Bonus Chapter |3|

1.7K 274 62
                                    

Chanyeol mengulurkan tangan, Jisoo balas menggenggam uluran tersebut dan perlahan mulai menaiki altar. Semua sinar seolah tengah mengelilingi keduanya. Berakhir dengan pengucapan sumpah setia janji suci pernikahan dari Chanyeol maupun Jisoo secara bergantian. Suasana terasa mengharukan; hening dan hikmat.

Hanya ada suara penuh ketulusan dari Chanyeol yang saat ini tengah mengucapkan janji suci seumur hidupnya, dan balasan lembut Jisoo yang juga mengucapkan sumpah setia sebagai seseorang yang akan menjadi pendamping hidup pria di depannya. Mereka saling melempar senyum, hingga sampai pada titik di mana sebuah perasaan penuh warna hinggap di relung hati paling dalam.

"Kamu lebih dari indah, Jisoo," Chanyeol terus memandangi wajah perempuan di depannya dengan senyum tipis terpatri.

Wajah Jisoo merona, tentu itu adalah pujian yang terlalu berlebihan. "Gaun pernikahan ini, punggungku harus tertutup."

"Aku senang, karena cuma aku yang akan melihatnya," Jisoo melotot, Chanyeol tersenyum geli karenanya. Tentu Chanyeol tahu apa yang Jisoo maksud, ia hanya tidak ingin perempuannya menjadi berkecil hati.

Ya, Jisoo saat ini telah resmi menyandang status sebagai istrinya. Walau cara Chanyeol sedikit berbeda saat pertama kali melamar Jisoo. Karena dirinya tidak dulu mengajak perempuan itu untuk kencan penuh romantis dengan berbagai kata manis. Chanyeol hanya membawa ayahnya ke depan Jisoo dan Jian. Dan ia yang melamar Jisoo dengan sebuah cincin emas peninggalan ibu kandungnya. Tanpa sepatah kata pun, Jisoo langsung mengangguk. Dan ya, semua terjadi hingga seperti ini.

Mereka berdua saat ini telah menyalami setiap tamu undangan yang hadir. Jisoo tampak menangis haru, yang membuat Chanyeol dengan cepat menggenggam hangat pergelangan tangannya.

Woori dan Seok datang di acara pernikahan mereka yang diselenggarakan secara privat. Mereka bertiga tampak sedang berpelukan, melepas rindu yang membuncah. Beberapa waktu sebelumnya, Jisoo akhirnya memberanikan diri untuk menemui kedua sahabatnya. Ia akhirnya bisa menceritakan bagaimana situasi dirinya yang sebenarnya. Tentu Woori dan Seok menangis mendengarnya, mereka menganggap Jisoo telah melewati banyak rintangan yang berat. Lalu mereka berjanji akan menjadi sahabat selamanya.

Hingga sampai saat ini, Woori adalah orang yang pertama kali menangis bahagia saat melihat Jisoo dengan senyum merekah menghampiri mereka. Dan Seok adalah orang yang paling melebarkan senyumnya, melihat Jisoo yang bahagia.

Chanyeol maupun Jisoo, mereka hanya mengundang keluarga dan orang-orang terdekat mereka saja.

Jujur, Chanyeol ingin menggelar pesta yang bersinar untuk Jisoo. Namun perempuan itu menolak, dia lebih menyukai hal-hal yang sederhana, namun hikmat. Karena mereka berdua akan melangsungkan janji sehidup semati, dan Jisoo ingin suasana yang sesuai.

Nyatanya pernikahan bukan hanya perayaan hari kebahagiaan, namun pengikrar janji sakral bagaimana kesanggupan keduanya dalam melangkah ke jenjang yang lebih jauh. Bersama melewati suka dan duka dengan genggaman hangat yang saling menguatkan.

Bahagia adalah sebuah proses. Dan proses bukan hanya tentang sebuah kebahagiaan.

Hal yang membuat Chanyeol semakin terpesona oleh pemikiran bijak perempuan itu. "Aku sangat beruntung."

Jisoo menoleh, ia menatap Chanyeol yang saat ini tengah membantunya melepas setiap aksesoris di rambut yang susah dijangkau tangan Jisoo.

"Kamu mengatakan sesuatu?" tanya Jisoo karena tadi ia sempat mendengar Chanyeol yang bergumam. Chanyeol hanya menggelengkan kepala.

"Jian diculik."

"APA!!?"

"Ayahku tiba-tiba mengajak Jian untuk menginap di rumahnya. Ayah sepertinya jatuh cinta dengan Jian," Chanyeol meringis saat Jisoo memukul bahunya keras. Pria itu malah tertawa setelahnya.

"Chanyeol, aku bisa jantungan! Berhenti melayangkan lelucon seperti itu," Jisoo menatapnya tajam. Chanyeol cepat-cepat mengangguk.

"Maaf."

Jisoo menghembuskan nafas, ia lalu mulai masuk ke dalam kamar mandi dan berganti pakaian di sana. Ia keluar beberapa menit setelahnya, dan menemukan Chanyeol sudah dengan busana tidur tengah tertidur miring menyangga kepala, menatap kearah Jisoo. Tentu Jisoo menjadi sedikit salah tingkah saat Chanyeol terus menatap dirinya.

"Kamu dan ayah, terlalu memanjakan Jian," ucap Jisoo pada akhirnya. Ia lalu duduk di tepi ranjang, "Adikku bahkan sudah memiliki satu paket lengkap alat melukis. Kenapa membelikan lagi? Aku tidak habis pikir saat melihat harga yang tertera di sana."

Jisoo mengomel, mengingat bagaimana ayah Chanyeol memperlakukan Jian bak putra mahkota. Namun tentu Jisoo tidak bisa menegurnya, maka dari itu yang bisa ia lakukan sekarang adalah mengomeli Chanyeol. Meminta agar Chanyeol berbicara pada ayahnya untuk tidak memberikan Jian barang-barang mahal lagi. Itu akan membuat mereka jadi boros. Dan Jisoo merasa hal itu salah.

Lebih dari itu, ia jadi teringat bagaimana awal mula dirinya bertemu dengan ayah Chanyeol, yang sekarang sudah menjadi mertuanya. Ayah mertuanya baik, beliau memperlakukan Jisoo layaknya putri kandung sendiri. Namun sungguh, tidak terduga bahwa hubungan palsu yang Chanyeol katakan pada ayahnya bisa jadi sungguhan seperti ini.

Padahal dulu, ia ingat sekali saat ayah Chanyeol mempertanyakan kelangsungan acara pertunangan mereka, Chanyeol adalah orang yang paling pintar mengubah topik agar ayahnya tidak bertanya-tanya tentang hal itu lagi. Mungkin supaya Jisoo tidak merasa terganggu akibat rencana gila yang pria itu lakukan.

Namun sekarang? Rencana gila itu telah dilaksanakan, bahkan lebih dari pertunangan. Dan Jisoo sama sekali tidak menyesal. Karena Chanyeol telah berganti menjadi orang yang paling pintar membuatnya jatuh cinta berkali-kali.

"Ayah cuma sayang sama Jian," gumam Chanyeol yang masih bisa di dengar oleh Jisoo. "Mungkin karena dulu dia tidak bisa begitu. Maka sekarang ia melakukannya untuk Jian. Adik dari seseorang yang rela mengorbankan dirinya demi aku."

Jisoo menghembuskan nafas saat mendengar ucapan Chanyeol, namun ia mencoba kembali mencairkan suasana.

"Kamu sekarang pintar berkata manis, Chanyeol."

Chanyeol terkekeh, ia lantas bangkit dari ranjang dan berjalan ke dekat dinding di sebelah pintu. Membuat Jisoo memekik tiba-tiba.

"Sajangnim, kenapa dimatikan!!?" Jisoo sampai reflek memanggil Chanyeol dengan sebutan direktur sewaktu dulu saat pria itu tiba-tiba mematikan lampu.

"Selamat malam."

"Chanyeol, harusnya selamat tidur!!!"

"Tidak, pemilihan kataku sudah benar."

















(///,///) gelap banget, aku ga liat apa-apa.

Make & publish 25 april 2020

𝗟𝗜𝗧𝗘𝗦𝗧 | Chanyeol • Jisoo | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang