#3 Sickness

5K 438 46
                                    

Pagi paling tenang di rumah Narendra hanyalah akhir pekan sebab sumber kericuhan pasti bangun siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi paling tenang di rumah Narendra hanyalah akhir pekan sebab sumber kericuhan pasti bangun siang. Namun entah kenapa hari Senin yang biasanya jadi hari paling rusuh dari enam hari lainnya, kali ini sedikit berbeda. Nevan menatap Raga dengan raut heran. Sekarang jam setengah tujuh, pembuat onar yang biasanya sudah repot dari satu jam yang lalu malah belum menampakan diri.

"Divya kok belum turun, Yah?"

"Tolong panggil, Bang."

Nevan kembali duduk melihat yang ditunggu menuruni tangga, masih mengenakan piyama, dengan wajah baru bangun tidur. Raga buru-buru meninggalkan dapur melihat putrinya menghampiri dengan langkah gontai, kehilangan rona wajah serta mata yang sayu. Divya memeluk Nevan dari belakang. Menumpukan badannya yang dirasa lebih hangat dari biasanya oleh Nevan, kemudian menyembunyikan wajah pucatnya di ceruk leher Si Sulung yang sudah memandang khawatir.

"Kok lemes?" tanya Raga berdiri di samping Divya, lalu mengelus surai hitam Si Bungsu.

"Anemia ya?" Nevan menambah pertanyaan.

Sang kepala keluarga jelas khawatir, walaupun pecicilan dan cerobohnya kerap membahayakan dirinya sendiri, Divya termasuk jarang sakit. Jadi melihat gadis itu turun dengan keadaan lemas tanpa sapaan ceria, jelas saja Raga dan Nevan panik. Divya tidak memberikan jawaban, namun Nevan merasakan Divya mengangguk.

"Kemarin gak minum pil tambah darah?" Nevan bertanya sambil menarik tubuh Divya untuk duduk dipangkuannya, mengingat adiknya sedang datang bulan.

"Sarapan dulu yuk."

Divya menggeleng, kembali memeluk dan menyembunyikan wajah di bahu Nevan. Keadaan lemas pun masih keras kepala. Nevan menghela napas, balas memeluk Divya lalu mengelus-elus punggung Si Bungsu yang memejamkan mata.

"Minum pilnya dulu ya, nanti dua jam lagi baru makan. Oke?" Penawaran Ayah yang sebenarnya perintah.

Raga berlalu mengambilkan pil dan segelas air. Nevan jauhkan badan Divya darinya buat Si Bungsu mendongak menatap bingung. Menangkup pipi gembil Divya yang tidak secerah biasanya, Nevan mengecup kening dan kembali memeluknya bersamaan dengan kembalinya Raga.

"Minum dulu obatnya, nanti Ayah telpon wali kelas kamu, hari ini istirahat di rumah aja," pinta Raga mengelus kepala Divya yang diam dengan wajah pucat.

Divya menegakkan tubuh, menerima uluran pil dari tangan Sang Ayah dan meminumnya, juga menghabiskan setengah gelas air di gelas. Nevan mengelus punggung Divya, memberikan banyak kecupan di pelipis Si Adik.

"Sini, tidur lagi." Nevan kembali membawa Divya kedalam kedapannya.

"Ayah beliin bubur, mau?"

Yang ditanya menggeleng pelan, mengeratkan rangkulan di leher Nevan dan menyembunyikan wajah di dada kakaknya. Sisa tenaganya seperti habis untuk menuruni tangga, dan sekarang yang ingin dia lakukan hanyalah tidur.

Brotha [rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang