III a

120 12 2
                                        


"Menikah itu, menempatkan hati dalam satu Wadah.agar bisa bersatu Dalam Simpul halal yang kuat"

🍁🍁🍁

Sifat lelaki itu melindungi, bukan lari, dan acuh. egois pun tak di perbolehkan, kecuali menyangkut perasaan, perasaan yang murni tertuju pada kekasihmu. sebenarnya apa sih makna yang menyebut lelaki dunia itu sama saja. saya benar-benar tidak setuju dengan pernyataan yang menganggap bahwa sifat lelaki itu hanya dominan buaya semata. mungkin jenis kelamin bisa saja sama, tapi tidak dengan pola pikir dan sikap, masih banyak laki-laki baik .

  Sejak kecil, saya sudah belajar bahwa wanita adalah makhluk mulia, menyakitinya sama seperti kau menghancurkan separuh hidupnya. itulah mengapa islam sangat mengistimewakan perempuan, saat dia balita , dia menjadi mutiara dihati orangtuanya, beranjak dewasa, dia menjadi seorang ibu yang dijamin kemuliaan nya. bahkan apabila ketika proses melahirkan dia wafat, namanya tercatat sebagai syuhada. masyaallah, maha besar ALLAH dengan segala firman nya.

"Assalamualaikum.." Ucap saya sembari memasuki ruang pribadi pakde bahar. komentar pertama ketika masuk kedalam ruangan ini,'spesial' . karena pakde sengaja memasang banyak foto dirinya,dan keluarganya. saking cintanya pakde dengan kedua anak, dan istrinya.

  Sebenarnya, boleh dikatakan sejak kecil , saya selalu iri dengan pakde bahar. dia pria yang bertanggung jawab untuk keluarga nya, dan juga penuh cinta. sewaktu ayah saya pergi meninggalkan bekas dalam dihidup kami, pakde bahar inilah yang menjadi pengganti peran ayah di dalam hidup saya . bisa dikatakan saya sudah menganggap pakde bahar , bukan hanya sekedar paman, tapi ayah untuk saya.

"Waalaikumsallam" balas pakde .

"Apa kabar pakde?" Tanya saya, lalu memilih duduk pada kursi yang tersedia di depan meja kebesaran pakde .

Pakde melepas Kacamatanya "alhamdulillah, pakde sehat tsa!" Balasnya.

"Kapan balik nih pakde?"

" Kemarin sore tsa, oh iya, ada titipan dari mbakyu mu, katanya untuk kamu, tapi pakde lupa bawa." Ucap nya, lalu memakai kembali kacamata plus nya itu.

Pakde kembali sibuk pada tumpukan makalah milik mahasiswanya. iseng-iseng saya mengambil salah satu makalah yang seperti nya belum sempat disentuh oleh pakde bahar. baru membuka halaman pertama alis saya langsung terangkat, perempuan itu, perempuan yang sempat saya tegur dikelas, karena terlihat mengobrol dengan temannya  dan sore harinya malah saya berikan bantuan.

  Kalau ingat-ingat dengan perempuan itu, saya sepertinya tidak asing, seperti pernah bertemu beberapa kali, tapi entah dimana saya payah sekali mengingatnya, ah sudahlah kenapa malah membicarakan perempuan itu .

" Tsa.." panggil pakde.

kepala saya terangkat, lalu menatap wajah keriput pakde. "Iya."

"Gimana?, kamu udah dapet calon istri belum?, apa masih mau pakde carikan, kebetulan pakde punya kenalan, anaknya baru pulang dari mesir" ucap pakde antusias. nah kan, ini salah satu kelakuan pakde yang tidak saya sukai. beliau lah orang yang paling gencar perihal jodoh. sering saya menolak ketika beliau mulai  menyodorkan beberapa wanita dari anak relasinya . tapi ya begitu, semua tidak ada hasil, saya lebih banyak menolak.

" belum pakde, kayaknya saya belum mikir kearah sana dulu " Jawab saya tegas. tidak ingin pakde semakin memperpanjang obrolan tentang jodoh ini.

"Jangan bilang kamu mau fokus cari duit, yo alah tsa, mengejar dunia iki  saget , mboten nopo-nopo  tapi ojo lali akhirat mu ."nasehat pakde , seperti ayah kepada anaknya.

Saya tidak bisa menampik, bahwa pakde adalah pengganti sosok ayah di hidup saya, sejak kecil pakde lelaki pertama yang memeluk saya ketika banyak air mata luka yang harus saya keluarkan. diantara keluarga ibu saya, memang hanya pakde yang paling dekat dengan saya.

"Ya pakde, nanti saya fikirkan lagi , lagian umur saya masih tiga puluh tahun, bukan lima puluh tahun."

  Pakde melipat kedua tangannya di depan dada, pandangan nya intens menatap saya, seakan menilai satu persatu ciptaan ALLAH yang luar biasa ini.

"Justru karena kamu sudah tiga puluh tahun le, kamu harus mulai mikirne masa depan awakmu, tau ndak kamu waktu pakde seumuran kamu ini, pakde malah sudah punya tiga anak" Pakde berdecak halus, sambil memamerkan prestasinya di usia tiga puluh tahun dulu, saya hanya tersenyum kecil . 

"Kayak nya kita udah pernah bahas ini , saya memang belum memikirkan kearah sana, karena saya belum siap mengambil tanggung jawab sebagai seorang kepala rumah tangga, pakde kan tau gimana kerasnya saya, jujur saya takut saya lalai dalam menjaga amanah dari ALLAH." Jawaban saya tidak pernah berubah, tetap soal tanggung jawab.

  Pakde sedikit memijat pelipis nya, antara kesal dan menyesal memiliki keponakan sekeras saya.

  Saya tersenyum kecil menatap sosok didepan saya ini. sosok hebat pelengkap hidup saya, karena pakde lah , sampai saat ini saya bisa bertahan di dunia yang kejam , dan penuh dengan manusia jahat.

  "Le, pakde tahu kamu bukan orang yang seperti itu, urusan dunia saja kamu bisa adil, apalagi akhirat mu, wis ojo mikir aneh-aneh disik , sekarang yang harus kamu tau, menikah itu ibadah le, dan menyempurnakan ibadah itu hukumnya wajib. kalau kamu nanti menikah, kamu bakal tau bahwa tempat pulang paling nyaman adalah Istrimu, nikmat yang ndak akan kamu rasakan ditempat manapun "

Ucapan pakde , sukses membuat saya diam. pakde tidak pernah salah dalam menasehati, kadang-kadang kekeras kepalaan saya ini lah yang justru menekan semuanya agar terlihat rendah .

"Pakde lihat sekarang pun kamu sudah cukup mapan, kamu punya pekerjaan yang mumpuni, dikaruniai wajah yang tampan, bekal ilmu agamamu pun sudah cukup. jadi tunggu apalagi ?, pakde cuma takut tulang rusuk kamu karatan karena nunggu kamu yang kelamaan "

" makasih pakde atas nasihatnya, doain aja , insyaallah kalau sudah waktunya ALLAH ridhoi , saya akan menikah . " pakde menepuk bahu saya pelan, tatapannya melunak menatap saya.

  "Pakde seperti ini, bukan karena benci le, tapi karena pakde sayang, pakde mau kamu menemukan kebahagiaan kamu , buktikan sama diri mu sendiri, kalau kamu tidak seperti laki-laki itu." Pakde benar, mungkin ini salah satu alasan saya tidak pernah sekalipun memulai hubungan dengan wanita manapun.

  Keluarga saya, memang bukan keluarga yang sempurna, sejak usia 7 tahun, saya sudah melihat masalah  orang dewasa, dengan kacamata pria kecil . saya ditinggalkan sendirian, kesepian, dan tidak punya siapa-siapa saat itu.

semua kesakitan itu saya simpan sendirian. sampai satu ketika , saat saya melihat kakak saya dicampakkan mantan istrinya, rasa amarah yang bertahun-tahun dulu bertumpuk rapi di hati saya, tak bisa saya bendung lagi. bercampur dengan trauma masalalu, saya makin merasa kehilangan diri sendiri.

   bagi saya pribadi niat menikah bukan bahan lelucon, menikah itu menempatkan dua hati dalam satu wadah, agar bisa bersatu dalam simpul halal yang kuat. saya benci sekali, ketika semua itu malah disalah artikan, seperti tidak ada harganya sama sekali.

  Katakanlah, urusan jodoh dan hati adalah hal paling rumit. salman alfarisi pernah patah hati ketika gadis yang hendak dipinang nya, memilih sahabatnya. tapi dia tak berkecil hati, dia tetap berjiwa tegar. seolah-olah hari kemarin adalah mimpi baginya.

Lelaki manapun didunia ini, pasti tak akan bisa setegar salman alfarisi termasuk saya. bukanlah hal mudah menerima tulang rusuk yang bengkok, tanpa kaidah yang sesuai. untuk meluruskannya pun saya belum punya kunci yang kuat, dan belum siap bila suatu saat tak sengaja mematahkannya.

Bersambung

Assalamualaikum...
maaf dengan segala Kekurangan Yang ada Dalam Novel ini, Baik Cover, isi, maupun Karakter.

Jazakumullah Khairan Katsir, buat yg sudah mampir diceritaku.
❤❤


HUR'AIN (Bidadariku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang