Chapter IV

274 35 4
                                    

"Kalian sedang apa?"

Jinhwan yang baru saja dari pantry berjalan mendekat ke arah meja resepsionis butik, dengan segelas latte instan yang baru saja dia buat.
Dua gadis berbeda perawakan tengah duduk berhadapan.
Jinhwan meletakkan gelas di meja kemudian menarik kursi terdekat untuk ikut duduk merapat disamping gadis tinggi berambut sebahu yang duduk di sisi luar meja.

"Eonnie membuat kopi sendiri?" tanya gadis tinggi menilik pada gelas di meja dekat tangan Jinhwan.

"Hm"

"Kenapa tidak bilang kalau mau kopi"

Jinhwan hanya kembali mengguman saja, mata sipitnya memperhatikan jemari lentik gadis di sampingnya yang kukunya tengah dibubuhi kutek warna biru oleh gadis berambut panjang di depannya.

"Eonnie mau juga?"

"Apa?"

"Ini" gadis tinggi itu menunjukkan kesepuluh jemarinya yang semua kukunya telah selesai di cat.

"Cantik 'kan?" gadis itu dengan riang menggerakkan jemari lentiknya. Jinhwan mengangguk setuju.

"Itu masih basah, bodoh." gadis bertubuh lebih kecil di sisi dalam meja menggeplak pelan lengan gadis tinggi itu.
"Eonnie mau ? Sini... Sini... Aku buatkan juga" lanjut gadis itu sembari meraih tangan kanan Jinhwan.

"Eh? Tidak perlu. Baru juga dua hari lalu kan kuku ku ganti cat" tolak Jinhwan sembari menarik kembali tangannya.

"Tapi kan warna nya beda, Eonnie belum pernah memakai warna seperti ini"

Jinhwan menatap jemarinya sendiri, kuku yang tak seberapa panjang itu memang hanya dipoles kutek tanpa warna yang tampak bening, yang juga jadi satu-satunya warna yang dia pakai beberapa tahun ini.
Jinhwan hanya mengangkat bahu acuh.

"Biar saja" Ujar gadis itu santai kemudian memilih beranjak pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

Lima belas menit kemudian gadis mungil itu kembali muncul di meja resepsionis, kali ini sudah menenteng tas di bahu kanannya dengan blazer yang hanya tersampir di pundak.

"Saeron-ah, ayo temani aku belanja saja"

Gadis tinggi yang masih duduk di depan meja resepsionis segera menoleh dengan wajah merekah.

"Okeeeeeee... Aku ambil tas dulu" selanjutnya langsung melesat turun dan berlari kearah belakang.

"Eonnie, aku bagaimana? Ikuuuuuut" rengek gadis berbadan mungil lainya yang sudah memutari meja dan sekarang tengah menggoyangkan sebelah lengan Jinhwan dengan tatapan memelas.

"Ah, maaf Yerimie... Baek eonnie bilang aku hanya boleh membawa Saeron saja. Kau harus tetap disini"

"Curang!."

.

"Kenapa tiba-tiba belanja? Kemarin, diajakin... Eonnie bilang malas." tanya Saeron sembari mendorong pintu masuk supermarket dengan tangan kiri sementara tangan kanannya mengamit lengan Jinhwan.

"Mau bagaimana lagi, tadi pagi Jongin mengomel tidak karuan. Padahal semalam sudah ku bilang aku malas. Kalau nanti malam masih kosong, dia pasti akan menyeretku paksa saat itu juga " terang Jinhwan sembari menarik sebuah troli. Saeron disampingnya tertawa.

"Kalian kan cuma tetangga tapi seperti suami-istri saja. Kenapa kalian tidak menikah sekalian"

Jinhwan mendengus saja, bukan sekali dua kali dia mendengar hal seperti itu terlontar. Dan dia tidak perlu menjelaskan apapun karena sedikit banyak memang hanya gurauan saja meski jika yang mendengar orang yang tak mengenal Jinhwan dengan baik mungkin akan memikirkannya dengan serius.

Too Plain To SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang