Selesai.

13 0 0
                                    

Halo semua, ini Manda.

Apa kabar? Apakah kalian rindu denganku? Oh, kabarku baik. Sekarang, aku sudah menjadi mahasiswa semester dua. Sudah lama, ya, tidak berbincang dan berbagi cerita dengan kalian. Baiklah, aku akan bercerita sedikit tentang kehidupanku saat ini. Kegiatanku cukup padat, apalagi aku sekarang menjadi bagian dari salah satu media kampus. Tak ada lagi berbincang-bincang di kedai kopi dengan santai, hari-hariku dipenuhi dengan mengejarkan tugas. Bahkan, sudah tidak dapat terhitung lagi berapa kali aku jatuh sakit di semester baru ini. Selain fisik, sebenarnya kondisi mentalku juga sedang tidak stabil.

Oh, kalian penasaran? Jawabannya, tidak. Aku dan Radit sudah tidak menjalin hubungan lagi. Setelah melewati ribuan badai, petir, dan hujan, akhirnya kita memilih untuk menyerah. Bagaimana mungkin kedua insan dapat bersatu jika semesta tak merestui? Mustahil.

"Akan ada lelaki yang lebih baik dariku, dan yang pasti seiman denganmu." Begitulah kata-kata terakhir Radit sebelum akhirnya pergi dengan motor hitamnya.

Jangan tanya bagaimana reaksiku saat Radit berkata seperti itu, seminggu lebih napsu makanku menurun dan konsumsi rokokku menjadi meningkat. Bahkan, aku tidak dapat menghitung lagi berapa kali aku menangis. Sedih, marah, lelah bercampur menjadi satu. Mungkin itu satu dari sekian alasan mengapa aku sering jatuh sakit. Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berhenti berharap kepada semesta, karena memang tidak mudah untuk melupakan Radit begitu saja. Hari demi hari kulalui tanpa adanya semangat di dalam diriku, seakan-akan hanya ragaku saja yang hadir, tetapi entah ke mana jiwaku pergi. Namun, nama Radit tetap kubawa ke dalan setiap doaku. Bagaimanapun itu, ia akan selalu memiliki tempat khusus di pikiranku.

Tidak. Aku tidak membenci Radit. Kita masih berhubungan baik, bahkan Radit sudah menemukan tambatan hati baru. Tak apa, asalkan Radit bahagia, aku pasti juga akan merasakan hal yang sama. Lebih baik, lebih rupawan, dan yang mencintai Tuhan yang sama. Begitulah jika tambatan hati baru Radit apabila harus dideskripsikan. Bagaimana denganku? Ah, itu pertanyaan yang cukup sulit. Ada satu insan yang cukup menarik bagiku, tetapi dia tinggal di tempat asalku. Aku hanya mengaguminya saja, menurutku itu sudah lebih dari cukup. Rasa takut untuk membuka hati masih terasa kuat di dalam diriku. Namun, hanya dengan mengetahui ia masih hidup dan menjalani hari-harinya dengan baik sudah dapat mengobati luka lama.

Loving you is healing me.

Begitu kata pepatah di aplikasi yang berlogo burung. Aku masih belum dapat membocorkan siapa pria tersebut, tetapi aku dapat menjajikan kepada kalian bahwa ia adalah pria baik. Hm, bagaimana penampilannya? Tinggi, manis, memiliki senyum terindah, dan suara terlembut. Kali ini, aku hanya ingin mengaguminya saja karena ia cukup hebat dalam menghadapi kerasnya dunia ini.

Ah, aku masih rindu kalian, tetapi aku harus pergi. Dan ini adalah chapter terakhir, aku tidak akan kembali lagi ke sini. Jaga kesehatan, ya? Aku mencintai kalian, seperti aku mencintai Radit dulu.

Salam sayang,
Manda.

Ikat Aku di Tulang BelikatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang