar tidak menyangka jika mamanya Eza bisa dengan cepat mencarikan pengganti.
Audrey mengakui Dea cantik, tidak seperti dirinya yang memiliki sakit. Hembusan nafas panjang dikeluarkan agar bisa membuat nafasnya lega, tidak menyadari Wisnu yang sudah duduk di balik kemudi menatap dirinya dalam.
“Pernikahan dengan perjodohan itu kemungkinan berhasilnya itu kecil, tidak berbeda jauh dengan hamil diluar nikah. Masalah akan terus datang dan jika tidak memiliki pondasi yang kuat akan bubar juga,” ucap Wisnu tiba-tiba membuat Audrey menatap kearahnya “Aku pernah mengalaminya.”
“Menikah karena perjodohan atau...”
“Hamil diluar nikah.” Wisnu menjawab langsung membuat Audrey menatap tidak percaya “Kami berpisah setelah dia melahirkan, makanya membutuhkan waktu lama untuk dekat dengan wanita.”
“Mas nggak menyesal bercerai apalagi saat habis melahirkan? Pastinya dia mengalami beberapa masalah ibu hamil.” Audrey mengutarakan pendapatnya.
“Nggak persis setelah dia melahirkan langsung pisah, mungkin ada sekitar enam bulan kami memutuskan berpisah. Kami berpisah baik-baik, aku masih sering bertemu dengan anakku mungkin nanti aku akan ajak kamu bertemu setelah kamu memberikan jawaban.” Wisnu mengatakan sambil mengangkat kedua alisnya membuat Audrey menggelengkan kepalanya.
“Aku sudah memberikan jawaban, mas. Masih ingat jawabanku, kan?”
“Aku sudah mendapatkan restu keluargamu, Drey.”
Audrey membelalakkan matanya mendengar kata-kata Wisnu, tidak mungkin kedua orang tuanya sudah memberikan restu tanpa bicara dengannya. Mereka pasti membicarakannya terlebih dahulu bukan memutuskan sepihak seperti ini, menatap horror pada Wisnu yang tampak tidak peduli kata-katanya membuat Audrey kesal.
“Kamu mau masakin aku apa, sayang?” tanya Wisnu yang semakin membuat Audrey menatap kesal.
“Makanannya aku campur sama racun.” Audrey berkata dengan nada kesalnya.
“Jangan gitu, Drey. Aku benaran serius loh sama kamu, aku nggak mungkin begini kalau nggak serius.”
“Memang mas nggak masalah kalau aku nggak bisa kasih anak?”
“Pernikahan bukan hanya sekedar anak, Drey. Aku sudah punya anak atau kita bisa adopsi, semua bisa dilakukan dengan pembicaraan matang. Jadi kamu terima lamaranku?”
“Nggak!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love
RomanceSakit jantung, nama penyakit yang bisa membuat banyak orang berpikir mengerikan. Audrey, di diagnosa jantung bocor. Penyakit yang dialaminya sejak bayi, orang tua Audrey tidak mau menjalani operasi dengan alasan trauma, trauma kakak Audrey meninggal...