Happy graduation Bani.
Ciee yang udah lulus selamat ya. Maaf karna aku dengan gak tau dirinya ngirim hadiah ini. Anggap aja ini salam perpisahan dari aku. Setelah ini aku gak akan ganggu kamu lagi kok. Maaf ya aku bikin kamu risih tiga tahun belakangan ini. Aku cuma pengen nyapa kamu, itu aja kok. Maaf ya, aku cuma bisa kasih gelang yang aku buat sendir dan cincinnya, aku nabung beberapa bulan buat beli itu. Sebenernya aku berharap kamu pakaikan cincin itu ke jari aku. Hahaha, dasar aku ini gak tau diri. Aku beli cincin itu karna aku suka. Aku harap kamu kasih cincin itu ke calon istri kamu ya.
Habis ini kita bener-bener pisah. Aku gak bisa lagi liat kamu ketawa, liat kamu senyum. Aku gak akan liat keplin- planan kamu lagi. Aku gak akan liat kamu yang pake helm di kantin. Aku gak akan liat si helm kuning atau cowok plin-plan. Aku pasti rindu kamu, pasti. Semoga kamu selalu bahagia(^.^)
Ini surat terakhir dan pertama. Surat terakhir yang aku tulis buat kamu, tapi surat pertama yang sampe ke tangan kamu. Sebenernya masih banyak surat yang belum aku kirim, biar aku dan tuhan aja yang tahu isinya. Setiap rindu pasti aku tulis surat buat kamu Dim, seakan-akan kamu bisa baca itu.
Selamat tinggal, bukan sampai jumpa. Aku berharap kamu bahagia.
Carissa Amelia
26 Juli 2021
Air mata Dimas mengalir begitu saja. Dimas benar-benar menyesal ia baru membaca surat itu sekarang. Andai ia tidak terlalu mementingkan egonya, mungkin ia tidak kehilangan gadis itu sekarang dan mereka akan bahagia
Dimas mengusap air matanya dengan kasar. Ia merasa harus melakukan sesuatu. Ia tak mau terus bersedih seperti ini. Ia harus mencari gadis itu. Kali ini bukan untuk mematahkan kutukannya, tapi benar-benar meminta maaf dengan tulus pada gadis itu.
Dimas segera mengambil ponselnya dan terus berusaha mencari keberadaan gadis itu dengan ponselnya. Ia melihat akun lama gadis itu dan mencoba mengirim pesan. Walau sebenarnya Dimas tidak yakin akun itu masih dipakai, postingan terakhirnya sudah 3 tahun yang lalu.
Dimas menunggu dengan cemas. Ia terus menatap layar ponselnya. Namun, cukup lama ia menunggu, tak ada jawabannya. Raut wajah Dimas terlihat kecewa.
"Apa akunnya udah mati? Atau dianya yang udah tidur ya." Dimas bermonolog.
Akhirnya Dimas meletakkan ponselnya di nakas dan mulai merebahkan tubuhnya. Sambil memejamkan mata ia berharap besok gadis itu membalasnya.
Ting..
Dimas langsung bangun dan melihat ponselnya. Dimas tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya saat pesan itu terbalaskan.
Carissa_Lia
Hai
Dimas?
Dimas hampir mengatakan 'iya', tapi tiba-tiba teringat pada kondisinya sekarang. Dimas segera mengganti pesannya.
Carissa_Lia
Hai
Dimas?
Bukan. Aku Vania, calon istri Dimas
Dimas menunggu balasan lain dari Lia. Namun, gadis itu belum juga membalasnya dan hanya membaca pesan Dimas. Tiba-tiba Dimas khawatir Lia tidak mau lagi membalas pesannya karena Dimas yang mengaku sebagai Vania.
Kekhawatiran itu terpatahkan saat ponsel Dimas kembali berdering. Dengan cepat Dimas membalas dan membacanya.
Carissa_Lia
Oh, hai Vania. Ada perlu apa?
Ada beberapa hal yang mau aku omongin. Bisa kita ketemu besok?
Tidak seperti tadi, kali ini Lia langsung membacanya dan membalasnya cepat. Sepertinya gadis itu tidak meninggalkan ruang obrolan.
Carissa_Lia
Oh, hai Vania. Ada perlu apa?
Ada beberapa hal yang mau saya omongin. Bisa kita ketemu besok?
Bisa? Jam berapa?
Kamu ada waktu senggang jam berapa?
Jam 2 sore, aku baru pulang bekerja
Baiklah, kita bertemu di Kanya kafe ya
Itu tempatku bekerja
Dimas terlihat bingung, selama ini Lia bekerja di kafe milik Kania, tapi Dimas tidak tahu. Mungkin besok ia harus bertanya pada kakaknya.
Carissa_Lia
Hm, oke. Kita bertemu di sana
Baik
Dimas menatap balasan terakhir dari Lia. Ia tersenyum membacanya. Ia tidak sabar untuk besok. Meski begitu, tetap ada rasa takut dalam hatinya, mungkin saja Lia akan menolak permintaan maaf Dimas. Namun, apapun keputusan Lia nanti, Dimas akan berusaha menghormatinya.
...•••...
Dimas bergegas keluar kamar saat telah siap. Kali ini ia menggunakan baju miliknya sendiri. Dimas terlihat seperti wanita tomboy. Ia menggunakan kaus oversize berwarna hitam dipadukan dengan celana dengan warna senada.
Wajahnya berseri-seri dengan kebahagiaan yang sulit disembunyikan. Sejak tadi, senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya. Mengingat pagi ini ia akan bertemu dengan Lia. Meski kemarin Dimas mengatakan kalau ia akan menemui Lia sepulang gadis itu bekerja, tapi nyatanya Dimas tidak sabar dan memutuskan untuk segera bertemu gadis itu. Menurutnya tidak susah meminta waktu Lia, apalagi ia bekerja di kafe Kania, Dimas bisa dengan mudah meminta izin.
Dimas berhenti dan mendkat ke arah kakaknya yang tengah menyiapkan sarapan. Ia mengucapkan selamat pagi dengan penuh semangat.
Kania terkejut saat melihat Dimas. "Lo gak berubah?" tanyanya. Ia memperhatikan penampilan Dimas dari atas sampai bawah. "Lo mau kemana?"
Bukannya menjawab, Dimas malah kembali mengajukan pertanyaan pada Kania. "Lo punya pegawai yang namanya Lia di kafe?" Sorot mata Dimas penuh ketertarikan.
Kania berpikir. "Mungkin ada," ucapnya tak yakin.
Dimas hanya mengangguk-angguk mengerti, kemudian ia berjalan ke arah pintu keluar.
"Dim mau kemana!" Kania kesal karena Dimas seolah mengacuhkannya.
Sementara Dimas yang baru saja membuka pintu, langsung di sambut oleh senyum Zia. Gadis itu sepertinya ingin mengetuk pintu, tapi Dimas lebih dulu membukanya.
"Loh, belum berubah?" Zia nampak terkejut.
Tidak seperti biasanya, Dimas mengucapkan permisi sebelum mendorong pelan tubuh gadis itu yang menghalangi jalannya.
"Dim!" Kania keluar saat Dimas mulai menjauh.
"Dia mau kemana?" tanya Zia yang bingung dengan situasinya.
Kania menggeleng, ia juga tidak mengetahui kemana adiknya itu pergi. Hari ini ia merasa Dimas sedikit aneh. Pemuda itu terlihat lebih bahagia dari biasanya.
...••TBC••...
Maaf ya ceritanya makin absurd😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan [End]
Romance⚠️⚠️⚠️ PERINGATAN!!! Jika kalian merasa cerita ini di luar nalar dan tidak masuk akal, berarti kalian belum sampai pada endingnya. Apa jadinya jika kamu dikutuk menjadi seorang wanita hanya gara-gara ingin meminta nomor seorang gadis yang tidak kam...