Malvaras-09

6.3K 592 61
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dulu ❤

***

"Bunda, Ara pulang!"

Setelah melepaskan sepatu dan menaruh tasnya di meja secara sembarangan, Ara langsung bergegas menemui Bundanya.

Ara melihat dilantai dua, dan kamarnya terbuka. Bisa dipastikan Bundanya kini berada di sana. Setelah itu, Ara segera pergi ke kamarnya.

Dan ternyata dugaannya benar, Bundanya berada di sana. Ara menaikan sebelah aliasnya saat melihat Bundanya memasukan pakaian besarta barang-barangnya ke dalam koper.

"Loh kok barang-barang Ara dimasukin ke koper, emang Ara juga ikut Ayah sama Bunda?"

"Selama Bunda sama Ayah pergi, kamu tinggal di rumahnya temen Bunda."

"Emangnya ga ngerepotin?" Ucap Ara sambil membantu Bundanya membereskan barang-barangnya.

Jujur saja Ara sedikit tidak enak jika tinggal di rumah orang lain, apalagi jika Ara tidak terlalu akrab dengan orang tersebut. Ara sadar, dia tipekal orang yang cukup merepotkan.

Kakaknya sedang kuliah diluar kota. Pulang mungkin satu bulan sekali, sedangkan para pembantunya sedang pulang kampung. Orang tuanya jelas tidak akan membiarkan dirinya sendirian dirumah. Bukanlah Ara sudah bilang, Ara itu cukup merepotkaan. Dia tidak terbiasa apa-apa sendiri, sering menggantungkan orang lain.

"Kamu tenang aja, mereka malah seneng kok kamu dititipin disana."

"Kenapa aku ga nginep aja di rumahnya Tsana?"

"Tsana kan tinggal sendirian, kasihan nanti dia malah kerepotan ngurusin kamu."

Ara mendesah, kalau sudah seperti ini tak ada alasan lain untuk menolak permintaan sang Bunda. Lagian Ara tidak bisa membayangkan jika dirinya harus tinggal di rumah sendirian. Dia pasti akan kelabakan sendiri.

"Semuanya udah beres. Ayo kedepan, Ayah kamu udah nungguin."

Ara mengangguk.

Semoga saja teman Bundanya bisa menerimanya dengan baik.

***

Saat diperjalanan, Ara hanya diam. Entah mengapa perasaanya tidak enak. Ara berfikir, apakah mereka nanti tidak menerimanya dengan baik? Atau merasa terepotkan karena kehadirannya?

Ara melepaskan earphone yang menempel di telinganya. Mengalihkan pandangannya keluar jendela. Saat dia mengamati jalanan tersebut, Ara merasa tak asing. Ara membuka kaca jendela untuk memastikan. Dan semakin jelas, kemana mereka akan pergi.

Ara terus menggeleng, tidak mungkin kedua orang tuanya mengirimnya kesana. Itu sama saja dengan neraka. Ara terus berfikir positif, mungkin mereka hanya melewati jalanan yang sama.

Beberapa menit kemudian mobil terhenti. Ara membelakan matanya saat mengetahui mereka berhenti di tempat yang Ara hindari.

"Loh, Bun, kok kita berhenti disini?"

"Kan Bunda emang mau titipin kamu ke rumahnya Tante Alya, Mamanya Alvin."

Tubuh Ara rasanya melemas. Ini dia tidak salah dengar kan? Mengapa Bundanya mengirimnya ke neraka?

Ini bukan masalah keluarga Alvin. Mereka memang sangat baik dengan Ara. Tapi ini masalahnya Alvin, mantannya ada disana. Ara kan mau moveon. Kalau tinggal seatap sama mantan mana bisa moveon.

"Emang Bunda ga bisa titipin aku ke lainnya gitu?"

"Gak bisa. Cuma keluarganya Alvin yang bisa Bunda percaya buat jagain kamu. Lagian Ayah kamu juga udah setuju kok."

MalvarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang