Dimas berjalan dengan santai memasuki gedung kampusnya. Pagi ini ada kelas yang harus diikutinya. Dimas menguap beberapa kali, karena ia hanya tidur selama 2 jam. Dimas sempat lupa kalau ia ada kelas pagi.
Dimas melihat sekitar. Banyak mahasiswa yang berkumpul dan berbincang. Dimas tidak mempedulikan mereka, ia duduk di bawah pohon rindang dan memainkan ponselnya.
"Dim, sini!" panggil salah satu teman Dimas, yang di ketahui namanya Bagas.
Dimas mengangkat wajahnya dan menatap Bagas. "Apaan Nj*r?" tanya Dimas sambil melangkah ke arah Bagas.
Bagas menarik Dimas. "Liat gak lo sama cewek yang lagi duduk di bawah pohon?" ucap Bagas.
"Ya, terus?" Dimas terlihat tidak tertarik.
"Mau taruhan gak?"
Dimas memandang Bagas tak mengerti. Kepalanya masih pusing, ia masih mencerna apa yang Bagas katakan.
"Menurut rumor yang beredar tuh cewek gak pernah pacaran dan dia susah banget di deketin sama cowok. Gimana kalo kita taruhan? Siapa yang bisa dapet nomornya dia bakal menang. Deal gak?" Bagas menjelaskan.
Dimas menatap gadis yang duduk tidak jauh dari mereka. Ia kemudian melihat Bagas. Bagas memberikan tawaran akan membayar makanan Dimas selama sebulan. Tawaran yang cukup menarik bagi Dimas, karena bulan ini Kania memang mengurangi uang bulanannya.
Dimas kembali menatap gadis itu. Menurutnya bukan hal yang buruk menerima tawaran Bagas, Dimas hanya perlu mendapat nomor gadis itu dan semua selesai. Dimas Akhirnya menyetujui tawaran Bagas.
"Gue dulu yang mulai ya," ucap Bagas.
"Oke."
Bagas mulai mendekati gadis yang diincarnya. Bagas mulai mengajaknya bicara, terlihat kernyitan di dahi si gadis. Muka si gadis mulai menunjukkan raut kesal. Si gadis berbicara, sepertinya dia marah pada Bagas. Bagas masih berusaha mendekati si gadis, tapi si gadis malah bertambah kesal. Dia melempar bukunya pada Bagas. Bagas yang tak sempat menghindar akhirnya terkena buku si gadis.
"Pergi gak lo!" teriak si gadis. Gadis itu sedang ancang-ancang melempar Bagas dengan sepatu. Bagas yang sadar akan hal itu akhirnya lari menjauhi gadis itu.
Sementara Dimas yang sedari tadi menonton hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal.
"Buset dah tu cewek. Barbar banget" Bagas berusaha mengatur nafasnya. Bagas kesal karena dia gagal dan mendapatkan lemparan buku. Ia semakin kesal melihat Dimas tertawa.
"Lo juga ngapain ketawa?! Sekarang giliran lo, gue berharap lo di lempar batu sama dia." Bagas memang berharap kalau Dimas juga gagal.
Dimas masih tertawa, ia tidak merespon Bagas. Dimas berhenti tertawa, dan berjalan mendekati gadis tadi.
"Permisi boleh numpang duduk gak," ucap Dimas.
"Lo mau senasib sama temen lo?" tanya si gadis sinis.
"Nggak kok Mbak, saya gak kenal sama cowok tadi. Saya cuma mau numpang duduk," ucap Dimas hati-hati.
"Banyak alasan lo!" Gadis itu berteriak.
"Maaf mbak tapi-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan [End]
Romance⚠️⚠️⚠️ PERINGATAN!!! Jika kalian merasa cerita ini di luar nalar dan tidak masuk akal, berarti kalian belum sampai pada endingnya. Apa jadinya jika kamu dikutuk menjadi seorang wanita hanya gara-gara ingin meminta nomor seorang gadis yang tidak kam...