Bagian Kedua

110 20 7
                                    

"Huh, padahal aku belum latihan malah disuruh langsung tanding," ujarku.

"Gak usah banyak ngomong, kamu kan di pertandingan kedua melawan Diky Candra itu," ujar Adnan.

"Diam-diam, acaranya bakal dimulai," sela Claudy.

Semua pemain yang ada di ruang pemain menatap layar besar, tampak pembawa acara mulai membuka acara.

"Baiklah, pertandingan pertama adalah pertempuran Adira Prasaja dengan kuntilanak versus Putri Aira dengan Tuyul nya, hi hi tampaknya bakal ada pertarungan yang sengit," ujar pembawa acara berjas putih itu.

"Kuntilanak lawan tuyul? Tuyul bisa apa?" ujarku meremehkan Tuyul.

"Lihat dulu bro," ujar lelaki berkacamata hitam di sampingku.

"He he, iya-iya, ngomong-ngomong nama kamu siapa?" tanyaku sambil menjabat tangannya.

"Aku lawan mu nanti, Diky Candra, hantu muka rata ku pasti bisa mengalahkan Palasik milik mu," ujarnya sombong.

"Ha ha ha, baiklah! Mari kita bertarung!" balasku sambil mengepalkan tanganku.

Kami semua menonton pertandingan antara kuntilanak dan tuyul itu, tampak kuntilanak memulai serangan dengan menghilang dan mencakar tuyul. Meskipun cakarannya berhasil, namun tuyul menyerang balik dengan memukulkan karung berisi uang curiannya ke arah kuntilantak. Walaupun serangan biasa, tapi pertandingan ini terasa sangat menegangkan.

"Baiklah tuyul, mari kita gunakan rantai emas kita," ujar Aira sambil memasukkan tabung skill ke sarung tangan pengendalinya.

Tampak tuyul menggenggam rantai emas dan mengayun-ayunkan nya. Tuyul melempar rantai itu ke arah kuntilantak sehingga kuntilantak terikat dan tak bisa bergerak.

"Serangan beruntun!" sorak Aira.

Tuyul memukul-mukul Kuntilantak secara cepat sehingga nyawa kuntilantak tinggal 23%.

"Serangan balasan! Akar Mimang!" sorak Adira sambil memasukkan tabung skill ke sarung tangan pengendalinya.

Seketika sebuah akar muncul dari tanah arena, membuat tuyul pusing. Kuntilanak menyerang tuyul dengan cakaran bertubi-tubi.

"Nyawa tuyul tinggal 8%, kecepatan serangan kuntilantak begitu cepat!" Claudy terkagum-kagum.

"Serangan akhir, cakaran udara!" sorak Adira.

Kuntilantak terbang kearah tuyul lalu mencakarnya. Akhirnya tuyul kalah.

"Pertandingan pertama dimenangkan oleh Adira Prasaja dengan Kuntilantak nya," sorak pembawa acara itu.

Para penonton bersorak gembira. Begitu juga dengan para pemain di ruang pemain, tapi tidak denganku, aku sedikit deg-degan. Aku penasaran dengan kemampuan hantu muka rata itu, bagaimana dia menyerang? bagaimana dia melihat, sedangkan wajahnya rata.

"Baiklah, selanjutnya pertempuran antara  Luthfi Al Gazali dengan Palasik Kuduangnya versus Diky Candra dengan Hantu muka ratanya," ujar pembawa acara.

"Semangat Luthfi!!!!" sorak Adnan dan Claudy saat aku berjalan menuju arena.

Aku tersenyum kecil dan mengangguk. Gerbang arena terbuka. Aku berdiri di sebuah kursi dengan meja hologram yang unik. Aku mulai memakai helm dan sarung tangan pengendali-ku. Aku memasukkan chip ku dan siap untuk bertarung.

Pertandingan dimulai, aku kebingungan. Kami berdua masih belum saling serang. Hingga aku terkejut saat hantu muka rata itu muncul di belakang Palasik ku yang masih berbentuk wanita biasa. Hantu muka rata itu mencekik ku dari belakang.

Nusantara Ghost Battle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang