ENAM

47 4 0
                                        


"Cinta terbaik itu..
Dia menjadi penegur Saat Taatmu luntur Tergerus,
menjadi penasehat Saat Hatimu Rapuh, Jatuh dan kalang kabut
menjadi Pelipur saat semangatmu Melebur ."


sepulang dari quality time , tsabit bergegas menuju rumah sakit, usai mendapat telepon darurat dari koas yang menghubunginya. terpaksa meninggalkan afsya sendirian dirumah kecil mereka. Ya, resiko memiliki suami seorang dokter, Afsya harus pintar-pintar mencari celah untuk bisa berduaan. ah, mengingat kata kencan, pipi perempuan itu tiba-tiba memerah malu.

Tsabit ahda rayyan, dimata afsya, sungguh jauh berbeda dengan tsabit yang diluaran sana orang-orang kenal. dirumah, tsabit adalah pria yang hangat, meski sedikit kaku kurang romantis , juga menyebalkan kalau ia sudah mode jahil. afsya tetap bersyukur memiliki suami sebaik tsabit, yang baik, dan tulus menerima segala bentuk kekurangan di dalam diri afsya.

Hanya saja, satu habits yang menurut afsya masih susah untuk dihilangkan, tsabit si workaholic. meskipun sudah sibuk diluar rumah, laki-laki tak jarang membawa pekerjaan nya pulang , sehingga waktunya lebih banyak memangku laptop , daripada bercanda ria dengan afsya.

Ibu mertuanya juga sudah mewanti-wanti agar ia lebih bisa bersabar menghadapi tsabit yang berbeda. Tsabit tidak suka dibantah, dan itu sudah seringkali terjadi pada pernikahan ini, afsya dengan jiwa mudanya yang menggelora, acap kali mendebat tiap kali tsabit memerintah. Contoh kecilnya saja,ketika afsya teledor menaruh bindernya di sembarang tempat, alhasil tsabit juga musti ikut mencari benda tersebut, dan biasanya terjadi percekcokan, yang berujung keduanya kelelahan, dan terpaksa afsya harus menulis ulang catatannya.

malam ini , dirumah hanya ada afsya, tsabit masih belum ada tanda -tanda untuk pulang. bahkan pria itu sama sekali tidak membalas pesan yang sudah afsya kirim 2 jam yang lalu. Karena tidak bisa tidur lagi, afsya berniat mencari buku hadist yang terdapat di rak paling atas, namun karen kekurangan tinggi badannya, ia kesulitan mengambilnya, bukannya mendapati buku yang ia mau, afsya malah tidak sengaja menyenggol buku ilmu kimia yang tebalnya melebihi lima ratus halaman.

''astagfirullah.. '' sebut afsya yang langsung menghentikan aktivitasnya, segera ia meraih buku tebal itu, dan tanpa ia sadari sebuah foto jatuh dari balik buku yang ia genggam.

''untung enggak sobek. '' ucapnya bersyukur, baru saja afsya bangkit dari jongkoknya, matanya yang masih sehat, menemukan hal lain yang melantai disisi kakinya.

Diraihnya benda itu '' foto Siapa?'' tanyanya pada diri sendiri.

Entah itu foto siapa ynag berada di dalam buku suaminya, foto perempuan dengan jilbab hitam dikepalanya, menyeruakkan pesan penasaran dalam diri afsya. sekilas jika dilihat, gadis di dalam foto itu sedikit mirip syakib, tapi tidak mungkin jika itu saudara perempuan mereka, lagipula tsabit anak terakhir, itu yang ia tahu.

''mungkin ini foto sepupunya kak tsabit kali ya. ''ujar afsya pelan. Ia kembali menata buku-buku di atas rak.

***

Suara pintu berderit, membangunkan afsya yang sudah hampir terlelap, ia keluar dari kamar, dan mendapati tsabit yang baru pulang dari rumah sakit.

''mas , kamu udah pulang?" tanya afsya menyambut kedatangan suaminya. tepat pukul satu lewat empat puluh menit, tsabit barusaja mendarat di dalam rumah, sudah cukup larut untuk makan malam.

''hmm, kenapa kamu belum tidur sya? '' tsabit menatap tajam kearah afsya yang masih menyambutnya pulang disaat jarum jam sudah menunjukkan dini hari.

''udah tidur abis isya tadi, terus sekarang kebangun, mau tidur lagi kayaknya nanggung sekalian tahajud aja. '' jawab afsya, jangan lupakan aktivitas malamnya satu itu, hampir tiap malam afsya tidak pernah jemu bertemu sang pencipta melalui sepertiga malam yang sunyi.

HUR'AIN (Bidadariku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang