Keadaan kantor tidak jauh berbeda dengan biasanya, Audrey akan mendapatkan pekerjaan dari Derry untuk memeriksa kembali pekerjaan yang telah mereka lakukan. Menatap serius di Layar dengan beberapa dari mereka yang berbicara tentang apa yang terjadi di perusahaan-perusahaan.
“Drey, kamu mau kopi?” tanya Fifi yang berada disampingnya.
“Memang mbak mau buat?” tanya Audrey tanpa menatap Fifi.
“Mau beli online,” jawab Fifi “Kamu pilih sendiri aja nih.”
Audrey menghentikan pekerjaannya menatap ponsel Fifi “Handphone siapa ini, mbak?”
“Mas Wisnu, kita disuruh beli minuman. Kamu pilih sendiri soalnya tinggal kamu.” Fifi menjawab Audrey “Kalau mau makanan juga boleh tadi aku juga udah pesan makan, tenang yang lain juga.”
Audrey menatap pesanan yang sudah dilakukan Fifi, mencari apa yang ingin dibelinya. Perasaan tidak enak jika membeli makanan yang harganya mahal, Audrey masih baru di tempat ini.
“Mana handphoneku?” suara Wisnu membuat Audrey menghentikan gerakannya.
“Audrey, mas.” Fifi menjawab dengan nada santainya.
“Sudah semua?” tanya Wisnu lagi dan berjalan kearah Audrey.
“Tinggal Audrey.” Fifi yang tetap menjawabnya.
Audrey langsung memberikan ponsel Wisnu ketika berada di dekatnya, mencoba tidak menatap kearahnya. Harapan hanya sekedar harapan ketika mendengar suara kursi ditarik, Wisnu duduk disampingnya yang membuat Audrey menggeser kursinya sedikit.
“Kamu sudah pesan?” tanya Wisnu yang hanya dijawab anggukan Audrey “Kamu belum pesan ini, pesan aja yang kamu mau.” Wisnu memberikan lagi ponselnya membuat Audrey mau tidak mau menerimanya.
Audrey menggerakkan ke bawah mencari sesuatu yang diinginkannya, Wisnu masih berada disampingnya seakan menunggu apa yang akan dirinya pesan. Audrey akhirnya memilih minuman coklat dingin dan pasta, mengembalikan pada Wisnu yang langsung menerimanya. Audrey melihat sekilas apa yang Wisnu lakukan, tampaknya membeli untuk dirinya sendiri dan Audrey baru tahu selera Wisnu saat ini.
“Aku belum makan jadi butuh energi untuk makan nanti siang.” Wisnu mengatakan tanpa menatap Audrey “Apa yang kamu kerjakan?”
“Mengecek kembali pekerjaan Mas Derry barangkali ada yang terlewatkan.” Audrey menjawab tanpa menatap Wisnu.
“Baiklah, selamat mengerjakan.” Wisnu menepuk bahu Audrey yang membuatnya membeku.
Hembusan nafas panjang dikeluarkannya saat Wisnu sudah tidak ada di dekatnya, mencoba kembali fokus pada pekerjaan yang ada dihadapannya. Fifi yang ada disampingnya juga tidak jauh berbeda dengan dirinya, mereka sama-sama sibuk untuk melihat kembali hasil pekerjaan masing-masing.
“Kamu kerasa nggak sih kalau Mas Wisnu lagi pendekatan sama kamu, Drey?” tanya Fifi tiba-tiba.
“Jangan aneh-aneh mikirnya, mbak. Mana mungkin pendekatan sama aku lagipula aku juga baru masuk dan kerja sama Mas Wisnu beberapa hari lalu, aku juga bukan type Mas Wisnu kali.” Audrey mengatakan fakta sebenarnya dan berusaha berpikir realita.
“Ye...dibilang nggak percaya kamu tu.” Fifi menggelengkan kepalanya.
Audrey memilih tidak menghiraukan kata-kata Fifi, keberadaannya disini adalah untuk bekerja bukan yang lain, apalagi harus menarik perhatian Wisnu yang tidak lain adalah pemilik tempatnya bekerja. Hembusan nafas panjang dikeluarkan Audrey setelah memastikan pekerjaannya selesai, menyimpan dan langsung mengirimkan pada Derry hasil kerjanya.
“Mas sudah aku kirim ke email ya.” Audrey mengatakan pada Derry saat berada di dekat kursinya.
“Nggak ada yang kelewatan ya laporannya?” tanya Derry sambil membuka email dari Audrey.
“Aku lihat sejauh tadi nggak ada, semua sudah sesuai pada tempatnya.” Audrey menjawab dengan penuh percaya diri.
“Sip, nanti aku cek lagi sebelum kasih ke Mas Wisnu. Makasih ya, Drey.” Derry menatap Audrey yang menganggukkan kepalanya.
Berjalan dan kembali ke mejanya, menatap laptop yang tidak tahu harus mengerjakan apa. Audrey mengalihkan pandangan kearah Fifi yang masih sibuk dengan pekerjaannya, menatap apa yang dikerjakan Fifi dalam diam.
“Pesanan sudah datang ini,” ucap office boy.
Fifi langsung berdiri dengan Audrey berada disampingnya, menata sesuai pesanan dari teman-teman yang lain. Audrey mengambil bagiannya, memisahkan dengan yang lain agar tidak menjadi satu.
“Drey, kamu ambil yang punya Mas Wisnu antar ke ruangannya.” Fifi memberikan intruksi dengan memberikan pesanan Wisnu.
“OB aja ya, mbak.” Audrey menawar yang mendapat tatapan tajam Fifi.
Audrey menatap pesanan Wisnu, mengambil miliknya dan Wisnu bersamaan. Membawanya sekaligus agar tidak perlu kembali ke depan, berjalan dengan membawa makanan dan minuman milik mereka berdua. Mengetuk pintu Wisnu dengan hati-hati, suara dari dalam menyuruhnya masuk dengan pelan Audrey membukanya dan langsung menutup pintunya.
“Kok kamu yang bawa?” tanya Wisnu yang langsung berdiri.
“OBnya sibuk, mas.” Audrey memberikan alasan dan membiarkan Wisnu mengambil makanannya.
“Kamu ada kerjaan?” Audrey menggelengkan kepalanya “Kalau gitu makan bareng aja disini.”
“Jangan, mas. Nggak enak sama yang lain.” Audrey langsung menolaknya.
“Sekalian ada yang mau aku bicarakan, sudah makan bersama saja.”
Audrey tidak mungkin menolak setelah apa yang Wisnu katakan, ada yang ingin dibicarakan pastinya sesuatu yang penting. Wisnu tidak mungkin mencampur masalah pribadi dengan pekerjaan, itu yang ada didalam isi kepala Audrey.
Duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan Wisnu, membuka makanan yang dipesannya dan berusaha bersikap biasa saja. Wisnu makan dengan lahap membuat Audrey yang melihatnya melakukan hal yang sama, melihat jam yang sebenarnya sudah mendekati makan siang dan itu artinya tidak ada yang salah jika mereka menikmati makanan sekarang.
Makan dengan keadaan tanpa suara, sibuk dengan makanan masing-masing. Beberapa kali Audrey melihat cara Wisnu yang makan dengan sangat cepat, walaupun beberapa hari kemarin mereka kerja bersama tapi baru kali ini Audrey melihat Wisnu makan dengan sangat lahap dan cepat.
“Nggak sarapan di rumah, mas?” tanya Audrey otomatis dan seketika menyesalinya.
“Mana ada yang masakin,” jawab Wisnu langsung “Kamu mau buatkan aku bekal setiap hari?”
“Aku?” tanya Audrey memastikan dengan menunjuk dirinya yang diangguki Wisnu “Kalau bekal tiap hari bukan aku yang masak, mas. Aku mana ada waktu buat masak pagi-pagi begitu, lain kali aja aku masakin.”
“Lain kali? Berarti aku boleh ke rumah untuk merasakan masakanmu?” tanya Wisnu yang membuat Audrey diam “Begini saja bagaimana kalau sabtu besok kamu ke rumahku buat masakin aku? Aku jemput ke rumah aja.”
“Rumah, mas?” Audrey menatap bingung yang diangguki Wisnu, seketika Audrey menggelengkan kepalanya “Aku nggak mau, nanti ada yang marah terus aku dianggap sebagai perusak hubungan orang.”
“Perusak hubungan orang?” tanya Wisnu bingung.
Audrey menganggukkan kepalanya “Cewek yang ngejar mas sampai menunggu dudanya, minta dia aja buat masakin jangan aku. Aku nggak mau bermasalah dalam hubungan orang lain.”
Wisnu tertawa mendengar kata-kata Audrey “Cewek mana? Sintia? Dia sahabatku dan mau menikah, besok aku kenalkan kamu sama dia dengan syarat kamu masak di tempatku.”
“Sahabat? Bukan cewek yang ngejar mas?”
“Bukan, sekarang aku lagi berusaha ngejar cewek yang ada dihadapanku.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love
RomanceSakit jantung, nama penyakit yang bisa membuat banyak orang berpikir mengerikan. Audrey, di diagnosa jantung bocor. Penyakit yang dialaminya sejak bayi, orang tua Audrey tidak mau menjalani operasi dengan alasan trauma, trauma kakak Audrey meninggal...