Chapter VIII

206 26 20
                                    


.

Jinhwan dengan tenang mengunyah potongan pizza, sesekali melirik ke arah pintu ruang tengah dimana dua orang pria berdiri sedang terlibat dalam obrolan serius.

Yah, akhirnya Jinhwan tidak jadi memakan ramyeon yang sudah susah payah ia buat. Sebagai gantinya gadis itu mendapat pizza sementara ramyeon tadi sudah bersarang nyaman di perut Kim Jongin.

Entah bagaimana pria itu bisa datang tepat waktu, mungkin dia punya semacam Magic.

Dan sekarang Pria itu baru saja keluar membawa kardus berukuran sedang dari kamar di dekat pintu ruang tengah. Dari ruang duduk Jinhwan masih diam hanya mengawasi ketiga pria yang kini masuk ke dalam kamar yang biasanya tidak dipakai itu.

Jinhwan berpaling, menatap sepenuhnya pada layar tv. Gadis itu meraih potongan lain pizza lalu menggigitnya dengan suapan besar hingga mulut kecilnya terisi penuh.

Gadis itu memicingkan mata yang sudah sipit, bukan karena apa sedang tayang di layar datar didepannya melainkan sesuatu dikepalanya.

'Ngapain aku masih disini ya?'

Berdecak pelan, gadis itu segera memasukkan sisa potongan yang masih setengah dalam sekali suap kemudian berdiri berniat ke dapur untuk mencuci tangan sebelum pergi.

"Astaga!"

Baru juga menoleh gadis itu langsung memekik kaget.

"M-maaf... Aku mengagetkanmu ya" seorang pria yang masih belum Jinhwan kenal tersenyum kikuk "Aku hanya ingin mengambil ini saja" orang itu mengangkat sebuah charger yang baru saja dia ambil dari ransel yang tergeletak di lantai dekat kaki Jinhwan.

Gadis itu melirik ransel yang entah bagaimana tak tertangkap oleh matanya sejak awal.

"A-aniya" gadis itu tersenyum kaku lalu dengan cepat memalingkan wajah, kembali menghempaskan pantat di sofa.

Jinhwan diam-diam menghembuskan nafas gugup, meski wajah dinginnya masih bertahan gadis itu tak bisa menahan untuk mengerling pada laki-laki yang sedang mencolokkan charger di meja kecil tak jauh dari Jinhwan duduk.

Jinhwan sadar pria itu juga mencuri pandang kearahnya namun gadis itu memilih berpura-pura tidak melihat, terus memasang wajah cuek sedatar layar televisi.

"Lapar banget ya?"

Suara Jongin yang begitu dekat membuat gadis itu menoleh, Jongin yang baru saja menghempaskan pantat disebelah Jinhwan terkekeh melihat isi loyang pizza tinggal separuh. Pria itu ikut mencomot potongan pizza yang tersisa.

"Sudah selesai?" Jinhwan menuang cola pada empat gelas kosong diatas meja setelah itu meraih salah duanya lalu mengangsurkan satu pada Jongin.

"Uhm" gumam Jongin singkat.

"Kalian berdua... Sini makan dulu."

Jinhwan ikut menoleh kearah dua orang yang masih terlibat diskusi diambang pintu kamar.

"Eoh" Sehun menyahut seadanya, pria berparas bule itu mengangguk lalu mendekat.

.

"Nggak nginap?" tanya Jinhwan pada Jongin yang sedang memakai mantel. Keduanya kini berdiri di lorong apartemen.

"Hm? Biasanya nyuruh pulang" jawab Jongin.

"Lain kan... Aish, Sudahlah sana pergi!"

"Dih, ngambek" goda Jongin, dicoleknya dagu runcing gadis yang tengah cemberut itu.

"Nggak... Dah sana pergi" ketus Jinhwan.

"Ada yang booking resto untuk acara jam sembilan pagi besok, jadi aku harus udah prepare dari pagi banget. Kalau dari sini repot, makanya mau nginap sekalian aja di sana"

Too Plain To SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang