Unclaimed || You || Seven

50 4 0
                                    


Last at part six...

Tidak jauh berbeda Aland sekarang sedang melepas cepat dasinya dan melepas jasnya. Ia tadi baru saja pulang dan belum sempat melakukan apapun.

Bayangan mata gadis itu sekarang menghantuinya. Kenapa mata hijau itu terus menganggunya. Yang harusnya ia pikirkan sekarang adalah wajahnya yang terbentur bukan mata itu. Aland menatap dirinya dipantulan cermin.

Pria itu jelas melihat wajahnya memerah sekarang. Aland menyentuh dahinya tidak terasa hangat, ia tidak sakit kenapa wajahnya merah.

~Happy Reading~

"Who am I but a person that is far too small to understand the concept of love; so I just wait."

~~~

Bertahan hidup ditempat ini seharusnya mudah. Tapi sejak tadi ia bahkan tidak bisa fokus pada tugas kuliahnya. Pikirannya terus menerawang hal memalukan itu. Ia perlu udara segar sekarang. Gadis itu keluar dari kamarnya berhati-hati memperhatikan sekelilingnya seperti seorang pencuri.

Keadaan aman, karena laki-laki itu tidak ada disini. Hanya ada beberapa pelayan karena sudah cukup malam. Rumah ini sangat besar baginya dan hanya ada satu penghuni dengan puluhan pekerja. Tidak ada yang menarik selain kemewahan rumah ini, bahkan ia tidak melihat foto keluarga. Kakinya melangkah menuju halaman belakang. Halaman yang luas bahkan dibagian bawah masih terdapat taman dan kolam. Orang kaya cenderung menghabiskan uang dengan cara yang tidak penting.

 Orang kaya cenderung menghabiskan uang dengan cara yang tidak penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia sendiri belum tau hal apa yang akan dilakukannya dirumah ini. Sienna menarik nafasnya dalam dan ia menghebuskannya cukup kasar. Seharusnya dia fokus belajar bukan terjebak dalam situasi seperti ini. "Harusnya aku belajar." Sienna ingin berteriak tapi ia masih harus bertahan hidup. Gadis itu mengusap rambutnya kasar.

"Apa yang kau lakukan kali ini? Sudah kehilangan akalmu?"

Suara tiba-tiba membuat gadis itu terpejat, dirinya berteriak saat kakinya tergelincir dan mulai kehilangan keseimbangannya. Mungkin ia akan jatuh kebawah jika sebuah tangan tidak menariknya.

Aland pria itu reflek meraih tangan gadis dihadapannya dan menariknya membuat tubuh Sienna menempel padanya.

Perlu beberapa detik sampai akhirnya Sienna membuka matanya. "Ya Tuhan! Kau akan membuatku terkena serangan jantung jika terus mengagetkanku!" Gadis itu sudah menjauhkan dan melepaskan dirinya dari Aland.

"Sepertinya kau lebih senang terjun ke bawah." Aland berucap datar, seharusnya gadis itu berterima kasih padanya.

"Bukan urusanmu." Sienna berjalan kembali masuk. Setiap bertemu dengan pria itu, ia tidak bisa mengontrol emosinya. Benar-benar pria perusak emosi.

~~~

"Lu, aku duluan jangan menungguku. Aku harus belajar di perpustakaan." Sienna menyudahi makan siangnya.

UnclaimedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang