Aca mengemasi barang-barangnya lalu memasukkannya kedalam tas. Hari ini pulang cepat, karena guru guru akan mengadakan rapat. Mungkin terdengar menyenangkan bagi anak lain. Namun lain bagi aca, karena pulang cepat termasuk kesusahan dalam hidup aca. Kenapa? ya karena jemputannya belum datang jadi ia haru menunggu lebih lama.
Aca berjalan keluar kelas, sambil bermain handphone karena ia berniat menghubungi bunda ataupun supirnya.
Brughhh
Seseorang dari arah berlawanan menabrak aca, aca terjatuh dan handphonenyapun terlempar begitu saja.
"Aduh sory, Sory banget gue ga sengaja gue lagi buru buru" ucapnya salah satu siswi kelas sebelah dengan nafas yang terengah-engah. Ia mengulurkan tangannya kepada aca.
Aca menerima uluran tangan itu, Aca memandangnya sekilas lalu mengambil handphonenya, "Gapapa kok, gue juga salah lagi jalan malah main hp" ucap aca sambil mengutak-atik hpnya.
"Umm.. Hp lo rusak ya?" tanyanya ragu.
"Ga kok cuma mati doang nanti juga nyala, gue duluan ya" Aca pergi meninggalkan siswi itu.
"Lah gimana ceritanya ini gue pulangnya gimana? belum juga gue ngabarin bunda elah. Masa iya gue ngebis? mana duit gue tinggal dirumah lagi. Ahh apes bener deh gue" Ucap aca frustasi.
Aca duduk di depan pos satpam sekolah, berharap ada seseorang yang mau mengantarkan dirinya pulang.
Dan benar saja sesuai dugaannya, tiba-tiba ia melihat seseorang yang ia kenal, keluar menaiki motornya. Dengan cepat aca memanggil namanya.
"DARUUU" teriak aca, tak perduli bagaimana dirinya diperhatikan oleh kakak kelas lainnya.
Daru langsung menarik remnya, lalu membuka helm full facenya, "Naik, mau nebeng kan lo?".
Aca menaikkan satu alisnya, "wah peramal nih lo?" ucap aca sambil menaiki motor daru.
Daru tertawa renyah, "Kan keliatan muka lo, muka nebeng" ucap daru yang langsung mendapat cubitan dari aca. Daru merintih kesakitan.
"Gak tau diuntung, dasar ceje", daru melepas helmnya, "Nih pake, kalo lo sekarat gue yang susah" katanya dengan memberikan helm kepada aca.
"Gausah, kan gue dibelakang, lo didepan gapapa kok gue", tolak aca.
Daru turun dari motornya, lalu memakaikan helmnya ke aca, "justru itu, yang dibelakang itu paling bahaya"
Baru saja daru melajukan motornya. Tiba-tiba mereka diguyur hujan deras. Aca heran, kenapa daru membawa motornya bukan kearah rumahnya. Aca tidak mengetahui kemana arah ia sekarang, aca hanya mengikuti daru. Aca Memilih tidak banyak bertanya karna hujan sudah turun begitu deras.
Daru menghentikan motornya dirumah yang cukup besar. Nuansa rumah dengan paduan warna hitam dan putih.
Aca turun dari motornya, "ini rumah lo?" kata aca, dengan mata yang masih memperhatikan depan rumah daru.
"Seperti yang lo pikirin, ini rumah gue. Gapapa kan mampir dulu? lagian masih ujan, lo ga keberatan?" ucap daru, dihadapan kaca spion.
Aca mengangguk-angguk, "Dengan senang hati!", aca melangkahkan kakinya mendekati pintu masuk. Aca memang tidak tau malu! yang punya rumah saja masih diam diluar.
Belum dipegang saja, pintu sudah terbuka duluan. Menampakkan lelaki paruh baya yang sudah beruban. Kulit yang mulai keriput,
Beliau memberikan senyuman, "Eh.. Ada tamu ternyata", ucapnya.
Aca langsung membungkukkan badannya, "Oh iya om, saya aca temannya daru", aca memberi salam dengan mencium punggung telapak tangan beliau.
"Wah cantik ya? Teman atau pacar ini? anak saya pintar ya ternyata carinya?" Ucap Toni-ayah daru, goda beliau sambil tertawa.
Aca juga ikut tertawa, "Ah om bisa aja, cuma temen kok hehe"
"Ayo masuk jangan diluar terus nanti kamu masuk angin lagi. Daru? ini temanmu bawa kedalam suruh ganti baju. Kasian dia" Perintah Toni.
"Tanpa anda suruh saja saya sudah tau", Daru menggenggam pergelangan tangan aca, dan membawanya masuk kedalam rumah.
Aca yang mendengar kata 'Anda' yang keluar dari mulut daru, terheran. Bukankah Toni adalah ayahnya? kenapa daru memanggilnya dengan sebutan 'Anda' bukan ayah. Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran aca.
Aca hanya tersenyum ketika melewati Toni. Sedangkan Toni? hanya tersenyum kecil dengan menampilkan wajah seolah mengatakan baik-baik saja. Padahal dibalik senyumannya terdapat rasa kecewa dan bersalah dilubuk hatinya.
"Nih ganti pake baju gue dulu, ni pake jaket gue juga biar lo ga kedinginan" Daru memberikan bajunya ke aca, setelah berganti pakaian.
Aca menerimanya, "Okey".
Setelah berganti pakaian. Aca masih diam, ingin mengajukan pertanyaan tapi takut kalau daru akan tersinggung ataupun marah padanya.
Daru yang heran dengan sikap aca yang diam dengan ekspresi wajah gelisah, melemparkan bantal ke muka aca, membuat aca terpelonjak kaget, "Kenapa lo? kesambet? terpesona sama kegantengan gue? karna gue terlihat seksi ketika rambut gue acak acakan kan?".
Aca memiringkan kepalanya, "Ganteng sih, tapi kok gue belum suka sama lo ya?".
Daru mendekatkan mukanya tepat didepan muka aca lalu mebisikan sesuatu, "Tapi gue udah suka sama lo, gimana dong?" ucapannya sambil tersenyum.
"Huh.. nyesel gue tadi bilang gitu. Tapi gatau nanti deh."
"Tapi gue gak nyesel" daru menidurkan dirinya disofa.
"Ru.. tadi bokap lo? kok lo panggilnya bukan ayah, bapak, papa at..."
Daru mengubah posisinya menjadi duduk, "Karna gue udah ga nganggep kalo dia adalah bokap gue" nada bicara daru sudah berbeda, menandakan bahwa ia tidak suka kalau menyinggung soal kehidupannya.
"Sory, kalo ucapan gue udan bikin ga nyaman di hati lo. Kalo lo mau, lo bisa cerita sama gue kapan aja semau lo. Gausah ngerasa paling terpuruk. Gausah ngerasa paling sedih. Didunia ini bukan cuma lo doang. Masih ada gue kok yang bisa nemenin lo, bahkan bunda gue juga pasti mau nemenin lo. You are not alone boy!"
"Kebanyakan mereka-mereka hanya sekedar ingin tau, bukan peduli. Makanya gue lebih mending diam tidak memberitahu apa yang gue rasain selama ini."
Aca duduk disebelah daru dengan mengusap punggungnya, dan tangan kiri menggenggam tangan daru "Gue ga maksa lo buat cerita, karna itu privasi lo. Jadi gue ngehargain itu." aca tersenyum.
"Thanks ca"
Udah mentok bingung nih wkwkw
jadi partnya berukurang sedikit hehe:)
jgn lupa vote ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DARU
Teen Fiction"Dengerin gue dulu! please dengerin gue kali ini aja! gue bakal jelasin semuanya!" ujarnya lirih Gadis itu tersenyum miring. "Apa? apa? apa yang perlu dijelasin? bukannya udah jelas! HAH?!" bentaknya. "itu ga seperti yang lo liat, lo harus dengerin...