13 : Perampokan

1.7K 275 20
                                    

Terdengar suara ranjang yang berderit saat Jisoo menidurkan tubuh Jian dengan perlahan ke atas ranjang. Setelahnya, ia lantas melepas sepasang sepatu Jian setelah akhirnya menyelimuti tubuh adiknya hingga sebatas dagu. Saat ini matanya masih belum lepas dari wajah sang adik yang tampak tertidur dengan damai.

Jisoo mengulas senyum tipis seraya mengusap lembut surai sang adik. "Selamat tidur."

Saat Jisoo ingin beranjak dari kasur, tiba-tiba pergelangan tangannya terasa ditarik oleh sesuatu. Jisoo lantas menoleh, dan mendapati sepasang bola mata besar tengah menatapnya di balik selimut yang saat ini sudah tampak berantakan. Melihat itu, Jisoo jadi urung untuk beranjak pergi dan kembali mendekati adiknya yang saat ini masih terus menatapnya.

"Jian, kenapa bangun? Ayo tidur lagi," Jisoo kembali duduk di samping Jian dan merapikan selimut sang adik. Namun Jian tidak langsung memejamkan mata, Jian masih terus menatapnya tanpa berkedip yang membuat Jisoo sedikit keheranan. "Jian kenapa? Mau tidur ditemenin noona?" Jisoo terkekeh saat melihat adiknya langsung mengangguk setelah ia bertanya demikian. "Oke, ayo tidur."

Jisoo langsung menelentangkan tubuhnya dan menarik selimut untuk dirinya. Saat ini ia tengah menyangga kepalanya dengan telapak tangannya, sedangkan telapak tangan yang lainnya tengah memainkan surai sang adik. Dan sepertinya Jian mulai merasa nyaman melihat dari matanya yang perlahan terpejam.

Lama Jisoo di situ, hingga saat ia mengetahui Jian telah tertidur pulas. Itu terlihat dari deru nafas adiknya yang terdengar tenang. Jisoo mengulas senyum, entah kenapa saat ini hatinya terasa hangat. Kembali pikirannya berputar beberapa saat yang lalu. Saat ia dan adiknya pulang bersama Park Chanyeol. Jisoo sangat ingat bagaimana perhatiannya pria itu saat mengawasi Jian.

Ya, Jisoo tahu bahwa Chanyeol selalu mengawasi Jian walau mata pria itu tengah bersembunyi di balik kacamata hitam dan topi yang menutupi wajah. Jelas ia mengetahuinya karena saat Jian hampir terjengkang akibat kereta yang tiba-tiba bergoyang, Chanyeol tanpa aba-aba langsung saja menangkap tubuh adiknya yang sudah linglung. Membuat ia yang sudah kelabakan langsung bernafas lega.

Dan lalu, pandangan mereka lagi-lagi bertemu walau hanya sesaat. Ditambah dengan tangan Chanyeol yang bersentuhan dengan tangannya saat mereka sedang memegangi tubuh Jian. Entah apa yang ada dipikiran pria itu, Chanyeol langsung menarik tangannya dan membuang muka setelah sebelumnya mengeluarkan kata-kata pedas supaya Jisoo lebih berhati-hati dalam menjaga Jian.

"Bukankah sajangnim itu baik?" ujarnya yang sedang bermonolog. Jisoo lalu menidurkan kepalanya di sebelah Jian. Ia menghembuskan nafas. "Walaupun ucapannya selalu pedas."

Senyumnya tiba-tiba merekah begitu saja. "Jian-ah."

Jisoo memandangi raut muka adiknya yang tampak damai saat tertidur. Kembali tangannya mengusap surai Jian yang terasa lembut dikulitnya. Ia lalu semakin mendekatkan diri ke arah Jian, menempelkan keningnya pada kening adiknya. "Kamu selalu menjadi penyemangat noona. Tau tidak? Noona sekarang punya direktur yang sangat unik, doakan semoga pekerjaan noona lancar terus bisa beli alat melukis buat kamu."

"Mimpi indah, Jian," bisik Jisoo sebelum akhirnya ikut memejamkan mata menyusul sang adik mengarungi mimpi.

***

Tampak seorang pria dengan baju trining dan topi hitam yang menutupi setengah wajah sedang berlari memutari sebuah taman dimalam hari. Sebenarnya, hal yang umum saat seseorang memiliki olahraga diwaktu malam hari, namun sepertinya pria itu memiliki keberanian yang sangat besar. Itu terlihat dari suasana malam yang hening dan sekitar yang tampak sepi, namun dengan santainya pria itu terus berlari memutari taman, tanpa waspada akan kejahatan yang mungkin saja sedang mengintai.

𝗟𝗜𝗧𝗘𝗦𝗧 | Chanyeol • Jisoo | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang