DELAPAN

38 6 3
                                        



Sejatinya sebuah rumah terdiri dari dinding, lantai, pondasi, dan tiang. kekuatannya berasal dari material yang dipakai, semakin bagus kualitasnya, semakin kokoh ia berdiri. rumah yang baik pun tentunya harus ada ventilasi, sebagai tempat keluar masuknya udara, agar tetap sehat penghuninya. sama halnya dengan rumah tangga, ketika pertama kali seorang pria datang, sejatinya dia sudah membangun pondasi dalam rumahnya sendiri, lalu di sempurnakan secara utuh setelah ia menjabat tangan sang wali, memindahkan tanggung jawab besar dari seorang ayah terhadapnya.

Kalimat 'saya terima nikahnya..' memang terlihat sederhana sekali, tidak usah banyak belajar secara harfiah, sesuatu itu dapat mengalir dengan sendirinya. namun, tanggung jawab yang dipikul setelahnya sangat berat. seorang suami adalah teladan, pakaian, juga tiang dalam tiap sendi kehidupan berumah tangga. nilai sebuah keluarga terletak pada imamnya. maka bagaimana caranya agar rumah yang dibina Itu dapat menimbulkan efek kenyamanan dan ketentraman, jawabannya ialah istri yang solehah, dan iman yang melandasinya.

ada sebuah nasehat mengatakan, semakin banyak keluarga yang nenelan masalah dengan keimanan , maka semakin sedikit pula pertengkaran di dalamnya. tanpa disadari oleh saya, fakta itu benar. menikah berarti juga menerima segala hal baru tentang pasangan kita. contohnya saya dan afsya, selama pernikahan kami Alhamdulillah tidak pernah ada pertengkaran hebat , selama kurung dalam lima bulan usia pernikahan kami. sedikit ada ketidak cocokan, tapi itu normal , tak membuat kami lalu harus mendekam dalam perdebatan, lewat dari beberapa menit, kami bahkan sudah bisa bercanda lagi.

Sampai ditahap ini , saya sudah besar syukur sebab semuanya berjalan seperti biasa, sebagai pengantin baru kami menghabiskan banyak hal, mengeksplor perasaan masing-masing , membangun chemistry, dan juga saling nasihat menasihati bila salah satu dari kami melakukan kekeliruan.

Dan bagian termanis dari semua itu, ketika saya terbangun dari tidur, ada sosok lain yang saya temukan berbaring disamping saya, dengan wajah polosnya yang cantik dan tanpa beban sama sekali. seperti mendapat hadiah paling berharga, tapi bedanya kali ini hadiahnya berupa kejutan yang datang dari sosok disebelah saya dengan bertubi-tubi.

"Terimakasih sya sudah bangun hari ini, terus seperti ini sampai AllAH benar-benar mengambil salah satu dari kita." Ucap saya , entah kenapa kalimat itu selalu terlontar setiap kali afsya bangun di sepertiga malam begini.

Masih dengan hal rumah tangga, kekurangan pasangan penting menjadi sandaran diri seorang suami untuk terus bersyukur, entah kekurangan dalam bentuk fisik, sifat, atau psikologis.sebenarnya esensi wanita tidak semenyeramkan itu. simplenya begini, karena mereka lahir dengan tulang rusuk yang bengkok, maka tidak bisa kita paksa untuk luruskan, akan patah lah ia. tidak bisa pula kita biarkan bengkok begitu saja, maka makin sulitlah kita menghadapi nya. jadi, pandai-pandailah kita berada ditengah-tengah nya.

Sebenarnya kalau kita peka ,tidak harus muluk-muluk, wanita itu hanya ingin dimengerti, diperhatikan dan dimanja-manja.untuk segala kelebihan dan kekurangannya. sekiranya ada yang membuat kaum lelaki terbebani, Mungkin ia kurang dalam bersyukur kepada ALLAH.

"Mas , hari ini afsya ijin ya mau kerumah sakit." ucapnya disela kegiatannya membereskan kamar, usai solat subuh.

Saya yang sedang melipat alat solat kami, menghentikan aktivitas sejenak, lalu beralih menatap afsya "cek up lagi ya?." tanya saya

Afsya mengangguk, sembari tersenyum. saya tau arti senyum itu, apalagi kalu bukan menutupi luka batinnya. afsya akan menunjukkan ekspresi baik-baik sajanya, dan itu hal paling sulit bagi saya pribadi.

"Mas mau afsya masakin apa?." Tanyanya mengalihkan pembahasan kami , afsya memang tidak pernah absen membuatkan menu makan siang saya, bila berkesempatan kerumah sakit.

HUR'AIN (Bidadariku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang