Sesulit itukah untuk sekadar membuka hati untuk orang lain? Sesulit itukah untuk melepaskan kenangan lama? Sesulit itukah untuk menghilangkan luka dari seseorang yang tidak bertanggung jawab?
"Man, no over thinking, please."
Suara Rani memecahkan keramaian Alun Alun Kidul pada malam rabu kala itu. Dengan satu tusuk sempol yang masih tersangkut di mulut, bola mataku mulai mencari arah suara dan hanya menemukan Rani yang sedang melipat tangannya di atas dada.
"Lagi makan, bukan over thinking."
"Makan tuh dikunyah, bukan diemut," oceh Rani sembari mengambil tusukan sempol yang masih bersemayam di dalam mulutku.
"Asli bentar lagi aing tendang kalo sia bawel terus."
"Kok kita berantem terus, ya, Man? Udah kayak Tom and Jerry."
"Makanya jangan bawel."
Trust issues. Hadiah manis dari kenangan buruk yang telah menimpaku beberapa bulan yang lalu. Maka dari itu, mengenal orang baru bukanlah keinginanku dalam waktu dekat ini. Dan melepaskan orang-orang yang telah lama berada di dalam kehidupanku juga bukan sesuatu yang ingin kulakukan saat ini juga. Namun, apa yang dapat aku lakukan selain menerima kenyataan?
"Man, kayaknya hape lo rame amat. Kok, ada aja sih yang ngechat lo?"
"Gue enggak sejomblo itu juga."
Dengan sigap, aku mengambil telepon genggamku yang ternyata sedari tadi enggan diam. Apakah Bunda lagi-lagi membanjiri notifikasiku karena beliau rindu dengan anak bungsunya ini? Ah, baru saja tadi sore beliau meneleponku. Lalu, siapa juga yang ingin mengetahui kabarku?
"Ran? Ini gue enggak salah liat kan?" tanyaku sembari menyenggol Rani yang sedang menyeruput kuah wedang ronde yang baru saja disajikan.
"Salah liat apa?" Sudut pandang Rani beralih ke benda kecil yang menyinari gemerlap malam di tengah Alun-Alun Kidul pada waktu itu.
"Liat notifikasi grup jurusan gue, deh," jawabku sembari menyodorkan telepon genggamku ke arah Rani.
"Rame bener, enggak ada yang mau mutualan?" Dan Rani kembali dengan candaan yang ia dapatkan dari twitter. Duh, dasar budak baru twitter.
"Ran, notifikasi udah hampir 100. Isinya cuma nyapa gue doang." Satu tepukan manis mendarat di punggungku. Duh, Rani tenaganya enggak beda sama sapi.
"Seneng, kan, lo? Tuh, Man, gue yakin mereka orang baik, kok. Jadi, santai aja, ya?"
"Terus, gue harus gimana? Duh, kok, gue jadi awkward gini, ya? Kayak ansos," geramku sembari mengacak-acak rambut gulaliku.
"Sapa balik, lah, Bambang."
Bola mataku berputar searah jarum jam, menunjukkan bahwa aku benar-benar sudah muak dengan sikap Rani yang begitu menyebalkan. Jemariku mulai bermain di atas layar benda kecil bercahaya tersebut.
Manda
Hai semua! Nama gue Manda, salam kenal. Semoga kita bisa berteman dengan baik, ya!Radit
Hai.
Arga
Selamat datang di welcome!
Disa
Duh, Ga. Kasian Manda, masuk-masuk udah diserang.
Hai, Man! Salken, yah.
Arsyana
Salken, Man!
Shilla
Hai, Manda! Kenalin, nama gue Shilla. Salam kenal!
Disa
Manda boleh isi username Instagram di notes, yah. Jangan lupa isi tanggal lahir juga!
Manda
Oh, all right. Udah gue isi, yah!"Cie banget, nih, Kak. Temen baru," canda Rani diikuti dengan tawa khasnya yang tidak dapat ditiru siapapun.
"Kalo nyambung, kalo enggak?"
"Duh, Man. Inget pertama kali ketemu gue enggak, sih? Kita langsung ngomongin orang, duh, enggak usah mikirin masalah lo bakal nyambung sama mereka atau enggak. Santuy, dong!"
"Gue enggak pernah sepanik ini, Man. Bahkan waktu masuk SMP, gue tuh santuy banget. Enggak mikirin bakal nyambung sama orang-orang baru atau enggak,," balasku sembari menghempaskan seluruh badanku di atas rumput Alun-Alun Kidul yang basah akibat hujan beberapa jam yang lalu.
"Lo dulu belum punya trust issues, kan? Jelaslah kalo lo enggak terlalu mentingin semua itu, kurang-kurangin kejelekan lo satu itu."
Dan setelah itu Rani menutup pembicaraan pada malam yang terasa lebih hangat dari malam sebelumnya. Waktu seakan terhenti, manusia yang sedari tadi lalu Lalang seakan-akan ikut berhenti, dan aku hanya dapat mendengar detak jantungku sendiri. Semuanya butuh waktu, kan?
![](https://img.wattpad.com/cover/207762924-288-k522345.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikat Aku di Tulang Belikatmu
Romance"Ikat aku di tulang belikatmu, biar kurebah dan teduh. Sambil dengar ceritamu, ceritaku. Tentang bagaimana kutemukan, rasi bintang di matamu. Agar aku tahu ke mana, aku harus pulang." -Sal Priadi, Ikat Aku di Tulang Belikatmu. Tentang bagaimana suli...