Hilang

27 1 0
                                    

Perjalanan menuju indekos terasa lebih lama dari biasanya. Entah karena aku yang belum makan, karena sedari tadi hanya dapat berjalan dengan kecepatan 20km/jam, atau karena Radit sedari tadi mengabaikan pesanku. Setelah menghabiskan waktu selama dua hari di rumah, akhirnya aku harus menerima kenyataan bahwa kuliah tidak dapat ku tinggalkan

Manda

Dit, aku udah di jalan mau balik.

Dit?

Halo?

Kamu baru aja share story di Instagram.

Tapi, chat aku dianggurin.

Radit

Iya.

Aku udah sampai dari tadi.

"Rese," gerutuku sembari mematikan telepon genggamku dan memasukkannya ke dalam tas hitamku.

Dan begitulah hari-hari selanjutnya. Radit sering menghilang tanpa kabar, tetapi masih aktif bermain Instagram. Tidak ada lagi bertukar cerita di depan indekos, tidak ada lagi pergi ke kedai kopi hanya untuk sekadar mengejarkan tugas, tidak ada lagi pesan yang mengatakan bahwa Radit sudah siap menjemputku. Kosong. Hilang. Bagai anak gajah yang kehilangan induknya, aku kehilangan rumahku.

"Man, udahlah."

"Mata lo udah bengkak, kayak maling yang dipukulin warga."

"Enggak separah itu sih, Sya."

"Komen aja, Cal."

"Man, mending lo bakar rokok lo itu. Daripada nangis enggak jelas begini."

"Ni, apa, sih?"

"Saran, Dar."

"Kalo kata Baskara, bersedihlah secukupnya. Menurut gue, dua minggu berturut-turut lo nangis udah cukup, Man. Bangkit, dong."

"You deserve better, Man."

"Semangat, Manda!"

Iya, genap dua minggu Radit benar-benar menghilang dari kehidupanku. Tidak ada kabar, di kampus pun tidak pernah sebentar saja berpapasan dengannya, benar-benar hilang bagai ditelan bumi. Sejuta pikiran negatif mulai hinggap di kepalaku, dan aku tidak bisa melepaskannya.

"Kamu di mana, Dit?"

Malam itu menjadi malam tersendu yang pernah ada selama aku hidup di dunia ini. Aku bahkan tidak lagi bisa melihat gemerlap bintang, tidak ada lagi bulan purnama yang berbentuk bulat sempurna. Hanya langit hitam yang kosong tanpa hiasan apapun, apakah semesta benar-benar ingin menghancurkanku?

Sadar, Man. Kamu adalah kebahagiaan sementara untuk Radit. Kamu mungkin menganggap bahwa Radit adalah rumah bagimu, tetapi kamu hanya disewa oleh Radit. Radit tidak benar-benar memilikimu, dan kamu tidak benar-benar memiliki Radit. Sekali berbeda, tetaplah berbeda, Manda. Berapa kali kamu harus menyakiti diri kamu sendiri? Berapa banyak butiran air mata yang ingin kamu keluarkan hanya untuk lelaki brengsek seperti Radit? Bangkit, Man. Kamu jauh lebih baik daripada ini.

Game on, Dit.

Ikat Aku di Tulang BelikatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang