Red-Little Girl

79 15 1
                                    

Yerim berjalan membawa beberapa laporan praktikum kimia. Leeteuk Seongsangnim sangat menyukai Yerim karena sangat ahli dalam mata pelajaran kimia. Ia juga mudah memahami setiap langkah praktikum. Tidak heran Yerim kerap dipercaya oleh Leeteuk Seongsangnim. Sambil berjalan Yerim membuka beberapa pesan yang masuk kenomornya. Ia membelalakan mata kemudian berhenti sejenak ketika membaca sebuah pesan. Ia segera mempercepat langkah. Hingga akhirnya ia berlari kecil. Saat ia mempercepat larinya agar ia bisa segera sampai ke ruang guru kemudian pergi meninggalkan sekolah itu. Tetapi langkahnya terhenti saat ia merasakan tubuhnya terjungkal dan seperti terlempar kedepan dengan keras membuat tangan dan kakinya bercucuran darah. Yerim tidak memperhatikan itu, ia menoleh sejenak melihat wajah Jungkook tersenyum miring penuh kepuasan. Jungkook berjalan dan berhenti didepan Yerim yang sedang mengumpulkan laporan praktikum yang berserakan secepat mungkin.

"Aigoo, bahkan kau masih bisa hidup dengan tenang setelah tindakan menjijikanmu?"

Yerim hanya diam. Selama ini ia selalu bertanya-tanya tentang sikap Jungkook padanya. Kini ia menatap Jungkook dengan air mata tertahan. Bukan karena sedih dengan perlakuan Jungkook tapi karena pesan yang ia terima dari dokter muda dirumah sakit. Seulgi. Ia juga merupakan teman Yerim.

"Maaf Jungkook aku sedang buru-buru." Yerim bangkit sambil merapikan roknya. Ia merasakan perih di lututnya. Tapi saat ia akan berjalan Yerim merasakan tetesan darah didepanya. Yerim meraba pelipisnya dan menemukan kepalanya terluka. Yerim menghapus darah itu kasar, kemudian hendak berlari tapi Jungkook meraih tangan Yerim.

"Aku mohon Jungkook. Aku benar-benar harus segera pergi. Kau bisa menyiksaku lagi besok." Yerim melepaskan tangannya dengan kasar kemudian berlari.

Jungkook menatap tanganya. Ia menemukan bekas darah. Darah milik Yerim. Jungkook mengamati Yerim yang akhirnya menitipkan laporan itu pada Tzuyu dan melihat pula Tzuyu dengan wajah kawatir saat Yerim berlari dengan cepat menuju keluar sekolah. Tzuyu segera masuk kedalam kantor guru kemudian berlari kekelas. Tzuyu berhenti saat Jungkook mencegahnya.

"Mau kemana jalang itu?"

Tzuyu menatap Jungkook kesal. Ia belum pernah marah. Tapi kali ini rasanya sakit membayangkan apa yang Yerim peroleh dan alami selama ini. Jalang? Apakah itu tidak keteraluan.

"Jungkook si, jika ada jalang seperti Yerim, maka aku akan memilih menjadi jalang juga daripada bersekolah dineraka ini."

"Waw! Kau berani..."

"Berhentilah menyiksa Yerim. Kau tidak tahu apa yang terjadi."

"Kemana dia. Tinggal kau jawab!"

Tzuyu kesal. Ia terburu-buru dan ingin segera menyelsaikan perdebatan dengan pria tinggi menyebalkan itu. Ia harus segera memberikan tas Yerim kepada Irene karena, guru cantik itu satu apartemen dengan Yerim. Yerim berpesan untuk cepat karena Irene songsaenim harus segera pulang untuk menemui ibunya yang datang. Ia mengela nafas. "Rumah sakit. Sekarang minggirlah."

Jungkook tidak mengetahui mengapa akhirnya ia berjalan keluar sekolah. Ia menemukan Yerim dengan wajah panik dihalte bus. Belum juga ada bus yang lewat. Jungkook menarik tangan Yerim membuat gadis itu terkejut.

"Apa yang..."

Jungkook tetap menarik lengan gadis itu. Menarik Yerim menuju parkiran.

"Jungkook berhenti aku sedang terburu-buru!"

"Jika kau terburu-buru maka naiklah. Cepat!" Jungkook melempar helm berwarna hitam kepada Yerim kemudian menyalahkan mesin motornya.

"Cepat!"

Yerim mengingat ia terburu-buru dan sejenak melupakan berbagai pertanyaan dihatinya. Akhirnya ia naik ke motor Jungkook. Jungkook mengendarai motor dengan cepat. Jarak sekolah dengan rumah sakit yang seharusnya 20-30 menit jika menggunakan bus, kini hanya ditempuh 10 menit. Yerim bersyukur. Jungkook hanya mengikuti Yerim yang berlari menuju sebuah ruang. ICU. Yerim terlihat panik. Didepan sebuah ruangan sudah ada dokter muda yang cantik. Seulgi. Jungkook hanya mengamati dari dekat dan mendengar percakapan singkat keduanya.

"Yerim, apa yang terjadi pada.."

"Eonie bagaimana keadaan Yaeun? Apakah dia baik-baik saja?"

"Yerim, tenang. Adikmu sudah mulai stabil. Tadi kami sudah memberikan tindakan."

Yerim merosot kebawah berjongkok dan menangkup wajahnya. Ia merasakan lega. Dan akhirnya kini ia baru merasakan benar-benar perih di tubuhnya akibat kejailan Jungkook tadi.

"Ayo obati lukamu, Yerim. Apa yang terjadi padamu?" kata Seulgi sambil menatap Yerim penuh rasa kasihan.

"Apakah aku boleh masuk dahulu. Ini hanya luka kecil eonie."

"Tetap saja. Lihat dahi mu."

Jungkook akhirnya menyadari bahwa yang berada didalam ruangan adalah Yaeun gadis kecil adik Yerim yang dahulu kerap meminta es krim dan mengajak Jungkook bermain pasir dibelakang rumah Yerim.

"Pergilah bersama dokter, obati lukamu. Aku akan menjaga Yaeun."

"Nah lihat temanmu setuju padaku. Ayo." Seulgi membawa Yerim.

Jungkook melihat Yaeun penuh alat bantu didalam kamar. Ia terbaring tanpa melakukan apapun. Dua tahun lalu gadis ini sangat ceria dan polos. Bocah 4 tahun yang suka menganggu Yerim dan Jungkook saat mereka bersama. Kini anak itu hanya terbaring. Jungkook masih berdiri.

"Terimakasih Jungkook-si." Kata Yerim membuat Jungkook sedikit terkejut. Tapi ia merasa aneh saat Yerim kini memanggilnya dengan imbuhan "si" bukan lagi "a". Kini ia merasa benar-benar telah jauh dari Yerim. Ia hanya tersenyum miring.

"Jungkook-si kau mau minum apa?" Yerim membuka laci kecil di dekat ranjang Yaeun. "Omo hanya ada air mineral." Yerim mengambil dan memberikanya pada Jungkook. "Maaf hanya ada ini aku lupa tidak membeli apapun, biasanya aku membawa saat kemari. Oh iya tapi ada beberapa camilan." Yerim menunjukan beberapa kue. "Makanlah." Yerim menyodorkan air dan kue kepada Yerim.

"Apa yang terjadi padanya?"

"Hm? Aku akan meletakanya disini ya jika kau mau ambilah." Kata Yerim meletakan makanan dan minuman di meja. "Oh iya, Yaeun koma setelah kecelakaan yang terjadi pada kami." Yerim tersenyum. Senyum itu membuat Jungkook merasakaan hal yang aneh. Bersalah tetapi egonya terlalu tinggi.

"Kecelakaan?"

Yerim mengangguk. "Dua tahun lalu."

Apa aku benar-benar tidak mengetahui tentangmu kini?-Jungkook.

"Lalu?"

"Lalu? Lalu apanya?"

Jungkook hanya diam.

"Kedua orang tuaku dan adiku Yereum meninggal. Hanya aku dan Yaeun yang bertahan." Yerim bercerita sambil tersenyum seakan tidak terjadi kisah sedih dalam hidupnya.

"Oh Iya sekali lagi terimakasih, Jungkook-si."

"Aku pulang dulu." Jungkook melangkah pergi sambil memikirkan banyak hal. Ada rasa sedih, bersalah, dan merasa ingin melakukan sesuatu dihatinya tetapi ia terlalu egois.

Red [JUNGRI]Where stories live. Discover now