Happy Reading💕
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua anak telah keluar dari kelas nya masing-masing. Sungguh tampak ramai. Terutama di koridor sekolah. Terlihat seperti ada keributan. Devanya dan teman-temannya pun sangat penasaran, sehingga mereka melihatnya dari jauh.
"Eh gilak tuh! Geng Devano lagi dan lagi.." ujar Clara sambil menggelengkan kepala.
"Ih iya lho.. mesti deh tuh anak-anak EAGLE urusannya ama anak OSIS." Sahut Vivi.
"Ho'oh. Gatau kenapa, aku sekarang jadi suka liat kayak gini. Seru aja gitu." Seketika itu juga Vivi dan Clara menoleh pada Devanya dengan tatapan aneh.
"DIH!" mereka berdua menjawab secara bersamaan.
Devanya, Vivi, dan Clara sibuk membicarakan anak-anak EAGLE. Hingga tidak mereka sadari, koridor sekolah mulai tampak sepi, dan datanglah Devano bersama gengnya di hadapan mereka bertiga.
"Eh ngomongin kita?!" tanya Griffin dengan tangan di saku celana putih abu-abu.
"Hah? Ngomongin lo? Helloooo, ngapain juga ngomongin kalian-kalian yang sok-sok jadi preman sekolah?" sahut Clara dengan nada yang meremehkan, sehingga membuat Alvin membuka mulutnya. Sungguh. Clara termasuk kategori perempuan paling berani di SMA Pertiwi.
"Eh, lo kalo ngomong dijaga bisa gak?" sambil berdiri di depan mata Clara persis.
"Aduh aduhhhh, Clara yang cantik nan imut. Mendingan ngomongnya dipikir dulu. Diolah dulu. Daripada habis ditangan kita-kita lohh." Sahut Joko dengan menaik turunkan nada. Devano sebagai ketua tidak akan tinggal diam, ia maju dan berdiri dihadapan Devanya.
"EH! Urus temen-temen lo tuh! Baru urusin hidup gue, nasihatin gue." Ujar Devano dengan tatapan tajam pada Devanya.
"Ih! Minggir lo!" dorong Vivi pada Devano sehingga membuatnya mundur. Dalam hitungan detik, Karin langsung menampar Vivi.
Vivi memegang pipinya yang memerah, rasanya ia ingin menangis.. tetapi ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya.
"Udah Vi. Nggak usah diladenin. Kita mengalah bukan berarti kita kalah sama mereka-mereka." Nasihat Devanya pada Vivi yang ingin menampar balik Vivi.
Ketika mereka bertiga sudah ingin pergi dari tempat, tiba-tiba ada murid SMA lain datang. Orang ini sangat tidak asing bagi Devanya, ia yakin bahwa ia pernah melihat sebelumnya. Ya. Orang tersebut adalah Bryan Eduard. Bryan datang bersama teman-teman premannya itu dengan tongkat kasti di atas pundaknya. Yang benar saja? Bagaimana bisa anak sekolah SMA lain dan preman-preman memasuki daerah SMA Pertiwi? Apakah tidak ada satpam yang menjaga gerbang sekolah? Itu bisa jadi.
Tiba-tiba Bryan menarik tangan Devanya dan merangkul Devanya, hal itu sontak membuat Devanya kaget. Devanya samasekali tidak mengenal Bryan Eduard, ini adalah kedua kalinya Bryan merangkul paksa Devanya.
Ih ini siapa juga. Apa dia teman kecilku waktu aku masih di Australia? Batin Devanya.
"Eh lo siapa si?! Lepasin temen gw gak?!?!?!!?" ujar Vivi sambil menarik Devanya, namun Devanya hanya terdiam. Tatapan kosong yang terlihat dari wajah Devanya.
Devano yang melihat hal seperti itu, entah mengapa tiba-tiba ia merasa cemburu dan sesak pada dadanya. Devano tidak akan tinggal diam.
"HEH, NGAPAIN LO? MAIN BAWA-BAWA MURID SINI?!" ucap Devano dengan suara beratnya, tetapi Bryan memilih untuk pergi bersama Devanya dan meninggalkan mereka semua dengan ditemani para preman.
Perlakuan Devano kali ini sangat aneh, ia hanya diam saja ketika seorang siswi SMA Pertiwi di bawa oleh orang yang tidak dikenal olehnya.
"Kok lo biarin? Kalo terjadi kenapa-kenapa sama Devanya gimana?" tanya Griffin.
![](https://img.wattpad.com/cover/206040869-288-k483318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BENCI ATAU CINTA [HIATUS]
RomanceDevanya Angelica. Murid SMA Pertiwi yang pendiam, tertutup, dan pintar. Ia sering mendapatkan juara kelas. Sering dikejar oleh beberapa lelaki tampan, namun Devanya adalah sesosok wanita yang tidak mudah tertarik dengan lelaki. Devano Oliver. Murid...