Prolog

10.1K 604 88
                                    

Divya Narendra paling suka menempelkan badannya ketika hari libur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Divya Narendra paling suka menempelkan badannya ketika hari libur. Menempelkan pada kasur, sofa di ruang keluarga, walau ia lebih sering ditemukan tergeletak di lantai. Karena seram jika ia ditemukan menempel di langit-langit rumah.

Pernah sekali waktu Divya ditemukan mengapung di kolam renang belakang rumah, menimbulkan serangan jantung pada Sang kakak yang baru pulang kuliah, namun ternyata gadis itu hanya ketiduran. Setelah itu, Divya tidak boleh berenang sendirian, Ayah Raga mengomel seharian ketika yang diomeli hanya tersenyum tanpa beban.

Pernah juga Si bungsu hampir dilaporkan ke polisi. Sebab selepas subuh di hari Minggu, ia pergi jogging dan sampai jam delapan malam belum kembali ke rumah. Sang Ayah dan kakak mencari ke tempat-tempat yang kemungkinan Divya kunjungi. Nyatanya bocah 17 tahun lebih enam bulan itu kembali dengan selamat, muncul di halaman rumah menenteng kresek berisi dua kotak bolu lapis Bogor di tangan kanan.

"Dek, bangun! Temenin gue jogging!"

Terdengar teriakan di balik pintu kamar Divya yang masih lelap menikmati tidur dihari libur.

Tadi itu Si Sulung Nevan Narendra, dipanggil Bang Nevan. Usianya hanya terpaut tiga tahun dengan Sang adik. Laki-laki bermata cokelat terang itu sudah kuliah semester empat, disalah satu universitas ternama. Nevan diberi gelar manusia tersabar nomor dua setelah Ayah dari teman-teman adiknya.

Baru saja hendak kembali menarik selimut setelah sholat subuh, pintu kamar Divya terbuka. Nevan yang kurang dari dua bulan genap berusia 20 tahun itu berdiri di ambang pintu lengkap dengan setelan olahraganya.

Divya merengek, kakinya menendang-nendang selimut.
"Jam lima aja! Kepagian jam segini tuh!" serunya kepalang malas.

Nevan melangkah masuk, menarik selimut dan melemparnya asal.

"Sekarang aja, kalau jam lima udah rame."

Divya mendecak kesal. Merasa tidurnya semalam belum cukup menghilangkan lelahnya.

"Gue tunggu di bawah!"

Nevan pergi, membiarkan pintu terbuka karena itu salah satu cara agar Divya meninggalkan kasur sebab Divya paling tidak suka pintu kamarnya terbuka.

Walau mulutnya tidak berhenti menggerutu, mau tidak mau Divya tetap turun setelah mengganti baju dan mencuci muka.

"Abang mana, Yah?"

Ini dia superhuman di hidup Divya. Raga Narenda, yang dipanggil Ayah oleh kedua anaknya dan dapat panggilan Pak Naren dari tetangga. Bulan kemarin ayah sudah resmi masuk usia 45 tahun, kata Divya walaupun ayahnya duda tapi cukup terkenal di kalangan ibu-ibu komplek, sering juga ia mendengar nama ayahnya di dalam gosip pagi ibu-ibu yang beli sayur. Kemarin saja ada teman sekelas Divya yang mau mencalonkan diri jadi ibu tirinya.

Hiiiii~ mendadak merinding ia ketika mengingatnya.

"Nungguin kamu di depan," jawab Ayah sambil merapikan belanjaan semalam yang belum sempat dibereskan.

Brotha [rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang