Bab 6 : Rencana Hari Libur Esok

27 4 0
                                    

Hari semakin larut, sedangkan aku masih dalam perjalanan pulang kerumah. Shiro terus memegang tanganku, kami berdua saling bergandengan, begitu erat, dan hangat.

'Shiro, sebentar lagi sampai rumahku, cepatlah berubah', Ucapku mengingatkan Shiro.
'Huh, ay ay Kapten', Jawab Shiro sambil tersenyum.

Shiro merubah wujudnya menjadi seekor anak kucing, aku membawanya sampai ke rumahku. Sesampainya di rumah.

'Tadaima, Okaa San' , Ucapku dengan nada kelelahan.
Ibuku muncul dari dapur untuk
menyambut kepulanganku.
'Okaeri Rei Kun, kali ini kau terlambat lagi ya?', tanya ibuku sambil tersenyum.
'huh iya Bu, hari ini pelajaran di sekolah banyak karena sebentar lagi ujian', Ucapku sambil menghela nafas.
'Oh souka, Ara, kenapa anak kucing mu ada diluar ?', Tanya ibuku.
'Ntahlah, sepertinya dia keluar dari jendela, dan aku menemukannya di depan Rumah, dia sedang tertidur pulas', Jawabku berbohong pada ibuku, padahal yang sebenarnya Shiro Mengikuti ku sampai ke sekolah.
'Pantas saja, saat ibu ingin memberinya makan, dia tidak ada di kamarmu', Ujar ibuku.

Terdengar suara langkah kaki saat aku sedang berbincang dengan ibuku, adikku datang.

'Onii Chan, Okaeri. Wah kakak membawa anak kucing, Lucunya', Ucap adikku.

Adikku bernama Rin Matsutaka, ibuku bernama Aini Matsutaka, kakakku bernama Erina Matsutaka, dan Ayahku yang jarang pulang kerumah sekaligus kepala keluarga di rumah ini bernama Ryuki Matsutaka. Kakak dan adikku seorang perempuan, jadi, di keluarga ini hanya ada 2 pria dan 3 wanita. Aku lupa memperkenalkan nya.

'Haik, aku membawanya kemarin', Jawabku dengan ketus.
'Onii Chan, apa aku boleh menggendong nya?', Tanya adikku terlihat gembira.
'Oh, ternyata kamu suka kucing juga, nih silahkan, tolong jaga sebentar aku ingin segera mandi dulu', Jawabku sambil memberikan Shiro kepada adikku.
'Waah senangnya', Jawab adikku yang terlihat gembira.
'Baiklah bu, aku naik dulu ya, nanti makan malam aku akan turun', Ujarku pada ibuku.
Tanpa menunggu jawaban nya, aku langsung bergegas menuju kamarku.
'Jangan lupa turun ke bawah Rei kun', Sorak ibuku dari depan pintu rumah.

Selang beberapa menit, aku selesai mandi dan juga ganti baju, kemudian aku turun ke bawah untuk makan malam,

'Huaah, hari ini makan malam apa Bu?', Tanya ku sambil menguap,
'Hari ini kita makan dengan kare saja ya, Ayahmu belum mengirim ibu uang, hehe', Jawab ibuku sambil tersenyum.
'Huh, Ayah sialan itu', gumamku di dalam hati.
'Oi Rin, sudah simpan dulu Shiro, sepertinya dia mengantuk', Ucapku kepada Rin adikku.
'Huh, baiklah, padahal aku masih ingin bermain lagi sebentar dengan nya', Jawab adikku mengeluh.
'Sudah besok saja ya', Ucapku.

'Kakak kemana Bu?', Tanya ku karena dia belum muncul juga.
'Oh dia mungkin masih di kamarnya', Jawab ibuku.
'Rinaa Turunlah, makan malam sudah siap!!', Teriak ibuku dari bawah tangga',
'Baiklah Buuu!!', Kakak ku menyahut dari dalam kamarnya.

Tanpa menunggu kakakku turun ke bawah, aku langsung saja makan karena aku sudah lapar sekali.
'Hmm, Ittadakimasu', aku makan dengan lahap.
'Hei onii Chan, sabarlah !, tunggu nee Chan turun baru kita makan bersama', ujar adikku terlihat sedikit marah.
'Haik 'haik, tidak perlu memasang muka seperti itu', Jawabku seraya mencubit pipi adikku.
'Hei, Yamete onii chan', jawab adikku berusaha menyingkirkan tanganku.
'Wah, kalian sedang mengobrol ya, kalian akrab sekali', sahut kakak ku yang baru turun dari kamarnya.
'Onii Chan mengganggu ku terus Nee Chan', ujar adikku mengadu kepada kakakku.
'Hmm dasar Rei, lolicon akut', Ujar Kakakku seraya mengejekku.
'Hei, apa kau juga ingin kucubit pipimu!', Ucapku pada kakakku dengan ketus.
'Sudah sudah, semua sudah berkumpul, mari kita Makan, sebelum, makan kita berdoa dulu', Ucap ibuku sambil tersenyum lega.

Setelah selesai berdoa, kami pun makan bersama sama, hanya saja Ayahku yang tidak ada. Tidak Apalah, aku sudah terbiasa makan berempat tanpa kehadiran Ayahku.

Setelah selesai makan malam bersama, kami pun kembali ke kamar masing", karena malam semakin larut, waktu menunjukkan pukul 10 malam, waktunya jam tidur.
Setelah semua anggota keluargaku masuk ke kamarnya masing", aku menyiapkan sepiring nasi dan kare lagi untuk ku berikan pada Shiro, karena dia pasti sudah lapar sekali. Shiro sedang tertidur pulas di atas shofa ruang tamu. Aku membawa Shiro dan sepiring nasi ke kamarku. Sesampainya di kamarku. Shiro langsung merubah wujudnya.

'Cepat berikan kare itu padaku, aku lapar sekali Gosujin sama', Ucap Shiro sambil menggoyang goyangkan tubuhku.
'Iya iya, sabarlah Shiro, berhenti mendorong dorongku kucing nakal', Jawabku dengan nada bicara jengkel.
'Nah, makanlah', Ucapku ketus mengasongkan piring sambil membuang muka.
'Apa maksudmu? Aku ingin kau suapi', Ucap Shiro seraya melemparkan senyumnya terhadapku.
'Oi, kau ini manja sekali, dasar pendek', aku meledeknya sambil mengusap kepala dan telinga kucing nya,
'Ngehehe, cepatlah suapi aku, Aaaaa', Shiro membuka mulutnya untuk siap ku suapi makan.
Aku menyuapi nya makan makanan kare buatan ibuku yang sudah tidak terlalu hangat lagi,
'Bagaimana rasanya, apa kau menyukai kare buatan ibuku ?', Tanyaku pada Shiro yang sedang mengunyah.
'Rasanya enak sekali, Tuanku', Jawabnya sambil mengunyah seraya menggerak gerakkan telinga dan ekornya.
Sambil menyuapi makan, aku mengajaknya ngobrol untuk membahas hari esok.

'Shiro, apa kau tahu mall?', Tanyaku sambil menyuapinya makan,
'Hmm, Mall? Apa itu mall?', Shiro menjawab dengan tatapan kosong sambil mengunyah,
'Hmm, mall itu tempat berbelanja dan bermain', Jawabku.
'Wah, sepertinya menarik, aku ingin pergi kesana, Tuanku!', Jawab Shiro yang terdengar gembira dengan raut wajah yang berbinar binar.
'Iya baiklah, aku memang ingin mengajakmu ke sana besok, mumpung aku libur sekolah', Jawabku sambil menyuapinya.
'Benarkah, Waaah senangnya', Jawab Shiro sambil tersenyum.
'Ini suapan terakhir, Aaaaa', spontan aku pun ikut mangap.
'Aaaaaa', Shiro membukakan mulutnya. Dia makan dengan terlahap, wajar saja, dari tadi dia menahan rasa lapar nya.
Selang beberapa lama, aku selesai menyuapi nya makan dan memberinya minum, malam pun semakin larut.

'Shiro, apa kau tidak ingin mandi dulu, ganti pakaian mu, dari siang kau memakai jaket ku terus', Ucapku sambil menyuruhnya mandi dan mengganti pakaian.
'Eehhh, baiklah, aku akan mandi dan mengganti pakaian', Jawab Shiro sambil cemberut.
Shiro pun menuju kamar mandi yang ada di kamarku, untuk membersihkan badan nya.
Beberapa menit kemudian, Shiro pun keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk punyaku ,menutupi bagian dada sampai pahanya, rambutnya yang putih cerah nan lembut sekarang terlihat masih sedikit basah walau sudah di lap mengenakan handuk.
Sekarang dia terlihat lebih bersih dibandingkan sebelum tadi dia mandi.
'Cari saja pakaian di lemariku, setelah itu langsung tidur', aku berbicara sambil menutupi wajahku menggunakan selimut.
'Hmm, baik Tuanku', Sahut Shiro. Tak lama kemudian, "Gubrak".
Shiro membantingkan dirinya tepat di atasku.
'whhaa, apa yang kau lakukan Shiro', sontak aku kaget.
Saat ku lihat, ternyata Shiro masih belum memilih pakaian, dia telanjang bulat menindih di atasku sambil memeluk ku dari luar selimut.
'Nyahaha Aku ingin menjailimu Tuanku', Ucap Shiro sambil tertawa dan mengeratkan pelukannya.
'T t tunggu Shiro, lepaskan aku', Ucapku terdengar gugup.
'Hei, seperti ada sesuatu yang keras menonjol mengenai bagian bawahku', ujar Shiro agak kebingungan.
'J j jangan, diamlah jangan bergerak gerak', Ujarku dengan nada bicara semakin gugup.
'Nyaha, apa kau terangsang Tuanku ?, Apakah ini nikmat ?', Ucap Shiro dengan nakal sambil menggerakkan pinggulnya.
'T t tidak, laki laki manapun jika ada wanita telanjang di kamarnya pasti akan seperti ini', Jawab ku semakin gugup.
'S su -sudahlah aku mau tidur', Aku menutup diriku dengan selimut dan berusaha untuk tidur lalu mengabaikan nya.
'Hmm', Shiro cemberut. Lalu kemudian Shiro masuk kedalam sampingku dalam keadaan telanjang, sambil memelukku lalu dia berkata.
'Oyasuminasai, Gosujin sama', Sambil tersenyum.

Seketika dia memejamkan matanya, kemudian tertidur dengan pulas. Dan aku, malah tidak bisa tidur dalam keadaan seperti ini. Karena Shiro terlalu dekat denganku apalagi kami seranjang dan satu selimut pulak, dia masih saja memelukku dengan erat.
'Cepat sekali, dia sudah tertidur dengan pulas', Aku melirik kearahnya dan melihatnya tertidur. Malam semakin larut, cahaya bulan semakin benderang. Bintang bintang mulai menghiasi gelapnya langit malam, tidak ada awan jahat yang menutupi keindahan tersebut. Semua tampak begitu jelas dari jendela kamarku. Shiro nampak begitu cantik ketika ia tertidur, nampak rambutnya yang putih mengurai terkena sinar rembulan seperti memancarkan cahaya nya. Begitu indah. Seketika aku berpikir untuk mencium nya, namun aku tidak ingin mencuri kesempatan, aku mencoba untuk tidur juga dan menempelkan jidatku pada Shiro.

Shiro Neko Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang