Red-Fine

82 14 1
                                    

Yerim merasakan dirinya dilempar di lantai. Ia ingin melawan tetapi ia tidak sanggup. Ada yang menjambak, memukul dengan buku, melempar air, tepung, dan hal menjijikan lainya yang tidak ingin Yerim ingat. Suasana halaman belakang sekolah menjadi sangat mengerikan bagi Yerim. Ia terduduk. Ia biasanya wanita yang sangat berani tapi kali ini ia sungguh tidak mengerti. Ia juga tidak mengerti jika Jungkook bisa berubah seperti itu. Dahulu ia sangat dingin tapi tidak mengerikan seperti itu.

"Maaf." Seorang gadis tinggi datang kemudian berjongkok didepan Yerim dan memberikan satu wadah penuh tisu. Satu tanganya membersihkan wajah Yerim.

"Tzuyu?" Yerim sudah berkenalan dengan gadis berkacamata itu.

"Sebaiknya kita ke kamar mandi, membersihkan tubuhmu. Kau bisa memakai seragamku."

Karena ini hari pertama sekolah, setelah istrirahat anak kelas 2 dan 3 menghadiri upacara pembukaan masa orientasi siswa baru jadi tidak perlu masuk kelas. Tzuyu dan Yerim duduk di kantin yang tidak terlalu ramai. Tzuyu memberikan Yerim air mineral.

"Maaf aku hanya diam.."

"Ah tidak masalah." Kata Yerim tersenyum. "Besok aku akan mengembalikan seragammu setelah ku laundry."

"Santai. Kau masih dapat tersenyum?" kata Tzuyu penuh tanya.

Yerim hanya mengangguk. Kemudian kembali tersenyum. "Aku tidak habis pikir apa salahku? Aku hanya mencoba menyapa teman lamaku. Kau pasti tahu Jungkook dari Busan, dulu kami satu sekolah."

"Begitu? Yerima, bisakah kau menjauhi Jungkook. Sejauh mungkin. Jangan membuatmu terluka."

"Hm? Ada apa? Aku tidak paham."

"Teman sekelas kami, dulu duduk disebelahku. Chaeyeong, ia menyukai Jungkook sejak pertama kami masuk sekolah. Jungkook membencinya. Ia membuat Chaeyeong menjadi targetnya, membully ia tanpa henti. Hingga..."

"Apa? Lanjutkan jangan takut.."

"Bagaimana aku tidak takut? Apapun yang dilakukan pria itu tidak akan ada yang berani melawan semua takut. Ia anak pemilik yayasan."

"Lalu? Jika ada criminal bukankah harusnya diusut? Pembullyan bukan hal sepele, Tzuyu-a"

"Kenyataanya aku tidak dapat berbuat apapun saat sahabatku, Chaeyeong menangis terluka, dan akhirnya memutuskan nyaris bunuh diri. Akhirnya orang tuanya memindahkan ia ke Inggris. Aku harap kini ia bahagia. Aku merasa bersalah.."

"Tzuyu, apa kau selalu meminta maaf pada temanmu itu walau kau tidak salah?"

"Aku merasa bersalah hanya bisa diam."

"Aigoo. Tenang, itu bukan salahmu. Tersenyumlah." Kata Yerim sambil tersenyum. Tzuyu menatap Yerim lekat kemudian tersenyum.

"Harusnya aku yang menguatkanmu, Yerim."

"Kau sudah melakukanya. Lihat jika tidak ada kau aku sudah telanjang tanpa baju atau berjalan seperti zombie tepung?" Yerim membuat Tzuyu tertawa.

"Yerim, bisakah kita kini berteman?"

"Tentu, kau sudah menjadi temanku sejak tadi kita berkenalan. Jangan sungkan. Setelah ini aku tidak akan di bully lagi."

"Yerima, jangan terluka. Kau satu-satunya temanku."

Yerim tertawa. "Omoo. Kau seperti seorang pria yang menggoda wanita. Kau juga satu-satunya temanku disini. Aku tidak akan membuatmu merasa bersalah lagi.

"Oh iya kau tinggal dimana?"

Eunwoo tersenyum berjalan menuju ruang music tempat ia dan ketiga teman brandalnya berkumpul. Brandal? Brandal elit. Ketiga temannya menatap binggung Eunwoo yang baru kembali dari kantin sambil tersenyum. "Ada apa dengan anak itu? Tidak biasanya dia tersenyum seperti orang gila?" Kata Minkyu.

"Entah biasanya ia dan Jungkook seperti robot." Kata Junhoe.

"Hei berhenti membicarakan orang saat ada oranngnya disini." Kata Jungkook memukul kepala kedua temanya dengan stik drum.

"Makan lah. Jangan banyak tanya. Ini gratis dariku." Eunwoo meletakan empat burger dan jus dimeja sambil tetap tersenyum.

"Kau kenapa?" Tanya Jungkook.

"Jungkook, kau menemukan targetmu. Aku juga. Aku harap setelah ini kita bisa bermain-main." Kata Eunwoo sambil menyetel senar gitar.

"Apa maksudmu?"

"Apartemen sederhana di ujung jalan, tempat Irene seongsangnim tinggal." Eunwoo berkata santai.

"Kalian akan bertengkar?" kata Junhoe.

"Kenapa kau bodoh sekali. Mereka sedang akan memperebutkan sesuatu."

"Irene seonsangnim?"

"Bukan Bodoh." Kata Eunwoo kesal mendengar Junhoe yang selalu sok tahu.

"Siapa yang kau maksud?" kata Jungkook serius.

Eunwoo hanya tersenyum.

"Jangan mencoba mengetesku, Eunwoo."

"Nasi goreng kimchi tadi bukankah sangat enak?"

Kini Jungkook menyadari kemudian menatap Eunwoo serius. Eunwoo hanya tersenyum penuh arti. Kini mereka memahami apa yang sedang mereka gunakan sebagai "mainan". Dua orang ini kerap bersaing walau bersahabat. Hingga kadang membuat keduanya terlihat kerap tidak akur. Padahal mereka rukun.

Red [JUNGRI]Where stories live. Discover now