Stasiun Tugu terlihat ramai pagi itu. Dengan muka lesu karena kekurangan tidur, aku dan Rani menggeret koper ke arah pintu masuk stasiun. Tamat sudah perjalanan panjangku bersama Rani di Kota Yogyalarta, bagaimanapun itu aku dan Rani harus kembali ke tempat asal kami sebenarnya.
"Enggak mau pulang," gerutu Rani sembari memakan semar mendem buatan Budeku.
"Sama."
Mas Deni dan Mba Dita membantu membawakan oleh-oleh yang akan kuberikan untuk Ayah dan Bunda. Sedih rasanya harus meninggalkan kota ini, kota yang menyimpan banyak sekali memori tentang perjalanan aku dan Rani. Namun, jadwal masuk perkuliahan semakin dekat, maka dari itu aku dan Rani harus segera kembali ke tempat asal kami.
"Hati-hati, Dek. Kabarin Mas kalau udah sampe Jakarta, ya?" tutur Mas Deni seraya memberikan pelukan hangat sebagai hadiah perpisahan kami berdua.
"Iya, siap Mas!"
"Ran, jangan aneh-aneh." Mas Deni memincingkan matanya kepada Rani yang baru saja menjulurkan lidahnya.
"Padahal, aku enggak pernah aneh-aneh."
"Bye, Mba Dita!" Aku dan Rani dengan semangat berhamburan ke dalam pelukan Mba Dita, satu dari sekian saudaraku yang mau menerima keanehanku dan Rani.
"Hati-hati, jangan lupa untuk balik ke sini, ya? Jogja akan selalu rindu kedatangan kalian."
Dan dengan itu, Mas Deni dan Mba Dita mulai tenggelam dalam keramaian para penumpang yang ingin kembali ke tempat asal mereka masing-masing. Aku dan Rani segera bergegas melewati pengecekan tiket.
"Enggak tau, setiap pulang dari Jogja pasti senang. Aneh enggak, sih, Man?" tanya Rani selepas kami berdua menemukan tempat duduk untuk menunggu kereta datang.
"Iya, Ran. Tapi ada sedihnya juga, kayak paradoks aja gitu rasanya," jawabku sembari memainkan telepon genggamku untuk melihat Instagram.
"Setuju."
Aneh. Aku tidak mendengar banyak dari grup jurusanku, padahal kemarin notifikasi penuh karena grup itu. Akhirnya, aku memutuskan untuk melihat apa saja yang terjadi di dalam grup tersebut beberapa hari ini.
Arga
Guys, kalian enggak bosen?
Radit
Enggak.
Mila
Apaan, sih, Ga?
Yuda
Arga bawel!
Arga
Padahal mau ngelawak, yaudah enggak jadi.
Shilla
Cepat sembuh, hati Arga. Semoga lekas dipulihkan.
Disa
Kok, jadi hati, sih? Mulai ngaco, kan.
Radit
Arga habis nyimeng, guys.
Arga
Itu, sih, lo!
Disa
Padahal yang ngaco, kan, Shilla. Kenapa jadi Arga?
Agni
Kurang jelas kalian semua.
Sepertinya, mereka seru? Entah, kenapa pernyataan itu malah terlihat seperti pertanyaan. Aku bukanlah orang yang sulit dalam bersosialisasi, tetapi rasa takut dan ragu itu pasti ada, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikat Aku di Tulang Belikatmu
Romance"Ikat aku di tulang belikatmu, biar kurebah dan teduh. Sambil dengar ceritamu, ceritaku. Tentang bagaimana kutemukan, rasi bintang di matamu. Agar aku tahu ke mana, aku harus pulang." -Sal Priadi, Ikat Aku di Tulang Belikatmu. Tentang bagaimana suli...