Bagian 13

13.6K 341 22
                                    

Nurmala menggeleng tak percaya dengan apa yang dilihat serta didengarnya. Pertanyaan tentang mengapa Bara yang membuka pintu rumah Renata belum terjawab. Kini muncul pertanyaan baru dalam benaknya, tentang panggilan 'sayang' yang dilayangkan oleh sahabatnya terhadap Bara.

Langkah Renata melambat saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu. "Nurmala," desisnya.

Sementara Bara ia bergeming di ambang pintu. Tak tahu mesti berbuat dan berkata apa?

Renata mendekat memastikan penglihatannya. "Nu-nur ..., ini beneran kamu?" tanyanya, sambil mengamati tubuh Nurmala dari ujung kepala hingga kaki.

Kaca-kaca yang sedari tadi mencoba Nurmala tahan pun akhirnya tumpah. Ia beringsut mundur menjauh dari hadapan Renata dan Bara. Hatinya hancur bukan lagi berkeping tapi, laksana butiran debu. Hancur lebur.

Tak kuat melihat penghianatan yang dilakukan oleh sahabat dan juga kekasihnya ia memutuskan untuk pergi. Renata mencoba untuk mengejar dan menjelaskan namun, Nurmala terlanjur sakit hati.

Berlari terseok-seok sambil sesekali menyeka air matanya yang menderas. Renata berhasil mengejar dan mencekal lengan sahabatnya. Namun, ditepis oleh Nurmala. Lalu mendorong tubuh Renata hingga tersungkur ke atas trotoar.

Sementara Nurmala terus berlari sambil bercucuran air mata. Setelah dirasa sudah cukup jauh ia berlari dan memastikan tak ada orang yang mengejarnya. Ia duduk memeluk lutut di pinggir jalan yang sepi. Menangis sejadi-jadinya.

Setelah puas menangis ia duduk terbengong. Masih di tempat semula. Tatapan matanya kosong menatap lurus ke depan. "Kenapa semua orang yang sangat aku sayangi tega menghianatiku. Kenapa mereka kejam sekali?" desisnya. Lagi, air matanya menderas. Menenggelamkan kepalanya di sela lutut. Bahunya bergetar akibat isakkannya.

Ia menghentikan tangisnya saat telinganya menangkap seperti suara orang tengah mengobrol. Lantas dia berdiri usai menghapus air matanya. Menoleh ke sana kemari mencari dari mana sumber suara tersebut.

Saat menoleh ke arah belakang ia melihat dua orang pria yang gerak-geriknya sangat mencurigakan. Tak kuasa menahan rasa penasaran ia berusaha menguping pembicaraan kedua lelaki itu. Melangkah perlahan mendekat ke arah dua orang itu. Namun, karena tidak memperhatikan jalan. Tak sengaja menginjak kaleng bekas minuman. Sehingga menimbulkan bunyi yang lumayan berisik.

Kedua pria yang menyadari ada yang menguping pembicaraannya pun langsung menoleh ke arah Nurmala.

"Sial, ada yang nguping, Bos!" seru salah satu dari pria itu.

"Tangkap, jangan sampai lolos!" titah satunya. Mendengar itu Nurmala langsung berlari sekuat tenaga. Sementara kedua pria itu mengejar Nurmala.

Kedua pria itu seolah tak ingin membiarkan Nurmala lepas mereka terus mengejar tanpa henti.

Sampai akhirnya Nurmala memutuskan untuk masuk ke hutan dan bersembunyi di balik semak belukar. Namun, seekor ular membuatnya terkejut sehingga ia berteriak. "Aaaak!"

"Suaranya di sana, Bos!" pekik salah satu pria sambil menunjuk ke arah di mana Nurmala bersembunyi.

"Ayo kita cari ke sana!" Lantas kedua pria itu bergegas ke tempat Nurmala bersembunyi.

Namun, saat kedua pria itu sudah sampai di balik semak. Nurmala sudah tak lagi di sana.

"Sial, dia lolos!" umpat salah satu dari kedua pria itu.

"Lalu sekarang bagaimana, Bos?"

"Kita cari sampai ketemu. Jangan biarkan dia lolos. Bahaya kalau tadi dia melihat kita transaksi barang haram ini. Bisa panjang urusannya."

Hamil Anak Setan (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang