#1 Si Sulung dan Si Bungsu

6.4K 500 61
                                    

Kalau tidak sibuk, Raga akan menjemput putrinya pulang sekolah, walaupun memang lebih sering Nevan yang melakukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau tidak sibuk, Raga akan menjemput putrinya pulang sekolah, walaupun memang lebih sering Nevan yang melakukanya. Sebenarnya pulang sendiri pun Divya tidak apa-apa, paling ia pulang jam dua tapi sampai rumah selepas mangrib. Tidak, Divya tidak hilang bermain seenaknya. Ia hanya akan tersesat sebentar karena terlalu asik dengan isi kepalanya. Jadi sebisa mungkin, ketika Ayah Raga atau Nevan menjemput, mereka sudah di dekat gerbang sekolah sebelum bel pulang berbunyi. Meminimalisir Divya bosan menunggu dan pulang—kemudian hilang—sendiri.

Senin ini, Raga tidak bisa menjemput sebab pekerjaan mengikat kakinya untuk tinggal di tempat kerja. Divya sudah diberitahu tadi, Nevan akan menjemput, namun setengah jam ia duduk di halte sekolah, dari sekolah yang ramai hingga tinggal beberapa siswa yang masih sama menunggu atau tetap tinggal karena ada ekskul, kakaknya belum juga datang.

Seingatnya dulu ketika masih TK, ia sering pulang sendiri pakai sepeda roda tiga. Kadang agar pulangnya bareng Nevan, Divya menunggu di samping gerbang SD sambil jajan siomay yang hanya dibumbui kecap. 

"Belum pulang Div?"

Divya menoleh, menatap Birendra yang berdiri di sampingnya. Kalau diingat-ingat—karena Divya sering lupa—mereka saling kenal karena satu tim untuk lomba film pendek ketika kelas 10. Birendra yang cita-citanya jadi Dokter itu jurusan IPA, beda dengan Divya yang melihat rumus fisika saja mual disertai gejala lain.

"Belum dijemput." Jawaban yang disertai ekspresi sebal membuat Birendra tertawa kecil.

"Mau bareng gue?" tanya Birendra menawarkan hal yang buat bibir Divya yang mengerut kembali tersenyum.

Baru hendak mengangguk, tapi dari radius kurang dari sepuluh meter matanya melihat mobil Nevan mendekati kemudian berhenti di depannya.

"Nih, udah dateng," Divya beranjak.

Birendra membukakan pintu depan mobil dan meletakkan tangan di atas kepala Divya ketika ia masuk agar tidak terantuk pintu.

"Makasih, Bi."

"Duluan ya, Ndra," ucap Nevan.

Birendra mengangguk lalu menutupkan pintu. Divya memakai sabuk pengaman dan memutar badan menghadap Nevan yang mulai menjalankan mobil.

"Tuh, cari cowok tuh macem Birendra, gak kebanyakan ngomong tapi bertindak, love language dia pasyi act of service."

Divya mengangguk menyetujui, ya cowok sekelas Birendra memang keren sih. 

"Iya, tapi gak usah mengalihkan issue gitu dong. Abang telat jemput aku," protes Divya yang hanya ditanggapi tawa kecil dari Nevan.

Gemas bercampur kesal, Divya mencubit pipi Nevan lalu menaruh tas di kursi belakang.

"Kalau gue gak sabar udah pulang sendiri daritadi."

Nevan menoleh sekilas, "Iya pulang, tapi nyampe rumah jam berapa, hah?"

Brotha [rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang