9

89.6K 1.1K 1
                                    

“Kalau ngomong nggak usah aneh-aneh, mas.” Audrey menegur Wisnu.

“Memang kenapa? Apa orang melamar harus kenal lama?” tanya Wisnu dengan memberikan tatapan dalam pada Audrey.

“Mas belum tahu semua tentang aku, jadi jangan berkata yang nantinya akan disesali.”

“Audrey, usia aku bukan usia main-main. Aku lebih tua dibandingkan kamu, mengatakan hal itu pastinya sudah aku pikirkan dalam. Mengetahui semua tentang kamu? Memang aku belum tahu banyak tentang kamu tapi bukan suatu alasan untuk mengatakan keseriusan.” Wisnu mengatakan dengan serius.

Audrey menghembuskan nafas panjang “Mas nggak tahu semua tentang aku, kalau mas tahu pasti akan meninggalkan aku.”

“Penyakit kamu?” tembak Wisnu langsung yang membuat Audrey terkejut “Aku tahu, walaupun tidak terlalu tahu banyak.”

“Mas tahu darimana?” tanya Audrey berusaha menenangkan dirinya.

“Waktu kita kerja bareng, aku mengamati setiap karyawan yang kerja disana. Aku memang tidak tahu banyak tentang penyakit kamu, bahkan sejauh apa tapi sampai sekarang kamu tidak pernah menunjukkan kamu sakit.” Wisnu mencoba mengingat semua interaksi dengan Audrey.

“Bagaimana kalau menikah dan aku nggak boleh hamil?” tanya Audrey langsung.

“Bukan masalah besar, aku sudah memiliki anak jadi anak dari kamu bukan tujuan utamaku.” Wisnu menjawab dengan cepat.

“Lalu tujuan mas melamar aku apa?” tanya Audrey penasaran.

“Menemani masa tua,” jawab Wisnu membuat Audrey membuka mulutnya tidak percaya

“Mas masih muda, bisa mencari wanita yang pastinya jauh lebih baik dari aku.” Audrey memberikan alasan masuk akal.

“Memang kamu sudah mau aku lamar?” tanya Wisnu dengan tatapan menggoda yang membuat Audrey langsung menggelengkan kepalanya “Kenapa? Bukankah akan lebih enak langsung menikah dibandingkan pacaran tidak jelas?”

“Bukan itu masalahnya, kita tidak saling mengenal satu sama lain. Kita dekat juga baru beberapa hari jadi mengenal lebih dalam masih belum aku merasakannya.” Audrey memberikan alasan dengan penjelasan yang sangat jelas.

“Bagaimana dengan taaruf? Bukankah mereka tidak saling mengenal dan langsung menikah?”

“Aku bukan type yang seperti itu.” Audrey menjawab langsung.

Wisnu menatap Audrey dalam yang membuatnya menjadi tidak nyaman, beberapa kali Audrey harus menatap kearah lain agar tidak menatap Wisnu yang saat ini fokus menatap dirinya. Audrey beranjak dari tempatnya, membawa piring kotor untuk dibersihkan karena dirinya tidak akan bisa berlama-lama jika berhadapan dengan Wisnu.

“Aku langsung pulang aja ya, mas. Semuanya sudah selesai.” Audrey berpamitan langsung pada Wisnu setelah memastikan semuanya selesai.

“Aku antar.”

Audrey langsung menggelengkan kepalanya “Nggak usah, mas. Aku mau ke mall janjian sama teman.”

“Aku antar dan ikut.” Wisnu menawarkan diri.

“Aku mau sama teman-teman, mas. Kita nggak akan nyaman kalau ada mas, lagipula mereka juga nggak kenal sama mas.” Audrey memberikan alasan masuk akal.

“Aku antar sampai mall setelahnya terserah kamu.” Wisnu tetap dengan pendiriannya.

“Aku ingin pergi sendiri, mas.” Audrey tetap dengan pendiriannya.

Audrey memilih keluar dari rumah Wisnu setelah kendaraan online yang dipesannya sudah berada dekat rumah, tidak peduli dengan kata-kata Wisnu yang ingin mengantarkannya. Wisnu mengikutinya dari belakang, membuat Audrey langsung malas dengan semua sikap yang Wisnu tunjukkan.

“Aku bisa antar kamu,” ucap Wisnu sebelum kendaraan yang Audrey pesan datang.

“Terima kasih, mas. Aku ingin menghabiskan waktu bersama teman-teman, jangan lupa makanan yang aku simpan tinggal dihangatkan dan goreng.” Audrey mengingatkan Wisnu.

Audrey melihat dari aplikasi jika kendaraan yang dipesannya tidak jauh lagi, menatap Wisnu yang masih menatapnya dalam diam membuat Audrey semakin tidak nyaman sama sekali. Tindakan Wisnu yang tiba-tiba membuat Audrey sedikit takut, untuk saat ini tidak ingin membuka hati dengan pria lain.

Audrey ingin menjalani hidup tanpa adanya pasangan, menikmati hidup tanpa memikirkan pria. Kehadiran Wisnu yang menginginkan hubungan lebih membuatnya tidak nyaman, cara Wisnu yang tiba-tiba juga membuat Audrey ingin menjaga jarak dengannya. Audrey membutuhkan ketenangan dari yang namanya pria, bukan menjalin hubungan dengan pria.

“Aku duluan, mas.”

Audrey langsung masuk, tidak memberikan kesempatan Wisnu untuk mencegah atau berbicara dengannya. Alasan yang diberikan Audrey tadi memang hanya alasan saja, sebenarnya tidak ada janjian dengan teman-temannya. Audrey hanya ingin menghabiskan waktu didalam kamar tanpa ada gangguan orang lain, menenangkan pikiran dari semua yang dikatakan Wisnu secara tiba-tiba.

“Papa kira kamu bakal lama di rumah bosmu itu,” ucap papa Audrey, Sandi.

“Ngapain juga lama-lama disana, pa.”

“Dia suka sama kamu?” tembak Sandi langsung.

Audrey mengangkat bahunya “Berkali-kali bilang pengen melamar, aku nggak tahu dia serius atau nggak lagipula dia nggak tahu sakit aku paling kalau dia tahu akan bertindak sama kaya Eza dan keluarganya. Sekarang fokus aku adalah mencari uang sebanyak-banyaknya, ini juga lagi melamar kerja di tempat lain.”

“Memang kenapa kerja disitu? Papa lihat dia pria baik-baik, nggak semua keluarga sama kaya Eza lagian dia lebih tua dibandingkan Eza pastinya cara berpikirnya beda.”

“Dia duda loh, pa. Papa mau aku sama duda?”

“Duda atau janda itu hanya status, kalau dia baik kenapa nggak.” Sandi memberikan pandangan pada Audrey “Memang kamu mau cari kaya gimana?”

“Nggak tahu, belum kepikiran sama sekali.” Audrey mengangkat bahunya “Mama kemana?”

“Mama kamu lagi arisan sama tetangga,” jawab Sandi dengan nada malasnya.

“Papa nggak ada rencana jalan-jalan gitu? Kemana gitu sama mama.”

“Memang kenapa? Kamu mau ngapain?” tanya Sandi penuh selidik.

“Tidur, badanku capek semua tadi masak di rumah Mas Wisnu. Kasihan banget nggak pernah makan masakan rumah, waktu mama bawain bekal dia yang makan dan habis tanpa tersisa.” Audrey menceritakan semua tentang Wisnu pada Sandi.

“Kamu semangat sekali cerita tentang dia, sudah ada rasa?” Sandi memberikan tatapan menggoda.

“Aku masuk kamar dulu, mau istirahat.”

Audrey memilih beranjak dari tempatnya menuju kamar, berbicara dengan papanya saat ini tentang Wisnu pastinya akan berisi dengan godaan. Audrey sendiri tidak tahu kenapa dengan semangat menceritakan tentang apa yang terjadi dan dilakukannya di rumah Wisnu seharian ini, seakan memang semangat untuk menceritakan Wisnu pada keluarganya.

Hembusan nafas panjang dikeluarkannya saat memasuki kamar, setelah tadi memutuskan membersihkan diri sebelum masuk kedalam kamar. Memilih berbaring di ranjang, mematikan ponselnya dan bersiap untuk istirahat. Audrey tidak ingin ada gangguan dari luar untuk saat ini, menghabiskan waktu didalam kamar adalah hal yang ingin dilakukannya sejak tadi. Liburan bagi Audrey adalah menghabiskan waktu didalam kamar, memejamkan matanya atau membaca buku yang dibeli dan belum sempat terbaca.

Audrey menggelengkan kepalanya ketika mengingat senin besok dirinya harus bertemu dengan Wisnu, membayangkan saja sudah membuat Audrey takut atas apa yang akan dilakukan  Wisnu nantinya.

“Semoga tidak berbuat sesuatu yang aneh nanti.”

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang