5

18 6 0
                                    

Tet tot tet tot..!!

Bel tanda berakhirnya pelajaran sudah mengalun merdu. Nggak ada yang lebih merdu dari ini. Apalagi gue yang udah capek ngurusin kegiatan MOS yang kaya nggak berujung dan berpangkal.

Hari ini gue rencananya mau langsung balik secepatnya. Ya walaupun sebenarnya gue males liat wajah suram orang rumah. Tapi emang gue mau kemana kalau nggak pulang?

"Nggak mau ikut kita Riel?"Tanya Aish nepuk bahu gue.

"Gak!" Hanya kalimat singkat itu yang keluar dari mulut gue.

"Yeelah gak asik lo,"Aish mukul lengan gue dan berlalu gitu aja.
Kalau dilihat-lihat Aishia ini cantik banget emang. Hampir semua cowok di sekolah ini kenal dia. Dan karena dia jadi wakil gue, gue sering disanding sandingin terus sama dia. Ada yang bilang cocoklah, serasilah,apalah apalah pokoknya.

Gue ngambil jatah makanan gue dan langsung keluar dari ruang kebesaran gue.

"Kak Gab!" Pekik seseorang ke arah gue. Gue noleh dan liat ada anak sd lari. Pas semakin deket wajahnya makin jelas...

Makin jelas...

Jelas...

Jelas...

Dan ternyata dia adalah . . .

ELEN

"Lo ngapain lari?" Tanya gue tepat setelah dia sampai di depan gue. Nafasnya ngos-ngosan dan rambutnya berterbangan. Mata lebar, hidung kecil, bibir pink pucat dengan pipi chubby merah di wajahnya yang putih pucat itu terlihat sangat imut kaya anime. Gue mikir apaan sih!

"Kak Riell! Halloo," dia say hallo dan menyadarkan gue. Aduh kenapa wajah gue ngrasa kaya dipanggang ya.

"Kakak panas,"

Tanpa gue sadar tangan dia udah mendarat di pipi gue. Lo yang bikin gue panas tauk.

"Lagian dimana-mana yang dipegang tuh dahi bukan pipi unyill!" Geram gue dan gue nyubit pipi chubbynya.

"Ya kalau nyampai sih Ellen bakal pegang lapangan futsalnya kakak. Tapi gimana ya, nggak nyampai sih!" Tutur Ellen apa adanya. Ini sih bukan apa adanya. Ngatain jidat gue kaya lapangan sepak bola maksudnya apa coba? Katanya suka. Suka kok ngehina. Gue membatin.

"Lo kenapa panggil gue Riel. Gue sukanya lo panggil gue Gab," tutur gue sambil sok memanyunkan bibir. Ingatkan gue pengen bikin dia bahagia? Gue pengen mulai dari sekarang.

"Ututututu iya maaf. Habis kata temen-temen, Ellen gak boleh panggil kak Gabriel kak Gab. Katanya Gab itu jelek."terangnya. Gue lihat wajah layunya.

"Mereka cuman iri sama kita,"

Gue gandeng tangan dia. Gue lihat wajahnya yang masih cengo dan pipi chubbynya memerah.

"Udah makan?" Tanya gue. Entah gimana kata itu mencelos gitu aja dari mulut gue.

"Be.. Ee udah,"

"Lo gak bisa bohong ya?" Gue berhenti dan megang pipi dia.

"Habis ini langsung makan," kata gue lalu gandeng dia lagi.

"Ihh kak Gab sweet banget sih. Aku jadi tambah cinta. Gimana dong?Aduh pipi aku. Duh,"

Tuhkan tuhkan mulai lagi nyerocosnya. Gue gak bisa nahan senyum gue lihat tingkah dia yang kaya bocah. Emang dia masih bocah sih.

💔💔💔

"Masuk dulu kak?"Elen mau menarik tangan gue tapi gue gak bergeming.

"Kapan-kapan aja deh ya. Aku pengen cepet-cepet balik. Sampaiin salam aku ke bunda ya?" Gue mengelus pipi dia dan memakai helm fullface.

"Cie aku kamuan,"celetuk seseorang dari dalam rumah. Pasti nih si Andi.

"Ih Andiii! Apaan sih kamuu" Gue yang kesel Ellen yang menggeram. Eeee.

"Gue pulang,"

"Hati hati Kak Gab."

Di jalan gue pengen senyum terus. Ih, apa gue udah gila sekarang? Atau ini virus senyumnya Ellen? Atau..

Kepo yaaa.. menurut kalian gue inu kenapa?


Yah cuman 548kata gaess.. bingung buat memperpanjang ide aja sih. Thank for reading(ngomong opo aku ini!)

JURNAL GABELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang