Malvaras-03

8.6K 806 128
                                    

Ara telah menimbang segala keputusan yang telah dia pikirkan semalaman. Keputusan yang mungkin akan menghancurkan hati Ara. Kata orang, sabar itu tidak ada batasnya. Tapi kenapa kali ini Ara merasa dirinya tidak bisa lagi bersabar?

Kekecewaan kini telah bercampur dengan luka. Pertahanan yang selama ini dia bangun selama dua tahun, telah runtuh. Ara tak ingin menyakiti hatinya terlalu lama. Bukan hanya dirinya, tapi Alvin juga. Ara rasa kebahagiaan Alvin sudah cukup, dan ini saatnya Ara pergi. Ara tak ingin jika suatu saat dirinya bisa hancur karena bertahan dengan rasa yang salah.

Sejak Ara menjatuhkan hatinya kepada Alvin, hanya satu hal yang Ara pikirkan. Laki-laki itu, akankah menjadi pemeran utama dalam kisahnya, atau malah hanya akan singgah sebagai figuran yang tak akan ada lagi kisahnya. Bagi Ara, menjadi kekasih Alvin adalah hal yang paling membahagiakan. Tapi, apakah masih bisa di sebut bahagia jika bersama laki-laki itu hanya luka yang Ara dapatkan?

Ara mengecek ponselnya yang bergetar. Melihat terdapat pesan dari Alvin, jika dia sudah ada didepan. Ara memang sengaja masih mau berangkat bersama Alvin. Karena itu mungkin, setelah pulang sekolah nanti status mereka akan berbeda.

"Kamu udah yakin sama keputusan yang kamu buat?"

Tsana menepuk bahu Ara, menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

Ara tidak tertidur semalaman hanya untuk memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Alvin.

Tsana menang sengaja meminta Ara agar menginap di rumahnya. Melihat kondisi Ara yang kacau seperti semalam, membuat Tsana tak tega membiarkan pulang ke rumah. Ara membutuhkan dirinya untuk menenangkan gadis itu.

Tsana juga meminta Devan, Kakak dari Ara untuk mengantarkan seragam dan peralatan sekolah milik Ara.

"Kebahagiaan Alvin sudah cukup. Udah saatnya aku pergi."

Tsana memeluk tubuh Ara. Tsana tau, jika Ara sedang mati-matian menahan tangisnya.

"Kamu turun sana, Alvin udah ada didepan."

Ara mengangguk, kemudian mengambil tas sekolahnya.

"Kamu beneran gapapa aku tinggal?"

"Santai aja, nanti Zela kesini kok buat jemput aku."

"Yaudah, kalau gitu aku duluan."

"Hati-hati."

Ara mengangguk, kemudian segera keluar menemui Alvin.

Saat Ara melihat mobil Alvin yang terparkir dihalaman rumah Tsana, jantung Ara berdebar kencang. Ara hanya berdoa, semoga keputusannya benar.

Ara masuk kedalam mobil milik Alvin. Laki-laki itu masih sama, bahkan dia tidak meminta maaf atas kejadian semalam. Ara hanya bisa tersenyum, hari ini terakhir kalinya dirinya akan mendapatkan perlakuan seperti ini dari Alvin.

"Maaf ya tadi bicara sama Tsana dulu soalnya, jadi lama deh."

"Iya."

Entah kenapa, satu kata singkat itu begitu menyakitkan bagi Ara. Padahal biasanya, Ara tidak mempermasalahkan apapun yang Alvin katakan. Apakah luka itu semakin dalam?

Tak ada pembicaraan saat di perjalanan. Jika biasanya, Ara akan mengoceh dihadapan Alvin, kali ini berbeda. Gadis itu memilih untuk diam.

Ara juga tak ingin membahas masalahnya dengan Alvin sekarang. Ara sudah berniat akan membahas masalah mereka saat mereka sudah sampai di sekolah.

***

Hanya dalam kurun waktu lima belas menit, mereka sudah sampai di sekolah. Saat Alvin hendak turun dari mobilnya, Ara mencekal pergelangan tangan Alvin.

MalvarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang