Malvaras-10

6.3K 572 50
                                    

Sebelum baca yuk vote terlebih dahulu. Dan kasih alasan kenapa kalian mau baca cerita Malvaras ❤

***

Ara mengulet pelan dan mengerjapkan matanya. Saat matanya terbuka dia disuguhkan dengan pemandangan asing disekitarnya. Ara menghela nafas, ternyata kejadian beberapa jam yang lalu bukanlah mimpi. Dia benar-benar akan tinggal satu atap dengan Alvin.

Ara melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Ternyata saat ini jam sudah menunjukan pukul tujuh malam. Jadi, kira-kira dia sudah tertidur selama enam jam. Ara tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia tidur selama itu di tempat yang bukan rumahnya.

Ara merasa tidak enak dengan kedua orang tua Alvin, masa dia dateng-dateng cuma numpang tidur doang.

Ara hendak keluar, mungkin saja Alya kini telah menyiapkan makan malam. Karena jujur saja perut Ara kini sedang berdemo minta di beri asupan.

Saat Ara turun kebawah suasana sangat sepi. Hanya ada satu laki-laki yang duduk di ruang tamu sambil memegang buku, siapa lagi kalau bukan Alvin. Dan sialnya laki-laki itu hanya meliriknya kemudian kembali fokus kepada buku yang dia baca.

Ara memutar bola matanya malas. Untuk saat ini lebih baik Ara mengalah. Karena Ara sadar posisinya disini hanya numpang.

"Tante Alya sama Om Azzam mana?" Ara memberanikan diri berbicara terlebih dahulu. Kini dia juga duduk di samping Alvin, meskipun dengan jarak yang cukup jauh.

"Pergi."

"Pulangnya kapan?"

"Bulan depan mungkin."

Mata Ara menyipit. Ini Alvin lagi ngelawak apa gimana sih? Tapi kalau ngelawak kok mukanya datar gitu.

"Aku tanya serius!"

"Kan mereka pergi ke Bali, sama orang tua kamu juga. Emang kamu ga tau?"

Ara melongo, ini Alvin lagi ngelawak lagi apa ya? Ara tak mengerti kenyataan apa lagi yang akan terjadi. Tinggal satu atap dengan Alvin sudah lebih dari cukup, Ara tak ingin dikejutkan dengan hal lainnya.

"Tapi Ayah sama Bunda itu bilangnya mereka ke luar negri, ngurus kerjaan."

Alvin menggeleng.

"Mereka ke Bali."

Tubuh Ara mulai lemas. Tolong siapapun yang ada disana, katakan kalau ini prank. Iyakan ini prank? Ga mugkin kan orang tuanya rela ngejebaknya bareng mantan lagi, nanti kalau ambyar gimana?

Ara menggeleng-gelengkan kepalnya. Ini tidak mungkin terjadi. Tinggal berdua bersama Alvin adalah bencana. Alvin pasti lagi bercanda, Ara yakin. Tapi tunggu, sejak kapan Alvin bisa bercanda?

Ara segera mengambil ponselnya dan menelfon Afira--bundanya. Hanya itu satu-satunya cara untuk memastikan kebenarannya.

"Assalamualaikum. Ada apa, Ra?"

"Waalaikumsalam. Bunda sekarang ada dimana?"

"Di Bali."

"Loh, kok di Bali sih, Bun. Kan kemaren pamitnya mau ngurus kerjaan sama Papa di luar negri."

"Oh itu, Bunda bohong. Hehe."

Bibir Ara mengerucut, sempet-sempetnya anaknya lagi kesel malah bercanda. Udah ngejebak, ga merasa bersalah lagi.

"Bunda kok tega banget sih sama Ara."

"Udah deh, pokoknya kamu disana hati-hati. Jangan nyusain Alvin. Bunda sama Ayah lagi liburan sama orang tuanya Alvin, capek kerja mulu. Oh ya, inget kalian ga boleh kebablasan! Awas aja sampe Bunda pulang kamunya blendung!"

MalvarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang