Malvaras-07

6.8K 648 132
                                    

Persis seperti apa yang orang katakan. Yang namanya penyesalan akan selalu datang di akhir. Begitupun dengan Alvin. Jika mengingat saat Ara meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, harusnya Alvin bertindak saat itu. Menjelaskan kesalahpahaman diantara mereka. Bukan malah diam, dan akhirnya menyesal.

Seperti yang Alvin katakan, putus dari Ara adalah petaka. Perginya gadis itu, membuat Alvin semakin merasa jika Ara itu berharga. Alvin tak menyadari, jika sikap yang dia anggap normal selama ini telah menyakiti hati gadis itu

Ternyata rasa cinta saja itu tak cukup untuk sebuah hubungan. Secinta apapun Alvin terhadap Ara, jika dia salah dalam bersikap, Alvin akan kehilangan gadis itu.

Kezio menatap saudara sekaligus sahabatnya yang duduk termenung. Alvin memang pendiam, tapi sekarang Alvin lebih pendiam lagi.

"Mikirin Ara lagi?"

Alvin mengangguk.

Kezio mendudukan dirinya disamping Alvin.

Alvin menghela nafas kasar, menundukan kepalanya. Hari-harinya tak terlewatkan untuk memikirkan Ara.

"Lo udah jujur sama Ara soal kondisi lo?"

"Gue ga bisa kasih tau Ara soal ini."

Kezio memutar bola matanya malas. Itu yang selalu Alvin katakan. Alvin tak pernah mau Ara mengetahui kondisi yang sebenarnya.

Bahkan setelah perpisahan mereka, Alvin masih saja bungkam, tak ingin menjelaskan apapun kepada Ara. Alvin tidak ingin, Ara menganggapnya sebagai laki-laki yang tidak normal, dan pada akhirnya Ara akan benar-benar menjahuinya. Begitulah Alvin, selalu menduga-duga untuk hal yang belum terjadi. Berspekulasi dan berfikir negatif. Tanpa dia sadari, itu yang telah menghancurkan dirinya sendiri.

"Mau sampe kapan? Sampe Ara jadian sama si Deas-Deas itu?"

"Ara gak akan jadian sama Deas!"

"Masa depan gak ada yang tau. Ara bakalan ketemu sama orang-orang yang mungkin bisa buat dia lupa sama lo. Lo pikir Ara bakalan stuck sama perasaan dia ke lo gitu? Mimpi lo ketinggian! Dengan Ara mutusin lo, itu tandanya Ara udah capek sama lo. Dan dia butuh orang yang bisa ngertiin posisi dia, terutama menghargai perasaan dia."

Alvin tercekat, rasanya perkataan Kezio sungguh menohok hatinya. Yang dikatakan Kezio memang ada benarnya. Namun, jika benar Ara akan menemukan orang lain, itu hal yang harus Alvin gagalkan. Alvin tak akan rela jika Ara bersama laki-laki lain selain dirinya.

"Lo bisa diem gak? Jangan bikin gue tambah pusing."

"Kalau sampai Ara jadian sama Deas, lo orang pertama yang bakalan gue ketawain. Hahaha," setelah mengucapkan kalimat itu, Kezio berlari kabur. Kezio tak ingin mengambil resiko, jika Alvin akan semakin murka dengan ucapannya.

***

Ara sengaja tidak keluar dari kelas, karena dia tahu jika saat ini Alvin sedang menunggunya di depan pintu kelasnya. Bahkan Ara sengaja menghadang Tsana untuk tidak pulang terlebih dahulu. Ara masih belum siap jika bertemu Alvin sendirian.

Ara masih tak mengerti, mengapa setelah mereka berpisah, Alvin malah semakin menganggunya. Ini bukan kali pertama Alvin menunggunya di depan pintu kelas, sudah terhitung tiga hari Alvin melakukan hal yang sama.

"Ra, pulang yuk, aku ada les hari ini."

"Bentar dong, San. Alvin masih di depan tuh."

"Sampe kapan? Keburu telat ini."

Ara menghela nafas pelan. Dia tidak mungkin terus-terusan bersembunyi disini. Jika memang Alvin memintanya untuk pulang bersama, Ara akan kembali menolaknya.

MalvarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang