"Sudah sampai, cepat turun!"
"Tapi-"
"Tapi apa?"
Jisoo meneguk ludahnya paksa saat menerima pelototan dari Chanyeol. "T-tidak jadi, terima kasih!"
Hembusan nafas terdengar kentara setelah Jisoo telah keluar dari dalam mobil. Kali ini Chanyeol kembali mengambil ponsel di dalam sakunya dan mulai mengetik sesuatu untuk ia kirimkan kepada Sekretaris Choi. Sambil tetap fokus dengan apa yang sedang ia ketik, Chanyeol mulai berbicara. "Jalan, Pak."
Hening selama beberapa detik. Chanyeol mengalihkan tatapannya dari layar ponsel saat merasakan bahwa taksi yang sedang ia naiki belum bergerak sedikit pun. Sebelah alisnya tertarik ke atas saat melihat supir taksi itu tampak terdiam sambil menatap jalanan sekitar.
"Pak?"
"Iya, Tuan?"
"Jalan."
Supir taksi itu menatap bingung ke arah Chanyeol melalui kaca mobil, pria itu seperti sedang memastikan sesuatu. "Apakah anda ingin meninggalkan nona itu, Tuan?"
"Ahjussi?"
"Baik, Tuan."
***
Jisoo saat ini terus melangkah dan lebih dalam memasuki wilayah yang padahal baru pertama kali ia datangi. Perlahan, perumahan mulai terganti dengan lahan-lahan kosong. Jisoo sampai harus bolak-balik melihat peta pencarian pada ponselnya untuk memastikan bahwa alamat yang sedang ia tuju tidaklah salah.
Sampai pada saat dirinya memasuki gang yang lumayan sempit. Mungkin bila dikira-kira, gang ini hanya bisa dilalui pejalan kaki satu arah. Iya, benar-benar seperti jalan tikus. Dan lagi, jalan itu adalah jalan satu-satunya yang bisa Jisoo lewati untuk sampai ke alamat rumah Ji Eun-Soo, seseorang berpredikat siput yang harus Jisoo tangani.
Dan sampai lah dirinya ke tempat yang dituju. Jisoo sempat kaget saat menemukan bahwa tempat yang sedang ia cari ternyata diluar dari batas ekspetasinya. Mencoba memastikan, ia kembali mengeluarkan lembaran informasi tentang Ji Eun-Soo dari dalam tasnya.
"I-ini?"
Jisoo sampai membolak-balikkan lembaran itu dan membacanya berkali-kali. Namun tetap saja, ia tidak habis pikir.
"Ji Eun-Soo, wanita berusia empat puluh tiga tahun yang telah berhutang lima puluh juta kepada bank sekitar tiga setengah tahun yang lalu," baca Jisoo seraya mendongak untuk melihat pemandangan di depannya. "Telah dia apakan uang sebanyak itu?"
Jisoo menghirup nafas dalam-dalam. Walau saat ini ia mulai merasa sedikit segan untuk memasuki perkampungan di depannya, namun ia tetap harus menyelesaikan tugas ini. Jisoo mulai meneguhkan dirinya. Lalu beberapa detik kemudian, Jisoo mulai melangkah, memasuki sebuah perkampungan kumuh dengan bau karat dan juga debu yang bertebaran.
"Apa ini benar-benar alamatnya?" Jisoo kembali bertanya-tanya saat mengetahui sepinya perkampungan yang telah dirinya masuki. Ia tanpa sadar meneguk ludahnya. "Ini lebih seperti perkampungan yang gersang. Apa semua rumah disini berpenghuni manusia?"
Pemandangan di sekitarnya ini benar-benar sangat terlihat miris. Banyak sampah besi bercampur dengan batu yang bertebaran di lahan, membuat beberapa jalur jalan tertutupi dan terasa susah untuk dilewati.
Jisoo beberapa kali sampai tersandung saat berjalan, untung saja ia masih bisa menjaga keseimbangannya. Perumahan di perkampungan ini juga terlihat sangat tidak layak. Dindingnya terbuat dari kayu yang sudah berlumut dibeberapa sudut, serta atapnya yang merupakan besi berkarat, mungkin saat hujan akan ada banyak sisi yang berlubang. Jalanan tentu juga akan semakin susah untuk dilewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗟𝗜𝗧𝗘𝗦𝗧 | Chanyeol • Jisoo | ✓
Lãng mạnJisoo adalah anak sulung, dia memiliki adik yang istimewa. Hidupnya saat ini masih berjalan dengan semestinya, rapi dan terencana. Kemudian, bertemu dengan seseorang membuat sedikit perubahan dalam dunianya. Namanya Park Chanyeol, pria yang tidak me...