Adilla mencebikkan bibirnya melihat Darian yang tengah sibuk dengan kertas medisnya. Sungguh, sekarang ia sangat bosan menunggu sang suami selesai dengan pekerjaannya. Jika kalian menyarankan Adilla untuk pulang pasti sudah dilakukannya sedari tadi setelah bermesra-mesraan membahas kejadian yang menguras emosi. Namun, memang dasar sifat possesif sang suami yang mendarah daging. Adilla tidak diperbolehkan pulang sebelum sang suami selesai dengan pekerjaannya.
"Yang pulang sama aku aja nanti ,jangan sama mama. Nanti mama pasti ngajakin kamu pergi-pergi aku nggak mau ya kamu sampai kecapekan, kandungan kamu udah gede kalo nanti terjadi apa-apa gimana kalau misal kamu.... dan bla bla blaaa"
Itulah yang disampaikan sang suami tiga jam yang lalu, membuatnya memutar kedua bola matanya malas. Nih ya kalau Adilla diibaratkan sebuah pohon, mungkin dia sekarang sudah lumutan dan berakar saking lamanya menunggu. Tiga jam woyy bukan tiga menit. Fiuhh masih mending kalo disayang-sayang, lah ini didiemin kaya patung mana duduk di kursi yang bikin punggungnya sakit lagi. Disangka kertas lebih menggoda dibanding dirinya apa? Sorry ya gini-gini Illa tuh lebih high quality. Lagi-lagi Adilla mengerucutkan bibirnya kesal.
"Mas, mending Illa pulang aja ya. Punggung Illa udah sakit nih" Ucap Adilla membuat Darian mengalihkan pandangannya yang semula menatap kertas kini menatap istrinya.
"Sini,yang duduk dipangkuan aku. Aku pijitin" Tawar Darian. Adilla berdiri menghampiri Darian.
Beginu lebih baik, daripada di cuekin kaya patung. Batin Adilla mendudukan dirinya dipangkuan sang suami. Salah satu tangan darian memijat-mijat kecil punggung Adilla, tetapi tetap saja tangannya yang satu memegang kertas medis sambil membacanya. Adilla menghela napasnya pelan, sama saja batinnya.
"Udah ya,mas. Illa pulang aja, mas kan masih banyak kerjaan. Nanti Illa malay ganggu" Ucap Adilla
"Ini tinggal bentar lagi selesai yang"
"Tapi Illa ngantuk,mas"
"Tidur aja,yang . Aku peluk,nanti aku gendong kalau pulang" Ucap Darian, Adilla menenggelamkan kepalanya dileher Darian.
"Emm,,, mas" Panggil Adilla ingin mengajak ngobrol sang suami.
"Hmm" Jawab Darian dengan gumaman.
"Mas, bahagia nggak bentar lagi punya anak?" Tanya Adilla random.
"Seneng" Jawab Darian singkat. Adilla cemberut tak puas dengan jawaban Darian.
"Mas pengen anak cowok apa cewek?" Tanya Adilla lagi
"Apa aja" Darian lagi-lagi menjawabnya singkat membuat Adilla mencebikkan bibirnya.
"Kalau aku pengennya cowok sih,mas. Biar ganteng terus jadi idola"
"Emmm" Darian menanggapinya dengan gumaman. Adilla menghela napas bingung mencari topik lain.
"Kalau misal Illa nggak ada, lebih dulu dipanggil sama Tuhan. Mas bakal tetep selalu inget Illa nggak?" Tanya Adilla.
Darian meletakkan kertas yang sedari tadi dia pegang kemudian mendorong sedikit bahu Adilla agar menatapnya.
Deg
Adilla sedikit takut melihat tatapan tajam sang suami, baru kali ini Darian menatapnya seperti itu. Adilla menunduk takut."Aku nggak suka ya,la kamu tanya kaya gitu." Ucap Darian tajam
"llla kan cuma tanya. Lagian umur juga nggak ada yang tau" Jawab Illa takut-takut.
"Kalaupun Tuhan ngambil salah satu diantara kita. Dia akan ngambil aku duluan. Ngerti!"
"Tapi,mas kan nggak tau takdir. Siapa tau nanti bakalan Illa...." Darian mengarahkan telunjuknya dibibir Adilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is My Grandma Doctor
Teen FictionKisah seorang gadis yang jatuh cinta pada dokter neneknya sejak pandangan pertama. Segala upaya dia lakukan untuk menarik perhatian dokter tersebut. Hingga kadang dokter tersebut merasa risih dan terganggu oleh kehadirannya. Tapi saat sang gadis mu...