Tangan kanan membawa kotak makan dan tangan kiri menenteng ransel. Yerim berjalan menuruni tangga apartemen sederhana sambil memasukan kotak makan kedalam tas. Kini dua kotak makan sudah bersanding dengan peralatan sekolah miliknya. Yerim tersenyum. Hari ini, adalah hari pertamanya dikelas dua sekolah menengah tingkat atas. Tahun ini ia tidak akan belajar disekolah lamanya yang terletak di Busan, tetapi ia akan datang kesekolah baru. Setelah orang tuanya tiada, Yerim mengandalkan beasiswa untuk belajar di sekolah. Nilainya terlalu fantastis, membuat mantan pengacara ayahnya menawarkan Yerim bersekolah di Seoul. Terdapat program beasiswa. Yerim sangat bahagia menerima tawaran tersebut. Ia akan lebih mudah belajar untuk masuk Universitas favoritnya karena sekolah barunya ini terkenal memiliki banyak lulusan yang masuk Universitas ternama baik dalam maupun luar negeri.
Selain itu Yerim juga senang ia bisa kembali bertemu seseorang yang sudah tidak ia temui sejak dua tahun lalu. Orang itu pergi meninggalkan Busan dan sekolah menengah pertama mereka saat akan naik ke tingkat akhir. Ada yang belum terselesaikan antara mereka. Yerim senang membayangkan perasaan bersalahnya selama ini bisa terobati.
Sedikit ada perasaan yang mengganggu saat memasuki sekolah itu. Ia melihat anak-anak sebayanya yang bersekolah disana datang dengan diantar mobil entah oleh orang tua maupun supir pribadi mereka. Dapat dihitung yang datang berjalan sepertinya. Tidak masalah, ia percaya penderitaan yang ia rasakan selama dua tahun terakhir ini hanya sementara. Kelak ia dan adiknya akan bahagia.
Yerim berjalan menuju kantor guru sambil membenarkan ikatan rambutnya. Ia menguncir rambutnya keatas seperti ekor kuda. Tidak banyak yang memperhatikan ia. Pak Han, mantan pengacara ayahnya berpesan, "Kau cukup belajar disana. Jangan terlalu memperhatikan teman-temanmu, mereka juga memiliki dunia yang tidak perlu kau usik. Berbeda dari sekolah lamamu. Dulu aku juga sepertimu, aku harap kau akan sukses, Yerim."
"Jungkook-aa bisakah kau jelaskan ini padaku. Aku tidak paham maksud aturan baru ini." Kata seorang wanita yang berjalan tanpa ragu kemudian duduk disebelah pria jangkun itu. Jungkook hanya diam sambil bermain game di ponselnya.
"Jungkook, ini bagaimana?" tanya wanita itu lagi.
"Jungkook sedang tuli, Eunbi. Sebaiknya kau pergi aku ingin duduk." Kata Minkyu.
"Bukanya tuli hanya saja apa kau tidak bisa membaca. Perintah SOP itu bukankah sudah jelas? Jangan menjijikan disekitarku." Kata Jungkook membuat seiisi kelas menatap kearah mereka. Wanita paling disegani karena kecantikan dan kekayaanya di sekolah itu bangun dari duduknya dengan kesal kemudian kembali duduk dibangkunya. Usaha kesekian kalinya ia gagal meraih Jungkook. Eunbi menatap tajam orang-orang yang menatapnya. Semua membuang pandangan tidak berani. Disekolah itu tidak akan ada yang berani berurusan dengan geng milik Jungkook dan Eunbi. Seberapa memalukanya Eunbi saat mendekati Jungkook tidak akan menjadi gossip dan bahan pembicaraan.
Setelah suara bel berbunyi. Suasana kelas lumayan sepi. Seorang guru wanita. Bae Johyun Seonsaengnim atau biasa dipanggil Irene masuk kedalam kelas bersama seorang wanita. Eunwoo menatap wanita itu seperti pernah melihatnya. Wanita itu tidak terlalu tinggi, berkulit putih walau tak seputih Irene Seongsaenim, rambutnya lurus sedikit berwarna pirang, dan senyumnya sangat manis. Sangat manis. Sangat.
"Ya! Eunwoo mengapa kau melihat dia seperti itu?" tanya Junhoe dengan frontal dengan suara kerasya membuat orang-orang menatap mereka dan tertawa.
"Junhoe diamlah. Jangan selalu membuat gaduh." Irene memberi peringatan. Pria bertubuh tinggi itu hanya tersenyum nakal. Eunwoo mengelengkan kepala dengan tingkah teman sebangkunya yang tidak henti membuat onar dimana dan kapanpun.
"Perkenalkan, ini Kim Yerim. Dia pindahan dari Busan. Dia ini termasuk siswa yang sangat pintar. Saya harap kalian bisa membantunya beradaptasi. Silahkan pekernalkan dirimu, Yerim."
"Ah iya Terimakasih. Selamat pagi. Nama saya Kim Yerim, mohon bantuanya..." kata Yerim sambil membungkuk dengan sopan.
"Yerim-si kamu sangat cute." Kata seorang pria yang duduk dibelakang membuat seisi kelas tertawa dan melempar pria itu dengan kertas atau penghapus.
Seseorang menatap Yerim yang berjalan ke bangkunya dengan tatapan tajam membuat Yerim ragu untuk tetap mengukir senyum diwajahnya. Jungkook merasakan kesal dan amarah saat melihat gadis itu. Mengingat apa yang pernah terjadi diantara mereka.
Jam istirahat tiba. Yeri yang duduk dibangku nomor dua dari depan dibarisan ketiga dari kiri pintu melihat Jungkook bersama ketiga temanya hendak meninggalkan kelas. Yerim segera merapikan meja dan mengambil kotak makanya. Ia belari kecil hingga berhenti didepan Jungkook. Jungkook, Eunwoo, Junhoe, dan Minkyu menatap wanita yang tidak lebih dari mereka itu.
"Waw ternyata si anak baru adalah fans Jungkook." Kata junhoe dengan sembarangan. Seketika mata anak-anak menatap Yerim dan Jungkook. Mereka tahu orang yang berani mencoba mendekati Jungkook dan apabila lelaki itu tidak suka akan berakhir mengenaskan. Mungkin seperti penghuni lama kursi yang kini menjadi milik Yerim. Siswi yang akhirnya keluar dari sekolah itu karena sudah tidak kuat.
"Apa selalu bangku disebelah si culun Tzuyu itu berakhir tragis." Umji teman Eunbi memberikan komentar membuat beberapa siswa tertawa. Yerim menatap binggung sekitarnya. Ia hanya ingin menyapa temannya dulu dan mencoba menyelesaikan permasalahan mereka yang tertinggal dan terkesan terbengkalai sejak dua tahun lalu semenjak Jungkook terus menghindar. Tidak dapat dihubungi via apapun.
"Jungkook-a, kau masih mengingatku? Aku bawa nasi goreng kimchi resep ibuku. Aku ingin meminta ma...."
"Apa kau serendah itu? Tidak memiliki harga diri? Hingga mengejarku sampai sini?" kata Jungkoo memotong ucapan Yerim, membuat gadis itu membulatkan mata binggung. Ia tidak mempercayai jika Jungkook berkata seperti itu. Kini Yerim menyadari ia berada disituasi yang salah. Ia kini menatap mata teman-teman disekitarnya menatap dengan merendahkan.
"Jungkook-a.. kau kena..."
"Sekarang dia target selanjutnya. Habisi saja."
Yerim membulatkan mata mencoba melawan saat beberapa tangan menariknya membawa ia menjauh dari hadapan Jungkook secara paksa. "Jungkook-a kenapa?" suara Yerim masih terdengar oleh Jungkook yang berjalan menjauh bersama teman-temanya.
YOU ARE READING
Red [JUNGRI]
RandomUpdate 3 Kali setiap minggu Kadang dunia tidak berpihak pada apa yang kita inginkan dan kadang kita tidak memihak pada apa yang kita harapkan. Yerim terpaksa mengalami kehidupan sulit setelah kematian tak terduga orang tua dan adiknya. Ia menatap ad...