Ending (Next di Novel)

19.1K 370 81
                                    

Gubraaak!

Tubuh Nurmala membentur dinding gubuk yang terbuat dari papan. Sangat keras. Ajaibnya, meski jatuh sangat keras dari ketinggian tapi, ia masih sempat merintih dan meminta tolong. Baru beberapa saat kemudian ia pingsan.

Suara gaduh yang terjadi menarik perhatian si pemilik gubuk yang kebetulan sedang ada di dalamnya. Seorang pria berparas tampan keluar. Ia terperanjat kaget saat mendapati seorang wanita tengah tergolek tak sadarkan diri. Bergegas membopong masuk dan menidurkannya di atas ranjang yang terbuat dari papan dan beralaskan tikar tanpa kasur dan bantal.

"Apa yang terjadi pada gadis ini?" gumam pemuda itu seraya mengecek denyut nadi Nurmala.

"Dia masih hidup!" serunya. Lalu berusaha menyadarkan Nurmala dari pingsan dengan cara memercikkan air ke wajah Nurmala.

Nurmala mengerjap lalu bangun dan langsung dalam posisi duduk. Kaget saat mendapati seorang pria di hadapannya. Ia takut dan masih trauma atas kejadian semalam. Teringat apa yang akan dilakukan oleh Emen padanya. Beringsut mundur. "Ka-kamu s-si-siapa?"

Melihat ekspresi takut dari wajah Nurmala si pemuda mencoba menenangkan. "Tenang, In Sya Allah saya tidak akan berbuat jahat padamu. Namaku Hafiz. Saya pencari madu. Ini gubuk tempat istirahat saya."

"Nama kamu siapa?" tanya Hafiz kemudian setelah sebelumnya suasana menjadi hening sejenak.

"Saya Nurmala."

"Kamu sedang apa di hutan ini?"

Nurmala lalu menceritakan bagaimana ia bisa sampai di hutan.

Hafiz menyimak antusias. Setelah Nurmala selesai bercerita kemudian ia menyeduh madu hasil panennya dengan air hangat yang ia bawa dari rumah.

Ia membawa perlengkapan layaknya orang sedang kemping saja. Termos kecil berisi air hangat, mie instan, dan beberapa makanan instan lainnya juga cemilan.

"Ini minumlah!" titah Hafiz setelah selesai menyeduh madu dengan air hangat. Nurmala ragu dan takut hendak meminum dan makan cemilan yang disuguhkan.

"Jangan khawatir. Ini aman kok dimakan. Nih, aku makan juga ya, kalau kamu ndak percaya." Hafiz kemudian memakan makanan dari wadah yang sama dan meminum air madu untuk pembuktian. Barulah Nurmala mau memakannya.

"Terima kasih," ucap Nurmala setelah selesai makan dan minum.

"Sama-sama."

"Oh, ya, saya harus pulang. Kasihan, pasti keluarga saya cemas."

"Kamu tahu jalan keluarnya?" Nurmala menggeleng tanda tak tahu.

"Ya sudah, kalau begitu kita bareng saja. Kebetulan saya juga mau pulang." Nurmala mengangguk setuju. Kemudian keduanya berkemas dan bergegas keluar dari hutan.

Hafiz dengan legowo mau mengantar Nurmala sampai di rumah. Keluarga Nurmala senang tak terkira melihat Nurmala kembali dengan selamat.

Setelah mengobrol panjang lebar dengan keluarga Nurmala, Hafiz berpamitan hendak pulang. Ayah Nurmala memberikan imbalan sejumlah uang sebagai tanda ucapan terima kasih. Namun, Hafiz menolak. Dia ikhlas menolong tak mengharap imbalan. Begitu tuturnya.

"Setidaknya terima sedikit sebagai ongkos beli bensin, Nak!" Hardi memaksa. Namun, Hafiz tetap menolak. Dan langsung pergi setelah berpamitan.

"Lain kali kalau ada waktu main ke sini lagi ya, jangan kapok!" pekik Haris yang sudah mulai akrab dengan Hafiz meski baru pertama bertemu.

Sifat Hafiz yang baik, asik, dan ramah serta murah senyum membuat siapa saja mudah dekat dengannya.

"Siap, In syaa Allah kalau ada waktu bakal berkunjung ke sini lagi," sahut Hafiz kemudian pergi usai melambaikan tangan, dan dibalas oleh seluruh keluarga Nurmala.

Hamil Anak Setan (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang