TUJUH

39 6 0
                                    


"Dan Hanya kepada Rabbmu Lah Hendaknya Kamu Berharap"

(Q.S Al insyirah : 8 )


Biasanya setelah sholat isya , keluarga afsya akan berkumpul diruang keluarga untuk sekedar bersantai dan quality time. seperti malam ini, bunda dan afsya membawa puding ke ruang keluarga sebagai teman mengobrol nanti. tapi baru saja duduk, suara bel menginterupsi keluarga itu.

"Assalamualaikum.." sayup-sayup terdengar suara salam dari balik pintu utama. siapakah gerangan sosok yang bertamu selepas isya.

"bukain dek, siapa tau abang yang pulang." Perintah bunda, afsya lalu bangkit menuju pintu utama.

Sampai di pintu utama, ia membuka perlahan pintu didepannya. saat itu tampak seseorang pria dengan masih memakai baju koko putihnya berdiri disana. seperti mimpi, tumben sekali lelaki ini mampir dirumahnya.

"Waalaikumsallam, loh pak tsabit, ada perlu apa ya pak?"Balas afsya sopan sembari memamerkan senyum manisnya. meskipun saja percuma, karena sepertinya sampai kapan pun lelaki itu tidak akan pernah membalas ketulusan afsya.

"maaf ganggu malam-malam gini, saya ada perlu dengan orang tua kamu, mereka ada di dalam?." Tanya tsabit , afysa mengangguk mengiyakan.

"Oh ada pak, sebentar saya panggilkan ayah " balas afsya, perempuan itu sedikit tergesa-gesa menemui orangtuanya, meninggalkan tsabit dengan ribuan rasa cemas, takut, dan grogi yang tengah menggerogoti batinnya. berkali-kali ia mengatur nafas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tidak karuan.

"Yah, ada pak tsabit didepan." ujar afsya , ayah yang sedang menikmati puding buah itu, sampai terheran-heran mendengar ucapan sang putri. tumben sekali, pikirnya.

"ada urusan apa ya dia kesini, biasanya ndak pernah mau kalau ayah suruh mampir."

"Di datengin dulu to yah, siapa tau ada perlu mendesak ." tegur bunda, ayah segera bangkit menemui pemuda yang sedang menunggunya diluar sana.

Sebenarnya ayah hasan, tidak begitu akrab dengan pemuda yang kebetulan anak dari tetangganya itu. hanya sesekali mereka acapkali bertemu saat sholat berjamaah di masjid.

"Assalamualaikum om" ucap tsabit begitu melihat sosok yang ia tunggu muncul juga.

dengan takzim , tsabit mencium tangan laki-laki didepannya.

"Waalaikumsallam nak tsabit, monggo pinarak mas. "Ayah hasan menggiring pemuda idola komplek itu menuju ruang tamu.

"maaf ya om, dateng malem-malem gini merepotkan om sekeluarga." ujar tsabit , melihat pria didepannya malah tersenyum, tsabit jadi sedikit lega, setidaknya ketakutan nya tadi tidak terbukti.

"Loh ya ndak papa , justru saya senang, akhirnya nak tsabit bisa berkunjung kerumah kecil kami ini." goda ayah hasan, tsabit tersenyum sungkan. salahnya memang, beberapa kali beliau mengajak nya mampir saat pulang dari masjid , tapi ia menolak.

"sya.." panggil ayah hasan.

"Iya yah." tubuh mungil afsya muncul dari balik tembok pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga. tsabit sedikit melirik kearah gadis cantik yang malam ini anggun sekali dengan gamis bunga-bunga nya dan hijab merah muda.

"buatkan teh manis dua." Perintah ayah hasan, afsya mengangguk pelan.

"nak tsabit, ndak papa to minum teh manis?." tanya ayah hasan, meski sedikit mirip sindiran, tapi tsabit tau itu hanya kelakaran lelaki ini saja.

"Ndak papa om, saya ndak milih-milih."

"Alhamdulillah lek ngunu, oh iyo tumben niki mas tsabit , dolan rene, ibu sehat to mas?."

HUR'AIN (Bidadariku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang