𝗟𝗜𝗧𝗘𝗦𝗧 | Chanyeol • Jisoo | ✓

22 : Kebenaran

Ayah Jisoo adalah seseorang yang berkecimpung dalam dunia politik, sedangkan ibunya memilih menjadi seorang ibu rumah tangga dan meninggalkan karirnya setelah melahirkan Jisoo. Kedua orang tuanya adalah sosok yang paling disayangi sekaligus dihormati oleh Jisoo.

Ayahnya seseorang yang tegas dan cerdas, membuatnya menjadi seseorang yang cemerlang karirnya. Ayahnya bahkan memiliki banyak teman seperjuangan. Rekan terbaik dimana mereka memiliki satu misi mulia, yaitu menjebloskan para tikus berdasi yang tidak memikirkan masa depan bangsa. Hingga membangun struktur kenegaraan lebih baik dengan keadilan yang seimbang. Misi itu sangat sulit, sungguh. Namun ayahnya hadir dengan pemikiran dan impian tinggi, jika bukan sekarang kapan lagi? Jika bukan mereka siapa lagi?

Karena di setiap generasi, akan selalu ada sebuah pemberontakan. Entah dalam sudut terang maupun gelap, atau bahkan... kelabu.

Tentu saja hal itu membuat ayah dan para rekannya memiliki banyak musuh, bahkan dengan jumlah dan kekuatan yang melebihi mereka. Membuat mereka harus selalu waspada dan berhati-hati. Dengan mengadakan pergerakan bahwa tanah, di mana kedok mereka harus tersimpan baik-baik sampai pada waktu yang tepat tiba.

Namun saat ayahnya dan beberapa rekan sudah akan mendapatkan barang bukti atas tindak kecurangan dari beberapa politikus, mereka tidak mengetahui bahwa gerak-gerik mereka telah diamati.

Para tikus berdasi itu ternyata telah mencurigai ayahnya, hingga saat tragedi kecelakaan mobil yang ditumpangi ayah dan ibunya. Semua sudah direncanakan, mereka membiarkan ayahnya mengambil semua barang bukti tanpa mengetahui bahwa gerak-geriknya telah diketahui. Agar semua barang bukti yang sudah ayahnya kumpulkan bisa langsung dimusnahkan, bersama dengan ayah dan ibunya.

Kejadian itu diawali dari 5 tahun yang lalu. Saat ayah dan ibunya kembali dari sebuah acara 'bisnis'. Saat itu langit berbintang seolah sengaja tertutupi oleh awan kelabu, dengan semilir angin malam yang berhembus menusuk kulit, mobil yang di tumpangi kedua orang tuanya melaju dengan kecepatan rata-rata. Waktu telah menunjuk ke angka 11, suasana jalan terlihat sepi lenggang. Hanya ada suara hewan malam yang mengisi kesunyian mencekam.

Awalnya, jalanan tol hanya ada mobil yang ditumpangi ayah dan ibunya. Mamun tiba-tiba dari arah belakang muncul sebuah mobil lainnya yang melaju dengan kecepatan tinggi, seolah sedang mengejar ayah dan ibunya. Tentu ayah menyadari keanehan itu dengan cepat, ia pun menaikkan laju mobil dan sekuat tenaga keluar dari kejaran.

Ibunya yang berada di sebelah ayahnya menangis seraya merapalkan doa. Tidak henti-hentinya ibunya menyelipkan keselamatan Jisoo dan Jian, bahkan mengabaikan keadaan mereka yang terancam bahaya.

"Bagaimana dengan Jisoo dan Jian? Ya Tuhan, anak-anak kita berada sendirian di rumah."

Ibunya menjerit saat mobil di belakang berhasil menabrak bagian belakang mobil mereka, membuat ayah dan ibunya terbanting keras ke depan. Mobil yang ditumpangi mereka oleng. Ibu kembali menjerit saat melihat pelipis ayah yang mengeluarkan banyak darah. Namun ayah masih berusaha sekuat tenaga untuk kembali menyeimbangkan mobil.

Naas, serangan terakhir tidak bisa dihindari oleh mereka. Sebuah sinar yang sangat menyilaukan tiba-tiba muncul dari arah depan, dekat dengan jurang. Ibu memejamkan mata akibat cahaya yang terlampau silau. Dan saat itu juga, mobil mengalami kecelakaan. Akibat cahaya itu, ayahnya tersentak kaget hingga tidak sadar telah membanting stir.

Mobil mereka keluar dari pembatas tol, jatuh terhempas ke dalam jurang, bersamaan dengan ledakan api yang lambat laun melalap hangus mobil mereka.

Air matanya kembali jatuh, ia sudah tidak bisa lagi menahan isak tangis pilu setelah berakhirnya sebuah rekaman suara yang diberikan oleh orang asing di depannya. Kepalanya terjatuh di antara telapak tangan, mencengram kuat surainya untuk melampiaskan rasa sakit pada hatinya. Ayah dan ibunya, bahkan disaat-saat terakhir mereka masih mengkhawatirkan keselamatannya dan juga Jian.