"Kami, Kembar."
Adalah sebuah jawaban praktis yang acapkali terlontar dari bibir Kim Jongin begitu saja bila pertanyaan tentang apa hubungan yang dimilikinya dengan Kim Jinhwan diajukan padanya.
Untuk Jinhwan sendiri, dia tak begitu menanggapi pertanyaan sejenis itu dari siapapun, baginya terlalu merepotkan jika harus selalu menjawab pertanyaan yang akan membuatnya harus menjelaskan banyak hal rumit menyangkut hidupnya.Secara teknis mereka hanya saudara sepupu, dimana ibu Jongin merupakan adik dari ibu Jinhwan yang mana kebetulan kedua ayah mereka sama-sama bermarga Kim. Rumah mereka pun bersebelahan, sebab nenek dari pihak ibu mereka menginginkan keduanya tetap tinggal di satu area yang sama untuk memudahkan jikalau sang nenek ingin bertemu.
Jika menilik fisik mereka yang begitu bertolak, Kim Jongin dengan tubuh atletis menjulang tinggi dan kulit eksotis bukankah begitu kontras disandingkan kulit seputih susu dan tubuh mungil Jinhwan? Jadi, apakah ada yang bisa mempercayai jika mereka ini kembar?
Nyatanya untuk waktu yang tidak sebentar, mereka benar-benar hidup layaknya anak kembar sungguhan, melihat dari bagaimana rupa kedua orang tua Jongin.
Wajah Jongin yang seperti duplikat sang ayah, dan Jinhwan yang memiliki kadar kemiripan nyaris menyentuh angka 80% dengan ibu Jongin mau tak mau membungkam semua keraguan orang-oramg disekitar mereka perihal klaim kembar. Setidaknya untuk waktu yang lama mereka benar-benar dianggap anak kembar, hingga menjelang masa perkuliahan. Melupakan kepelikan lain yang tersisa.Kim Jinhwan yang sejak kecil menghabiskan hampir seluruh waktunya bersama keluarga sang bibi, sebab sering kali ditinggalkan kedua orang tuanya. Jinhwan kecil lebih memilih menghabiskan hari di rumah keluarga Jongin dibanding harus sendiri di rumah besar hanya ditemani pelayan dan tukang kebun. Membuat dia tumbuh bersama Jongin yang hanya lebih tua 25 hari darinya hingga memiliki ikatan kuat melebihi saudara kandung. Tumbuh bersama seperti selayaknya anak kembar.
Jinhwan tak banyak mengingat moment masa kecilnya bersama orang tuanya sendiri, selain sekeping kenangan tentang kebiasaan dirinya yang bangun begitu pagi lalu bergegas ke kamar kedua orang tuanya hanya untuk melihat wajah sang ibu sebelum pergi, menghabiskan beberapa menit yang dirasa begitu berharga disetiap harinya, merekam fitur wajah cantik yang tengah bersiap untuk bekalnya menjalani hari. Jinhwan kecil yang memiliki ketakutan tak akan bisa mengingat bagaimana rupa sang ibu di kepalanya. Jinhwan kecil yang selalu mengalami mimpi buruk karena tak bisa menemukan sosok ibunya didalam mimpi.
Pun dengan kakak perempuannya, Jinhwan tak pernah punya kesempatan menjadi dekat dengan Seiyeon mengingat jarak usia mereka yang terpaut 6 tahun, membuat sang kakak enggan menghabiskan waktu dengan Jinhwan. Terlebih kemudian Seiyeon memilih melanjutkan sekolah menengah ke luar negeri hingga lulus kuliah. Yang Jinhwan tahu dia hanya pernah melihat wajah sang kakak beberapa kali dalam beberapa tahun. Dan untuk Chanwoo, adik kecil yang lebih muda empat tahun darinya itu selalu di bawa kemana saja oleh sang Ibu. Chanwoo kecil dan sang ibu seperti sebuah paket, dimana ada ibu mereka disana sudah pasti ada Chanwoo, sampai anak itu masuk sekolah menengah.
Lucu bukan, Jinhwan bahkan tak pernah tahu apa yang ibunya lakukan jika pergi keluar.Seumur hidup Jinhwan sudah sangat terbiasa dikira anak bibinya daripada ibunya. Ditambah kenyataan tak banyak kolega dan saudara jauh yang tahu bahwa orang tuanya memiliki putri lain bernama Kim Jinhwan, yang diketahui orang-orang hanya ada Kim Seiyeon dan Kim Chanwoo. Dan Jinhwan juga sudah sangat terbiasa menemukan dirinya dalam keadaan dimana dia salah dikenali sebagai Seiyeon oleh kenalan kedua orang tuanya.
Satu-satunya kenyataan yang Jinhwan punya hanya dia tercantum secara sah menurut hukum sebagai anak kedua orang tuanya. Mungkin itu hal yang bisa dia syukuri, setidaknya dia masih menjadi anggota keluarga kandungnya meski tak banyak yang tahu.