[22] Release

7.2K 1K 171
                                    


Sicheng menghabiskan air di gelasnya dalam sekali teguk. Dadanya naik-turun, napasnya tersengal. Ada sesuatu yang sesak hingga membuat dirinya kesulitan untuk mengganti karbondioksida dengan oksigen di ruang alveolusnya. Pemuda itu tersenyum miris menyadari apa yang menimpanya sekarang ini,

Jatuh hati pada seseorang yang tidak mungkin dapat diraihnya.

Kenyataan yang cukup mengenaskan baginya.

Meski ini bukan pengalaman cinta pertamanya, tetapi rasanya sangat menyakitkan. Bahkan dirinya sudah dipaksa menyerah sebelum berjuang. Ini semua karena takdirnya dan takdir si gadis jauh berbeda. Ada dinding penghalang diantara keduanya yang tak mampu Sicheng loncati bahkan hancurkan.

Perbedaan status.

Huh, masih ada saja penghalang cinta yang seperti itu di era modern seperti ini?

"Hei, Dong Sicheng!"

Sicheng berbalik cepat. Jantungnya bergemuruh liar ketika mengetahui siapa yang barusan memanggil namanya. Si gadis merepotkan yang menjadi alasan utama kegelisahannya akhir-akhir ini.

"Belum tidur?"

Sicheng hanya mengangguk. Pemuda itu sama sekali tidak berniat bersuara guna menjawab pertanyaan si gadis. Bukan karena tidak mau menjawab, hanya saja suaranya tertahan di tenggorokan dan tidak mau keluar meski untuk sekedar gumaman pelan.

Gadis dihadapannya sendiri masih menatap Sicheng dengan aneh. Biasanya Sicheng akan menjawab pertanyaannya dengan begitu ketus, atau mungkin akan meninggalkannya dengan menyisakan kedongkolan karena sikap ketidaksopanan Sicheng.

Tapi, itu tidak terjadi. Sicheng malah tetap diam di tempat sambil menggenggam gelasnya erat.

Huh, itu bukan urusannya. Si gadis memilih bersikap acuh dengan berjalan melewati Sicheng. Menelan segelas air dan meneguknya perlahan.

"Dia itu siapa?"

Si gadis terdiam sebentar, menatap Sicheng sambil mengernyitkan dahinya bingung.
Siapa yang dimaksud Sicheng?

"Lee Donghyuck. Sebenarnya, dia siapamu?"

Oh, Donghyuck? Si gadis mengerjap sebentar lantas menundukkan kepalanya. Dirinya bingung harus menjawab pertanyaan Sicheng seperti apa.

Mudah sebenarnya, cukup bilang teman.

Tapi, entah kenapa ada bagian dirinya yang menahan untuk mengucapkan kata itu. Kata teman tidak terlalu tepat untuk menggambarkan sosok Donghyuck yang kini terkesan spesial di kehidupannya.

"Dia kelihatannya menyukaimu. Dia bahkan memanggilku kakak ipar", ujar Sicheng karena tak kunjung mendapat jawaban dari si gadis.

"Bukankah itu bukan urusanmu?"

Sicheng tercengang mendengar penuturan si gadis yang begitu tajam kepadanya. Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat ke atas.

Gadis yang kini mengisi ruang hatinya kembali bersikap seperti sebelumnya. Sicheng mendesah lega. Jika terus seperti ini, dia pasti akan lebih mudah menghapus perasaannya sebelum berkembang lebih jauh.

"Kau benar, itu bukan urusanku", balas Sicheng dengan senyum yang masih tercetak di wajah tampannya. "Aku hanya ingin mengingatkan seperti sebelumnya".

Dengan berani Sicheng melangkah mendekat. "Ingat statusmu, nona muda. Kau sudah memiliki tunangan. Ku harap kau bisa membatasi diri berhubungan dengan lelaki lain", ujar Sicheng dengan nada menyindir.

Sicheng dapat dengan jelas melihat raut tegang ditunjukkan oleh gadis yang berdiri dihadapannya itu. Tangan si gadis mengepal sempurna. Sepertinya, apa yang Sicheng ucapkan merupakan suatu hal yang begitu sensitif baginya.


• Give me your love || Hyuckren •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang