14

150 23 50
                                    

Hai. Ndut, I Miss U kambek...
Part terakhir sebelum endingnya nih. Hihihi...

Jangan lupa vote, komen dan share juga ya cerita ini ke teman-teman kalian.

Happy reading~
.
.
.
.

Cerita tentang sindrom pra-nikah memang bukan hanya bualan semata. Kini Aron dan Nessy benar-benar merasakan dampaknya.

Sudah hampir tiga minggu ini, Aron selalu di daprat oleh mood Nessy yang tidak karuan, setiap jam mood Nessy selalu berubah. bahkan perubahan mood nessy berdampak pada peningkatan stres dan badan Nessy yang kelihatan semakin kurus.

Nessy menghempaskan badanya pada sofa yang berada di ruang tamu rumah mereka. Sebelum menikah, Aron sudah menyiapkan sebuah rumah di daerah Soekarno, agar dekat dengan perusahaan tempat mereka bekerja.

Jemari Nessy terus bergerak dilayar handphonenya untuk menilai kelayakan dari undangan pernikahan mereka. Hari ini mood Nessy benar-benar anjlok setelah melihat desain undangan yang sudah dipesanya.

"Liat mas, ukiran pinggiranya lebih bagus dikasih warna gold."

"Mbak percetakanya memang udah nyaranin pakai warna gold nes, kamu bilang ganti aja ke putih silver."

"Tapi minggu kemarin udah nessy konfirmasi untuk ganti ke warna gold aja. mbaknya aja tu yang lupa."

"Lah bukanya minggu kemarin kamu kasih desain baru ke mbaknya?"

"Ck, Mas kok jadi belain mbaknya?". Desis Nessy.

"Mas bukan belain mbaknya, tapi kamu memang buat mbaknya jadi bingung. Ini syukur aja loh mbaknya tadi gak marah ke kamu."

"Mas nih ya, ngeselin!! Nessy kayak gini juga gara-gara mas. coba mas kasih saran ke Nessy. jangan apa-apa terserah Nessy aja. ini pernikahan kita berdua mas, kok jadi kayak Nessy aja yang sibuk sendiri." sungut Nessy kesal.

"Nessy bete!! Kesel sama mas!" Nessy meletakkan handphonenya diatas meja, dan memunggungi Aron.

Aron menyuar rambutnya, menghelah nafas pelan. Berusaha untuk lebih berfikir dengan kepala dingin, agar tidak memicu pertengkaran diantara mereka berdua.

Demi tuhan, Aron tidak melepaskan semua tanggung jawab pernikahan itu kepada Nessy. ia mendampingi Nessy kesana kemari, dan juga sudah memberikan ide dan saran untuk segala pernak-pernik dan kebutuhan pernikahan mereka. hanya saja, ketika Aron memberikan saranya, Nessy selalu mendebatnya. mengatakan pilihan Aron terlalu simpel dan biasa aja. Lalu, ketika Aron memberikan pilihan lain Nessy akan mengatakan pilihan Aron terlalu ribet untuk pernikahan mereka yang bernuansa tradisional modern itu.

Mengikuti saran Bintang yang sudah berpengalaman terlebih dahulu, Aron mengalah pada Nessy yang selalu mendebatnya. Walaupun setiap harinya Aron memang lebih memilih untuk mengalah dan bersikap lebih dewasa. Tapi, menjelang pernikahan mereka, Aron harus lebih ekstra sabarnya untuk menghadapi mood Nessy yang tidak karuan itu.

Aron membelai kepala Nessy yang disandarkanya pada dadanya itu. Sesekali mengecup pelipisnya. cara ini cukup ampuh untuk menghilangkan rasa penat dan stres yang dirasakan Nessy. melihat mata Nessy yang sedang memejam dan irama nafasnya yang sudah teratur itu. Aron tau jika rasa kesal Nessy sudah perlahan hilang.

"Sudah mendingan?"

Nessy membuka matanya perlahan. Kini mereka bertatapan dalam diam. Tiba-tiba saja, mata Nessy berair seperti hendak menangis.

"Kenapa lagi sih sayang? Mas salah apa lagi?" tanya aron frustrasi. Jarinya menyekah sudut mata Nessy yang berair.

"Maaf. Nessy sering banget ngomel-ngomel gak jelas sama mas akhir-akhir ini."

Ndut, I Miss UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang