15. Dendam (?)

2.5K 318 133
                                    

Kanya menghela napas sambil melihat cerminan wajahnya yang lesu di toilet. Hari ini begitu menguras tenaga. Siaran langsung di berbagai acara, berita dengan konten berat perlu dipilah dan dibagi, juga menentukan talent effect sampai Kanya kesal dengan diri sendiri.

Dia kembali membenarkan pouch berisi alat make-up sebelum keluar toilet. Kanya sedikit memundurkan badannya saat beberapa orang tiba-tiba berlari melewatinya.

Pada ngapain, sih?

"Gue harus ikut sekarang, nggak peduli! Tahun kemaren gue nggak ikut!" ngotot seseorang sambil mengerumuni salah satu meja staff.

Kanya bingung, dia berjalan mendekat ke meja tersebut sambil membawa pouch gambar monyet tertawa. Ingin mencari tahu hal apa yang membuat beberapa staff AEON TV kembali bergerombol seperti mengadakan upacara sabung ayam.

Kebingungan Kanya bertambah dua kali lipat saat Edo tiba-tiba keluar dari ruangannya. Lelaki itu kelihatan membawa beberapa lembar kertas yang diyakini Kanya lebih dari sepuluh lembar. Lelaki itu melewati Kanya dengan senyum menghiasi wajah tampannya.

"Pak! Pak! Aduh, Pak Edo!"

Gerombolan sedikit bubar, beberapa ada yang mengejar Edo yang berjalan ke ruangan lain, lebih tepatnya ruangan HRD. Tentu hal tersebut membuat Kanya semakin penasaran. Dia mendekati meja staff yang masih memiliki sedikit gerombolan. Mereka yang ada di situ masing-masing memegangi ponsel, entah sibuk mendaftarkan apa. Kanya mengintip ke salah satu ponsel di sampingnya, dia menyipit membaca judul laman pendaftaran.

"Wellcome runners." Kedua mata Kanya mendelik. "I-itu apaan??"

Staff lelaki yang berdiri tepat di samping Kanya menoleh, sedikit bingung. Ia memperlihatkan layar ponsel pada Kanya. "Ini?"

Kanya mengangguk cepat.

"Borobudur Marathon. Mau ikut?"

"B-Borobudur apa?"

Lelaki itu mencebik. Ia mempersilakan Kanya meminjam ponselnya sebentar untuk membaca semua keterangan tentang: apa itu Borobudur Marathon. Selesai membaca, Kanya paham dan dia semakin bingung melihat orang-orang heboh bahkan ada yang mengejar Edo sampai ke ruang HRD.

"Kalian mau ikutan ini? Tapi bukannya kita semua masih sihuk kerja di tanggal itu?"

Kedua bahu lelaki ber-name tag Azhul itu terangkat sekilas. "Tergantung HRD kasih kita cuti apa enggak. Lagian slot ini tipis. AEON cuma keluarin ijin cuti dua puluh orang di hari yang sama. Itung-itung coba peruntungan."

Kanya diam. Berpikir apakah beberapa lembar kertas yang dibawa Edo tadi merupakan surat cuti untuk beberapa staff dan crew yang ingin mengikuti kegiatan tersebut.

Tak lama kemudian, Edo kembali keluar bersama enam wanita yang tadi mengikutinya ke ruang HRD. Mereka tampak girang, tetapi sedikit menutupi saat orang-orang di dekat Kanya menatap mereka.

"Gimana? Dikasih?"

Bukannya menjawab, keenam wanita itu hanya senyum-senyum dan saling lirik. Kentara sekali kalau mereka sukses mengajukan cuti.

Kanya buru-buru menyusul Edo yang berjalan kembali ke ruangannya.

"Do, Do, Edo!" Suara sepasang heels terdengar nyaring. Edo memelankan jalannya. "Lo kasih ijin ke enam staff tadi?"

Tepat di depan ruangannya, Edo berhenti. Ia memegangi handle pintu sambil tersenyum menatap kekasihnya yang masih terlalu nyaman menggunakan sapaan elo-gue.

"Hm. Termasuk aku."

Kanya mendelik. "Emang lo kuat lari sampe dua puluhan kilometer?!"

"Kuat."

• A Believer •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang